arifsae.com - Udara pagi ditengah hutan. Segar. Alami dan sangat asri. Bersiap-siap mencari pengalaman dan membuka memori-memori tahun lalu yang masih kuat tertanam. Suasana begitu berbeda. Udara yang berbeda dan masih segar ini segera menyambutku. Saya segera mencari sungai, melaksanakan ritual rutin: buang air besar. Kebetulan ada sungai disamping rumah. Terdengar suara gemricik. Kondisi masih gelap.
Sebenarnya ada WC didalam, tapi itu akan sangat tidak nyaman, karena banyak orang. Setelah membuang sisa-sisa makanan diperut, saya kembali ke rumah. Menikmati suasana terlebih dulu, leha-leha, dan santai-santai sebelum bekerja keras nanti.
Jam 06.00 kawan-kawan yang bertugas masak sudah beraksi, mereka memasak bahan-bahan makanan yang sudah tersedia. Sebelum berangkat, kami sarapan bersama-sama terlebih dulu. Ada roti dan pisang juga, yang ternyata menarik perhatian para Monyet. Tidak disangka, ada kawanan Monyet turun ke rumah. Mereka mencari sisa-sisa makanan dan bahkan mencuri makanan kami.
Kami hanya menikmati pemandangan itu. Sesekali memberikan makanan yang sudah kami makan. Mereka tentu saja sangat menikmati sisa-sisa makanan yang diberikan kami. Ada yang besar, juga ada anak-anak nya. Mereka sepertinya heran dengan kehadiran kami. Memang bangunan ini katanya jarang digunakan. Dan ditambah kondisi hutan yang masih sangat terjaga.
Sebenarnya ada WC didalam, tapi itu akan sangat tidak nyaman, karena banyak orang. Setelah membuang sisa-sisa makanan diperut, saya kembali ke rumah. Menikmati suasana terlebih dulu, leha-leha, dan santai-santai sebelum bekerja keras nanti.
Bersiap-Siap |
Merapikan Bambu |
Hutan di daerah Lahad Datu memang masih terawat ditengah pembukaan lahan untuk sawit. Saking terjaganya, disini tidak ada sinyal sama sekali. Hanya bermodalkan sinyal Wifi yang terbatas, dan tidak setiap waktu ada. Tapi itulah hebatnya tempat ini, benar-benar back to nature.
Setelah urusan buang perut dan memasukan lagi bekal ke perut, kami mulai bergegas untuk berangkat menjadi "kuli". Bahkan lebih parah nampaknya, kalau tidak mau disebut sebagai "kerja rodi" atau bahkan "kerja paksa". Barang-barang sudah siap, segera kami menuju ke lapangan. Siap lahir dan batin untuk berperang .
Menemui Danau Kenangan |
Membongkar Danau
Kami diantar menggunakan mobil. Melihat lapangan yang masih belum terlihat hasilnya, oleh karena itulah kami disini. Kerja pertama memotong bambu. Tujuannya untuk dibawa ke danau, dan tentu saja mempersiapkan segala bahan untuk dibuat media pramuka disana.
Pak Tria Berglantungan |
Bongkar-bongkar bambu sudah. Angkat-angkat ditengah teriknya matahari yang panas menjadi pembuka kerja hari ini. Segera setelah semua dihitung, kami bersiap menuju danau. Tempat yang tahun lalu menjadi sumber kenangan, mungkin tahun ini juga akan sama.
Makan Siang |
Satu persatu bambu diangkat ke mobil yang telah dipersiapkan. Tujuan bambu ini akan kami buat menjadi rakit dan rintangan tantangan untuk mencari jejak nanti. Kami yang tergabung dalam tim outbond segera meluncur dengan mobil ke lokasi.
Makanan Ala Pak Tria |
Jalanan yang penuh kenangan segera terbuka kembali. Kenangan yang pada tahun 2017 masih terbekas jelas, dulu bersama Pak Wawan, Pak Tria, Pak Didib, dan saya. Tentu saja sekarang akan berbeda, suasana dan orang-orangnya. Pak Wawan sudah pulang ke Indonesia, dan Pak Didib menjadi ketua JAIM 5 saat ini, yang tentu akan sangat sibuk.
Setelah pemandangan danau kenangan terpampang jelas, dan tanpa perubahan berarti, masih sama dengan tahun lalu, kami bersama-sama menurunkan bambu-bambu dari mobil dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
Makan Bersama |
Setelah semua bambu diturunkan, kami mempersiapkan diri. Jam menunjukan 09.00 pagi waktu Sabah. Kami mulai menjeburkan diri ke danau. Kondisi danau yang jarang dijamah orang tentu saja menjadi was-was dihati, takut ada buaya, atau dinosaurus seperti di film-film.
Siap-Siap Pulang |
Kerja pertama memasang bambu-bambu untuk mendirikan tiang. Semua bergerak. Karena ini adalah tim yang sudah mengenal satu sama lain, bahkan orang-orangnya saling akrab, jadi semasa kerja serasa bermain-main, penuh keakraban.
Memasang dan tali sudah mulai terlihat. Hari sudah siang, terik matahari sudah bertambah panas. Jam menunjukan 11.00 siang, kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu. Persedian makanan terjaga, Pak Tria siap beraksi, dialah koki nya. Mengolah bahan persediaan makanan yang dibawa.
Perjalanan Susur Hutan |
Bahan akanan yang dibawa, adalah megi dan sarden. Bahan makanan yang dibawa itu akan menemani makan siang kita. Pak Tria menyalakan kompor dan menanak nasi, ada yang mengolah megi dan sarden. Ada juga yang berbincang-bincang berbagai obrolan topik.
Itulah kenikmatan disini, kekeluargaan yang sangat erat menjadi obrolan menjadi lebih dekat. Setelah semua siap, kami semua memposisikan diri untuk memakan makan siang ini. Saya mengambilkan daun seabgai alas untuk menaruh makanan. Dicampur dan di uwek-uwek sampai semuanya terpadu menjadi satu.
Keadaan WC |
Kami memakan makanan ini bersama-sama. Kenikmatan hakiki yang tak didapatkan direstoran-restoran, makanan seadanya namun nikmatnya luar biasa. Ditengah pemandangan danau dan suasana hutan yang asri. Benar-benar nikmat. Kami memakan dengan lahap, sambil diselingi bercanda dan rebutan makanan.
Hawa ngantuk menyerang setalah makan siang. Kami berisitrahat sejenak, sebelum melanjutkan pekerjaan. Jam 13.00 kami bersiap lagi menceburkan diri ke danau untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Kali ini kami menyelesaikan bahan untuk dijadikan perang bantal.
Menuju Sungai |
Disaat asik menyelesaikan perang bantal, tiba-tiba hujan lebat turun. Karena terlanjur turun, kami menikmati hujan sambil menyelesaikannya. Lumayanlah pekerjaan hari ini, selesai target pertama, meski masih banyak yang belum disentuh.
Disaat hujan inilah, kebersamaan begitu jelas dan semakin dekat. Kami tidak merasa terbebani, meski harus berkubang di danau yang airnya saja bercampur dengan lumpur dan entah apa saja. Sore hari, kami selesai. Niatnya ingin pulang, tapi karena penasaran, kami mencoba berbagai arena permainan satu persatu.
Rumah Istirahat |
Pertama, melewati rangkaian perang bantal, yaitu menyebrangi jembatan, dan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Semuanya gagal total. Tidak ada yang berhasil. Saya sendiri berpikir, "Kami saja tidak bisa, apalagi anak-anak." Tapi biarlah, supaya menantang adreanalin.
Tantangan kedua berglantungan diatas bambu. Dan ini jauh lebih sulit, karena badan kami yang penuh dengan lemak-lemak membuat beban tak bisa kami bawa. Karena tidak ada yang berhasil, kami satu persatu naik dan istrirahat. Karena memang sudah sore, kami semua sepakat untuk mengakhiri kerja hari ini.
Siap Mandi |
Jam 16.00 lebih kami duduk-duduk dulu, menikmati sore hari diatas danau. Pak Tria dengan gesit memasak Ubi, ada juga yang mancing ikan. Kebetulan mereka yang suka mancing membawa peralatan mancing, kerja sekalian mancing. Bagi mereka itu mengasikan. Ikan yang didapat tidak keburu di olah. Kami meninggalkannya untuk pergi mandi.
Sungai yang dituju juga merupakan sungai kenangan. Sungai yang tahun lalu juga digunakan untuk mandi. Airnya segar, kalau tidak hujan. Masih alami dan jernih. Tapi kali ini habis hujan, kami tidak tau kondisinya saat ini.
Mandi Bersama |
Kami berjalan kaki menuju ke sungai. Sambil menikmati keindahan hutan. Hari ini segalanya terbuka semua. Kenangan dan lainnya. Membekas tahun lalu bersama "orang-orang pohoon". Sampai di sungai, airnya lumayan jernih. Meski tidak seprti biasa. Kami memutuskan untuk mandi.
Makan Malam Bersama |
Yang perlu diwaspadai adalah banyaknya lintah disini. Kalau tahun lalu lintahlah yang jadi musuh utama. Untuk hari ini belum terlihat. Tapi tetap harus waspada. Selesai mandi, kami pulang ke bascame bersama-sama jalan kaki.
Warna gelap sudah datang, tandanya istirahat dan makan bersama. Berbagai menu tersaji. Ada kawan-kawan lainnya yang memasak, jadi kami berkumpul dari segala divisi untuk makan bersama. Menu makananya juga bervariasi. Dari kerja seharian, akhirnya terpuaskan dengan makanan ini. Tentunya sambil bincang-bincang santai dengan kawan-kawan.
Mencari Sinyal |
Selesai makan, kami menuju ke office untuk mencari sinyal. Membuka hape yang seharian tidak ada kabar. Meski sinyal juga tidak terlalu baik,tapi cukup untuk membuka pesan WA.
Malam hari kami tutup dengan rapat kegiatan yang sudah dilakasanakan masing-masing divisi. Mengvaluasi dan memperbaiki kekurangan untuk perbaikan hari esok. Selesai rapat, kami tutup dengan bermain kartu, hingga kejadian tak terduka terjadi ketika kami bermain kartu jam 01.00 dini hari. Sebuah tragedi...[]
Lanjut Hari Ke-376 DISINI.