Balai Desa Jompo (dokpri) |
arifsae.com - Desa Jompo terdiri dari Desa Jompo Wetan
dan Desa Jompo Kulon yang dipisah oleh sebuah sungai yang bernama Kali Jompo.
Desa Jompo Wetan berada di Kabupaten Purbalingga, sementara desa Jompo Kulon
berada di Kabupaten Banyumas.
Desa Jompo Wetan merupakan salah satu
desa di Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Daerah ini adalah daerah
paling Selatan Kabupaten Purbalingga yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Banyumas. Desa Jompo Wetan berbatasan
dengan Desa Blater di sebelah Utara, Desa Kalialang (Kemangkon), Desa Kalicupak
Kidul (Kalibagor), dan Desa Kalicupak Lor (Kalibagor) di sebelah Selatan. Di
sebelah Barat desa ini berbatasan dengan Desa Jompo Kulon (Sokaraja), dan Desa
Banjarsari.
Luas wilayah ini sekitar 119,74 ha yang
terdiri dari 14,5 ha untuk lahan pemukiman, 96 ha untuk wilayah pertanian dan
sisanya untuk lain-lain seperti jalan raya, dan kuburan. Desa ini terdiri dari
13 RT dan 5 RW. Jompo Wetan dibagi menjadi 2 dusun yang setiap dusun dipimpin
oleh seorang kepala dusun (kadus). Dusun 1 terdiri dari 3 RT dan 7 RW yang
sekarang ini dipimpin oleh Bapak Reko Diedi. Dusun 2 terdiri dari 2 RW dan 6 RT
yang sekarang ini dipimpin oleh Ibu Pujiati. Jumlah aparat desa ini ada 9 orang
yang terdiri dari seorang kepala desa, seorang sekretaris desa, 2 orang kadus,
dan 5 orang kepala urusan (kaur).
Desa ini sudah 10 kali berganti
kepemimpinan, yang pertama dan kedua kurang diketahui. Yang ketiga ketika masa
penjajahan Belanda desa ini dipimpin oleh KH Hasan Murdi. Untuk masa
pemerintahan Jepang desa ini dipimpin oleh Kyai Khaerudin atau Baduri. Tahun
1945-1964 dipimpin oleh Darsim Triocarito yang merupakan seorang dalang. Tahun
1965-1984 dipimpin oleh Junaedi yang berpangkat AIP. Tahun 1984-1994 dipimpin
oleh Salimun Hadiwiyono. Tahun 1994–2002 dipimpin oleh Suharto, BA yang
merupakan seorang mantan kepala KUA. Tahun 2002-2012 dipimpin oleh Suhadir, SH.
dan tahun 2012-sekarang dipimpin oleh Mun Prasetyo, ST.
Desa ini dinamakan desa Jompo karena di
daerah ini terdapat petilasan atau makam tua yang bernama makam Mbah Jempo.
Menurut cerita masyarakat, Mbah Jempo dulunya adalah seorang kyai yang pertama
kali mendiami wilayah Jompo. Dahulu Jompo masih lahan kosong dengan pohon-pohon
besar, kemudian Mbah Jempo membuka lahan tersebut untuk membuat padepokan.
Setelah Mbah Jempo meninggal, desa ini disebut Desa Jompo.
Di desa ini juga terdapat sebuah tempat
yang bernama Malang Jiwa. Dahulu Malang Jiwa adalah seorang prajurit Majapahit
yang datang bersama rombongan Raden Baribin. Raden Baribin adalah saudara Prabu
Kertabumi (Brawijaya V) tapi lain ibu. Dia dan rombongan Istana Majapahit
mengungsi ke wilayah Kerajaan Pajajaran tepatnya di Daerah Kejawar, karena
Kerajaan Majapahit diserbu Ranawijaya dari Kerajaan Keling. Disitulah para
prajurit pengawal Raden Baribin berpisah kemudian Malang Jiwa dan beberapa
temannya menuju ke arah Utara sampai di sebuah tempat yang cocok untuk menetap
yang sekarang bernama desa Jompo. Di Malang Jiwa juga terdapat sebuah bendungan/dam
pribadi yang bernama angesti suburing
wiji yang artinya membuat subur biji. Bangunan yang berguna untuk
menyuburkan tanaman ini dibangun pada tahun 1950 ketika masa pemerintahan Pak
Darsim.
Sumber Referensi:
Wawancara dengan Mbah Narsum dan Mbah Dirman,
pada tanggal 10 Oktober 2016.
http://jompokulon.blogspot.co.id/2013/11/petilasan-atau-panembahan-peninggalan.html
diakses tanggal 20 Oktober 2016.
Penulis Ines Anindhita
UNTUK MEMBELI BUKU ASAL USUL 80 NAMA DESA PURBALINGGA DISINI