arifsae.com - Siap-siap bangun awal, agenda hari ini mengantarkan Fitri untuk kembali ke Mutiara Bangsa dengan jalur resmi. Karena SP dari passport nya ternyata akan habis tanggal 5 September 2018 ini. Jadi harus cepat-cepat keluar dari Sabah, secara legal.
Bangun-bangun, ternyata masih ada durian sisa kemarin. Saya sudah sembuh dari rasa pusing darah tinggi, mungkin makan sedikit tidak apa-apa. Saya makan sedikit, karena mubazir kalau dibuang. Saya dan Pak Radin siap-siap, begitu juga dengan Fitri. Sedangkan Pak Bima dia memilih untuk tetap di Tawau.
Meski kepala masih sedikit terasa pusing, saya berangkat bersama Pak Radin dan Fitri. Memang memilih awal karena untuk menjaga supaya tidak mengantri terlalu panjang. Sampai sana jam 08.00 dengan berjalan kaki. Ternyata loket belum buka, baru buka jam 09.00 pagi. Saya akhrinya memilih untuk sarapan terlebih dulu.
Bersama Fitri saya ajak untuk makan pagi, dan kami membeli makan pagi. Karena penasaran, kami sesekali bertanya pada petugas dan ternyata memang benar, keberangkatan ke Nunukan nanti jam 09.00. Jadi kami makan lebih tenang. Memesan nasi goreng, untuk mengisi tenaga p
Akhrinya ditengah menunggu, jam 09.00 Pak Radin memesankan tiket, harganya RM 90 per orang. Keberangkatan dijadwalkan jam 11.30 dengan Kapal Purnama Exspres 1. Untuk menunggu Cek In, kami duduk-duduk terlebih dulu. Fitri nampakanya biasa-biasa saja, malah terlihat wajah Pak Radin lebih tidak tenang. Ha-ha.
Ditengah menunggu, ada Pak Bima datang. Dia menanyakan prosesnya, dan semuanya aman. Sambil menunggu, kami bincang-bincang. Terutama mengenai masa depan Fitri kedepan. Intinya mereka mengingatkan dan memberikan wejangan, supaya terus mengejar cita-cita.
Jam 10.30 Cek In dimulai. Kami mulai berpamitan dengan Pak Bima. Mulai cek in untuk masuk kapal. Pak Bima agak khawatir, karena takut kalau nanti SP sudah hampir habis, takutnya dia terahan dan ada kendala.
Memang jalan satu-satunya untuk menuju ke Sebatik adalah ke Nunukan terlebih dulu. Terkesan berputar-putar, namun inilah pilihan utamannya. Berbeda dengan kemarin, yang hanya membutuhkan waktu 1 atau 2 jam. Kalau ini, akan membutuhkan waktu yang panjang.
Mengantri untuk masuk ke kapal harus ke imigresen terlebih dulu. Inilah moment yang mendebarkan, karena Fitri juga ikut mengantri dan melakukan pengecekan passportnya. Pak Bima yang diluar sudah bertanya-tanya, Pak Radin dulu yang diperiksa, semua aman.
Saya dibelakang Fitri, menunggunya. Tiba giliran Fitri, saya lihati, hanya ditanya sebentar, dan semua aman. Syukurlah. Dia hanya ditanya yang menjaminnya, untung dia bisa menjawab dengan benar. Kini giliran untuk masuk ke Kapal Purnama Exspress.
Inilah perjalanan sebenarnya. Kami berjalan menuju ke kapal. Tidak terlalu jauh, kami melihat kapal yang lumayan besar, itulah yang dinamakan Kapal Purnama Express yang akan mengantarkan kami ke Nunukan. Sambil melihat sekeliling, kami masuk satu persatu ke dalam kapal.
Kami memilih kapal paling atas. Di sana, meski sudah ada tempat duduknya, kami bertanya ke petuga kapal, dan diperbolehkan untuk duduk dimana saja. Kami akhirnya memilih tempat duduk yang satu baris, untuk memudahkan semuanya.
Menunggu kapal berangkat jam 12.00, saya melihat sekeliling. Bersiap untuk brangkat ke Nunukan. Untuk fasilitas kapal lumayan bagus, ada tv juga, untuk hiburan. Orang-orang sudah lalu lalang, membawa barnag-barangnya ke belakang kapal. Ada orang yang akan merokok di belakang kapal, namun tidak diperbolehkan oleh petugas.
Katanya nanti setelah kapal jalan, baru diperbolehkan untuk duduk-duduk di belakang. Jam 12.00 lebih sedikit, kapal berangkat. Kami mulai meningglakan Tawau untuk menuju ke Nunukan. Awal pemberangkatan, hanya dihibur dengan film Warkop DKI. Film ini juga sangat laku disini, sama juga seperti di Indonesia.
Sesekali melihat hape, dan mengetehui keberadan kami lewat Google Maps. Diperjalanan, banyak orang yang mulai keluar dan menikmmati perjalanan dibelakang kapal. Banyak yang mau merokok, banyak juga yang hanya duduk-duduk saja.
Saya tertarik juga untuk kebelakang, siapa tahu melihat pemandangan indah. Benar saja, ditengah hamparan laut, banyak sekali pulau-pulau kecil dengan pemandangan yang menyejukan. Ditambah udara yang kencang karena dibelakang kapal. Banyak orang-orang melakukan hal yang sama dengan kami, begitu juga dengan Pak Radin yang akhirnya ikut keluar juga.
Pulau-pulau kecil inilah yang membuat Indonesia kaya dan mendapatkan predikat negara kepulauan terbesar di dunia. Karena telalu banyaknya. Perjalanan sampai jam 14.00 siang. Hanya membutuhkan waktu 2 jam, kami sampai di Pelabuhan Nunukan.
Kedatangan kami disambut dengan gerimis. Kami bergegas untuk keluar kapal, menuju ke tempat pengecapan passport. Mengantterinya. Kondisi cuaca sudah berubah, terlihat sangat mendung. Tandanya akan segera turun hujan. Dan benar saja, baru kami masuk, hujan sangat besar turun.
Kami harus menunggu terlebih dulu. 10 menit kami menunggu hujan reda. Ini baru permulaan, karena kami harus menyeberang lagi kapal-kapal kecil untuk sampai ke Sebatik. Ini baru sampai ke Nunukan. Kami harus berjalan lagi. Keluar pelabuhan, untuk menuju ke pelabuhan tak resmi.
Gerimis sudah terhenti. Kami harus berjalan keluar, dan menuju ke tempat naik kapal. Penjual sudah berjejer menawarkan makanananya. Sempat tergoda ingin makan, tapi biar nanti saja. Kami agak bingung, namun menurutu saya, ini sudah jalur yang benar. Kami hanya mengingat dan mengikuti petunjuk dari Pak Bima yang sudah lebih berpengalaman.
Ada gang kecil, kami belok kiri. Menyusuri jalanan rumah diatas laut. Terlihat banyak sampah, sedikit kumuh. Namun mereka terlihat sduah terbiasa. Kami terus berjalan, karena belum solat, kami akhrinya berhetni dulu setelah menemukan masjid yang lumayan besar.
Berwarna hijau, dan mewah untuk ukuran ditengah pemukiman seperti ini. Sekalian istirahat, kami sholat terlebih dulu. Banyak orang-orang yang sedang tertidur, mungkin mereka juga sedang istirahat setelah menempuh perjalanan juga. Sama seperti kami.
Setelah istirahat, solat dan cuaca sudah mendukung. Kini giliarn kami melakukan perjalanan selanjutnya. Yaiut berjalan terus untuk menaiki kapal. Suasana benar-benar baru saya lihat, rumah-rumah diatas laut. Dibawah, banyak sekali terlihat sampah.
Dari kejauhan sudah banyak orang yang menawarkan tumpangannya. Tentu saja untuk mengantarkan kami ke Sebatik. Ternyata tidak seindah yang dibayangkan, untuk menaiki kapal ini jalannya terlihat horor dan sedikit tidak aman.
Kami disuruh naik kapal. Tanpa pelampung. Pak Radin sempat khawatir, karena pelampungnya tidak ada. Hanya berbekal doa saja, kalau terjadi apa-apa, tamatlah. Karna tidak bisa berenang.
Kapal berjalan kencang. Semakin ke tengah semakin besar ombaknya, mungkin karena habis hujan. Ditengah-tengah begitu terasa, deburan ombak juga sempat membasahi badan kami. Sesekali berpandangan dan senyum. Hanya butuh waktu 15 menitan, dan dengan membayar Rp. 25.000, kami sudah sampai di Sebatik.
Sesampainya di Sebatik, kami langsung di sambut oleh Pak Amin yang akan mengantarkan kami ke Mutiara Bangsa. Pak Radin sudah menghubungi beliau ketika sampai di Nunukan. Pak Aminlah yang kemiarn mengantarkan kami juga. Kali ini kami akan menuju ke Mutiara Bangsa.
Kami berjalan, menujug ke mobil. Sudah ada bendera-bendera Merah-Putih yang dijejerkan indah sepanjang jalan. Sebelum akhrinya bernagkat, kami harus berdesak-desakan dengan mobil Pak Amin. Ternyata bukan hanya kami yang dia angkut, namun ada orang lain lagi.
Perjalanan dimulai. Katanya butuh waktu 2 jam perjalanan. Kami harus melewati berbagai pos-pos TNI yang berjaga disepanjang jalan. Pak Amin mungkin sudah terbiasa. Namun di pos yang lain, dia harus mencatat dan melaporkan siapa saja yang dia angkut.
Nampaknya mengerti, perjalanan dimulai. Jalanan disini sudah bagus, sudah beraspal. Dan banyak kelak-kelok yang seperti di bukit Ular. Mengasyikan juga. Gaya bahasa mereka juga hampir sama dengan orang Sabah. Tidak terlalu berbeda.
Perjalanan 2 jam ini disuguhi pemandangan indah Sebatik. Ada gardu yang menggugah rasa ingin berfoto dengan disana. Semoga besok ada waktu yang tepat. Kini saatnya untuk ke Mutiara Bangsa, karena sudah sore juga.
Akhrinya sampai juga di Mutiara Bangsa setelah perjalanan panjang ini. Mengembalikan Fitiri, dengan status legal nya. Dia sudah tengang, tidak perlu memikirkan passport lagi, karena sudah beres semua. Kami bertemu gurunya langsung, dan menyerahkan Fitir untuk di didik karakter dan kepribadianya.
Sekaligus kami berpamitan dengan Bu Guru nya. Selesai sudah tugas kami. Kini giliran kami meminta ke Pak Amin untuk menuju ke hotel. Karena tidak mungkin untuk pulang sore hari ini. Akhirnya kami diantarkan ke Hotel Queen, yaitu tempat yang tempo hari kami ditunjukan.
Tempat paling ramai disini. Dan itulah satu-satunya tempat disini. Kami diantarkan. Disana menanyakan penuh atau tidak, dan untunglah masih banyak yang kosong. Kami cek in, dan melihat-lihat isi hotel. Kamar kami di lantai atas, disana banyak tertempel nama-nama penghuninya.
Ini sepertinya bekas para pejabat untuk bermalam. Tertulis disitu beragai pejabat-pejabat, seperti Ketua DPRD, Kepala dinas, dan lainnya. Kami masuk ke kamar, luas. Dan mau mengecas hape, ternyata ini bukan Sabah. Colokan listriknya beda.
Kalau di Sabah, ada 3 kaki untuk mencolok listrik, ini Indonesia yang hanya 2 colokan listrik. Berarti harus membeli nanti. Kami istirahat sebentar, Meluruskan badan. Sekitar 30 menit kami beristiraht.
Mumpung disini, saya mengajak Pak Radin untuk jalan-jalan keluar. Hitung-hitung mencari makanan, dari tadi kami belum makan. Dia mau. Kami berjalan-jalan. Benar saja, banyak penjual-penjual yang khas Indonesia, yang tentu tidak bisa kami temukan di Sabah.
Jalan-jalan sore ini mengarahkan kaki ini ke penjual Mi Ayam. Langsung saja saya ajak Pak Radin, kami makan dengan nikmat. Mie Ayam ini benar-benar seperti di Jawa, dan ternyata benar, penjualnya orang Jawa. Dari logatnya dan percakapannya dengan kawannya, dia orang Jawa.
Sepetinya belum puas setelah makan Mie Ayam. Kami lanjut jalan-jalan mencari Durian. Dan benar, saya menemukan Durian yang lumayan besar. Tapi sudah tidak bagus, namun ingin memakannya. Hajar saja lah.
Kami membeli 2 Durian dan dimakan disana. Jam 18.00 kami baru pulang ke hotel. Niatnya tadi, Pak Radin ingin mencari toko Eiger. Terus mengikuti panduan dari Google Maps. Kami diarahkan ke jalan-jalan kampung, dan ternyata Google Maps mengarahkan kami ke sebuah rumah.
Mungkin dulunya ini toko Eiger, tapi sekarang sudah dijadikan rumah biasa. Hanya saja sebelahnya ada penjual makanan. Dan saya melihat ada Cilok. Tentu saja saya membelinya. Ingin rasanya makan apa saja yang tidak ada di Sabah.
Ternyata jalanan ini juga mengantarkan kami ke hotel, tidak terlalu jauh. Ini benar-benar dipinggir pantai. Perumahannya juga dipinggir pantai. Berjejer rapi. Kami istirahat sejenak, sampai di hotel jam 19.00.
Malam hari ingin mencari colokan 2 yang memang untuk mengecash hape. Ada penjual Batagor juga. Langsung lagi saya sikat. Kami masuk ke supermarket mini, melihat-lihat barang-barang yang tidak ada di Sabah.
Bu Aji juga menitipkan Antangin yang tidak dijual di Sabah. Saya mencarinya, dan untunglah ada. Selesai belanja, kami tidak mau langsung pulang. Setelah mengambil uang di ATM BNI, kami lanjut jalan-jalan malam.
Mencari makan lagi. Saya seperti kesetanan, inginnnya makan terus, mungkin karena ini kesempatan langka, jadi saya inigni mencari Bakso. Benar-benar Bakso khas Indonesia. Kamia akhrinya menikmati Bakso, dan lagi-lagi pemiliknya dari Jawa. Benar-benar nikmat. Selesai sudah petualangan hari ini, kami kembali ke hotel jam 22.00 untuk istirahat, karena besok harus pulang.[]
Bangun-bangun, ternyata masih ada durian sisa kemarin. Saya sudah sembuh dari rasa pusing darah tinggi, mungkin makan sedikit tidak apa-apa. Saya makan sedikit, karena mubazir kalau dibuang. Saya dan Pak Radin siap-siap, begitu juga dengan Fitri. Sedangkan Pak Bima dia memilih untuk tetap di Tawau.
Siap Dengan Perjalanan |
Bersama Fitri saya ajak untuk makan pagi, dan kami membeli makan pagi. Karena penasaran, kami sesekali bertanya pada petugas dan ternyata memang benar, keberangkatan ke Nunukan nanti jam 09.00. Jadi kami makan lebih tenang. Memesan nasi goreng, untuk mengisi tenaga p
Sarapan Pagi |
Ditengah menunggu, ada Pak Bima datang. Dia menanyakan prosesnya, dan semuanya aman. Sambil menunggu, kami bincang-bincang. Terutama mengenai masa depan Fitri kedepan. Intinya mereka mengingatkan dan memberikan wejangan, supaya terus mengejar cita-cita.
Siap Meluncur |
Memang jalan satu-satunya untuk menuju ke Sebatik adalah ke Nunukan terlebih dulu. Terkesan berputar-putar, namun inilah pilihan utamannya. Berbeda dengan kemarin, yang hanya membutuhkan waktu 1 atau 2 jam. Kalau ini, akan membutuhkan waktu yang panjang.
Perlepasan |
Saya dibelakang Fitri, menunggunya. Tiba giliran Fitri, saya lihati, hanya ditanya sebentar, dan semua aman. Syukurlah. Dia hanya ditanya yang menjaminnya, untung dia bisa menjawab dengan benar. Kini giliran untuk masuk ke Kapal Purnama Exspress.
Ke Kapal |
Kami memilih kapal paling atas. Di sana, meski sudah ada tempat duduknya, kami bertanya ke petuga kapal, dan diperbolehkan untuk duduk dimana saja. Kami akhirnya memilih tempat duduk yang satu baris, untuk memudahkan semuanya.
Purnama Express 1 |
Katanya nanti setelah kapal jalan, baru diperbolehkan untuk duduk-duduk di belakang. Jam 12.00 lebih sedikit, kapal berangkat. Kami mulai meningglakan Tawau untuk menuju ke Nunukan. Awal pemberangkatan, hanya dihibur dengan film Warkop DKI. Film ini juga sangat laku disini, sama juga seperti di Indonesia.
Menunggu di belakang |
Saya tertarik juga untuk kebelakang, siapa tahu melihat pemandangan indah. Benar saja, ditengah hamparan laut, banyak sekali pulau-pulau kecil dengan pemandangan yang menyejukan. Ditambah udara yang kencang karena dibelakang kapal. Banyak orang-orang melakukan hal yang sama dengan kami, begitu juga dengan Pak Radin yang akhirnya ikut keluar juga.
Pelabuhan Terlihat |
Kedatangan kami disambut dengan gerimis. Kami bergegas untuk keluar kapal, menuju ke tempat pengecapan passport. Mengantterinya. Kondisi cuaca sudah berubah, terlihat sangat mendung. Tandanya akan segera turun hujan. Dan benar saja, baru kami masuk, hujan sangat besar turun.
Sampai di Pelabuhan |
Gerimis sudah terhenti. Kami harus berjalan keluar, dan menuju ke tempat naik kapal. Penjual sudah berjejer menawarkan makanananya. Sempat tergoda ingin makan, tapi biar nanti saja. Kami agak bingung, namun menurutu saya, ini sudah jalur yang benar. Kami hanya mengingat dan mengikuti petunjuk dari Pak Bima yang sudah lebih berpengalaman.
Berjalan Menaiki Kapal |
Berwarna hijau, dan mewah untuk ukuran ditengah pemukiman seperti ini. Sekalian istirahat, kami sholat terlebih dulu. Banyak orang-orang yang sedang tertidur, mungkin mereka juga sedang istirahat setelah menempuh perjalanan juga. Sama seperti kami.
Jalanan Horor Menuju Kapal |
Dari kejauhan sudah banyak orang yang menawarkan tumpangannya. Tentu saja untuk mengantarkan kami ke Sebatik. Ternyata tidak seindah yang dibayangkan, untuk menaiki kapal ini jalannya terlihat horor dan sedikit tidak aman.
Menuju Sebatik |
Kapal berjalan kencang. Semakin ke tengah semakin besar ombaknya, mungkin karena habis hujan. Ditengah-tengah begitu terasa, deburan ombak juga sempat membasahi badan kami. Sesekali berpandangan dan senyum. Hanya butuh waktu 15 menitan, dan dengan membayar Rp. 25.000, kami sudah sampai di Sebatik.
Menuju Penjemputan |
Kami berjalan, menujug ke mobil. Sudah ada bendera-bendera Merah-Putih yang dijejerkan indah sepanjang jalan. Sebelum akhrinya bernagkat, kami harus berdesak-desakan dengan mobil Pak Amin. Ternyata bukan hanya kami yang dia angkut, namun ada orang lain lagi.
Rumah Kayu |
Nampaknya mengerti, perjalanan dimulai. Jalanan disini sudah bagus, sudah beraspal. Dan banyak kelak-kelok yang seperti di bukit Ular. Mengasyikan juga. Gaya bahasa mereka juga hampir sama dengan orang Sabah. Tidak terlalu berbeda.
Perbatasan Indonesia |
Akhrinya sampai juga di Mutiara Bangsa setelah perjalanan panjang ini. Mengembalikan Fitiri, dengan status legal nya. Dia sudah tengang, tidak perlu memikirkan passport lagi, karena sudah beres semua. Kami bertemu gurunya langsung, dan menyerahkan Fitir untuk di didik karakter dan kepribadianya.
Pintu Mutiara Bangsa |
Tempat paling ramai disini. Dan itulah satu-satunya tempat disini. Kami diantarkan. Disana menanyakan penuh atau tidak, dan untunglah masih banyak yang kosong. Kami cek in, dan melihat-lihat isi hotel. Kamar kami di lantai atas, disana banyak tertempel nama-nama penghuninya.
Salah satu Bangunan Mutiara Bangsa |
Kalau di Sabah, ada 3 kaki untuk mencolok listrik, ini Indonesia yang hanya 2 colokan listrik. Berarti harus membeli nanti. Kami istirahat sebentar, Meluruskan badan. Sekitar 30 menit kami beristiraht.
Salah Satu MI |
Jalan-jalan sore ini mengarahkan kaki ini ke penjual Mi Ayam. Langsung saja saya ajak Pak Radin, kami makan dengan nikmat. Mie Ayam ini benar-benar seperti di Jawa, dan ternyata benar, penjualnya orang Jawa. Dari logatnya dan percakapannya dengan kawannya, dia orang Jawa.
Mie Ayam Lezatos |
Kami membeli 2 Durian dan dimakan disana. Jam 18.00 kami baru pulang ke hotel. Niatnya tadi, Pak Radin ingin mencari toko Eiger. Terus mengikuti panduan dari Google Maps. Kami diarahkan ke jalan-jalan kampung, dan ternyata Google Maps mengarahkan kami ke sebuah rumah.
Salah satu Masjid Sebatik |
Ternyata jalanan ini juga mengantarkan kami ke hotel, tidak terlalu jauh. Ini benar-benar dipinggir pantai. Perumahannya juga dipinggir pantai. Berjejer rapi. Kami istirahat sejenak, sampai di hotel jam 19.00.
Bekal di Jalan |
Bu Aji juga menitipkan Antangin yang tidak dijual di Sabah. Saya mencarinya, dan untunglah ada. Selesai belanja, kami tidak mau langsung pulang. Setelah mengambil uang di ATM BNI, kami lanjut jalan-jalan malam.
Mencari makan lagi. Saya seperti kesetanan, inginnnya makan terus, mungkin karena ini kesempatan langka, jadi saya inigni mencari Bakso. Benar-benar Bakso khas Indonesia. Kamia akhrinya menikmati Bakso, dan lagi-lagi pemiliknya dari Jawa. Benar-benar nikmat. Selesai sudah petualangan hari ini, kami kembali ke hotel jam 22.00 untuk istirahat, karena besok harus pulang.[]
Lanjut Hari Ke-359 DISINI.