arifsae.com - Pagi ini begitu berbeda. Hari yang ditunggu-tunggu untuk pulang ke Indonesia telah tiba. Banyak kawan-kawan yang sudah terlebih dulu pulang, ada juga yang belum dan menunggu pulang lusa. Kalau saya, yang jelas hari ini akan terbang ke Kuala Lumpur untuk menikmati keindahan ibu kota Malaysia itu.
Meski sudah lama di Malaysia, tapi kata orang, "Belum ke Malaysia kalau belum foto dengan Petronal," Benar juga, setelah dipikir-pikir, selama 10 bulan disini, belum pernah ke negara bagian lain selain Sabah untuk jalan-jalan. Kecuali waktu deportasi ke Brunei Darussalam tahun lalu.
Yes, jadwal penerbangan kami jam 09.00 pagi. Kami siap-siap ke bandara antarbangsa Kota Kinabalu (KKIA). Tentu saja menggunakan Grab. Perjalanan tidak ada masalah, sampai di bandara kami siap-siap mencari tempat untuk cek in. Ini pertama kali kami naik pesawat pulang, masih asing tempatnya, pertama kali tentu ketika datang pertama kali.
Meski masih asing, mencari tempat tentu tidak jadi masalah. Sempat bertemu dengan kawan-kawan yang ingin pulang juga. Ada mesin cetak tiket yang bisa kita operasikan sendiri. Setelah dicoba, tidak bisa. Kami menuju ke loket manual. Setelah di cek, kami tidak membeli bagasi. Saya diminta membayar RM 70. Pak Majid lepas tangan.
Padahal dia mau menitipkan barang ke tas saya. Ribut terjadi. Ini tidak benar, dia lepas tangan begitu saja. Saya agak marah, harus seperti itu dulu baru dia mau membayar. Saya kecewa. Ini kejadian yang membuat saya benar-benar berubah persepsi dengan dia. Semoga tidak jadi berbuntut panjang.
Setelah selesai urusan bagasi, kami masuk ke pemeriksaan dan menunggu pesawat. Sempat bertemu dengan kawan-kawan tahap 7 yang akan mengantarkan anak-anaknya yang akan mendaftar beasiswa ke Indonesia. Lihat mereka senang, kapan saya bisa seperti itu?
Mengantarkan anak-anak mendaftar beasiswa, semoga saja tahun depan. Tahun ini tidak ada harapan. Ah, biar saja, semoga tahun depan berbeda. Peswat yang akan kami naiki adalah Air Asia, tentu mencari murah meriah. Meski tidak ada makanan, tapi luamyan lah. Peswat ini juga Pak Majid yang memesan, dia mencari murah. Seperti itulah dia, kalau tidak gratis yang diskon.
Peswat kami terbang jam 09.00. Selama 2 jam perjalanan ke Kuala Lumpur kami menikmati pemandangan, tidak ada masalah. Pemandangan indah tersaji, inilah pemandangan yang pertama kali saya lihat. Tentu pemandangan KL yang ternyata masih ada sawit. Dari atas, terlihat jelas, banyak sawit-sawit disekitar bandara internasional KL (KLIA).
Saya berusaha biasa saja dengan Pak Majid. Kami turun di KKIA. Inilah KL, kaki menginjakan pertama kalinya disini. Pemandangan yang indah. Besar dan bersih. Tentu kesan ini tidak bisa dilepaskan, karena memang luar biasa. Karena ini pertama kali, perjalanan keluar bandara pun hanya bermodal mengikuti orang-orang yang sama-sama keluar.
Tentu setelah melewati pemeriksaan imigresen Malaysia. Niatnya, kalau tidak ada kendaraan, kami akan menaiki Grab dengan biaya RM 80. Tapi setelah keluar bandara, ada tempat loket penjualan bus. Murah meriah, hanya RM 12 sudah sampai di pusat kota. Saya memilih itu. Sebenarnya ingin naik MRT atau Monorel, tapi karena tidak tahu jadi terpaksa menggunakan bus.
Perjalanan dari Bandara ke pusat kota KL berjalan selama 1 jam. Awalnya, memeang masih banyak sawit. Tapi semakin jauh, semakin jelas keindahan kota KL. Kami takjub. Ini moment pertama kali kami ke KL. Gedung-gedung tinggi jelas terlihat. Menara kembar, Petronas juga sudah terlihat meski masih terlihat kecil. Masih jauh.
Kami sampai di Stesen bus jam 12.45. Bingung juga. Mau pakai apa ke Deddy House nya. Tempat ini merupakan tempat yang sudah di booking, murah meriah dan dekat dengan KL Centre, pusat oleh-oleh. Itu nanti saja. Kami mencari jalan untuk kesana. Tidak ada jalan lain, mungkin karena tidak tahu. Katanya disini ada akses MRT dan Monorel. Tapi setelah kami mencari-cari tidak ketemu.
Jadi terpaksa menggunakan Grab. Sudah tidak jauh sebenarnya, hanya RM 7 saja. Kami diturunkan di depan Central Market, karena di KL ternyata macet juga. Tidak hanya di Jakarta. Cuaca juga terlihat panas. Hampir mirip dengan Indonesia.
Bedanya, orang-orang justru banyak terlihat dari etnis Tionghoa, Pakistan, dan tentu orang Melayu sendiri. Kami jalan kaki ke tempat penginapan Deddy House. Tidak jauh, hanya 2 menit berjalan. Kami cek in. Bahasanya sudah sangat Upin Ipin. Sederhana memang, tidak terlalu mewah.
Kami segera masuk ke kamar yang hanya RM 60 ini. Cukup untuk istiahat. Kami istirahat terlebih dulu, sebelum nanti akan ke Menara Petronas. Cuaca yang panas ini cukup menguras tenaga yang sedang puasa ini. Rebahan dan tidur sebentar sebelum mencari strategi untuk menuju ke Menara Petronas.
Jam 15.00 kami beranjak dari tempat tidur. Ingin menikmati pemandangan kota KL ini. Setelah mencari tahu, akhirnya ongkos naik Grab hanya RM 6. Kalau jalan, tentu lumayan jauh. Kami menaiki Grab untuk menuju ke Menara Petronas. Pemandangan KL memang benar-benar menakjubkan. Bersih, tertata rapi dan indah.
Setelah berjalan beberapa saat, akhiirnya sampai juga. Terlihat jelas pemandangan Menara Pestronas yang menjualang sangat tinggi. Herannya, masih ada burung-burung berterbagnan dan suasan rindang begitu terasa. Aneh ya? Pemandangan yang tidak saya temukan di Jakarta.
Meski gedung-gedung tinggi, burung-burung liar masih berterbangan bebas. Harus menjadi contoh. Kami masuk ke KLC Centre. Berjalan sebentar, dan akhirnya sampai juga di Menara Petronas. Menara ini merupakan menara kembar yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia antara tahun 1988-2004 sebelum dilampai oleh Burj Khalifa dan Taipei 101.
Inilah pertama kali ke Menara Pertonas. Tentu hal-hal yang berkaitan dengan mengabadikan moment ini terjadi. Puaskan dahaga rasa penasaran yang menghinggapi. Setelah 10 bulan di Sabah, Malaysia baru kali ini berfoto dengan icon Malaysia.
Puas berfoto dan pamer dengan kawan-kawan yang belum pulang, kami jalan-jalan di mall yang letaknya berada di bawah KL Centre. Hujan tiba-tiba datang. Akhirnya kami sekalian melihat-lihat hape. Pak Majid juga ingin segera membeli Hape. Dia membeli Samsung A8 yang katanya lebih murah disini. Biarlah. Saya hanya menemani saja.
Waktu sudah jam 18.00, ternyata disini buka puasa berbeda dengan Sabah. Buka puasa baru jam 19.30. Kami pulang ke motel untuk berbuka. Mencari-cari tempat berbuka puasa disini sangat susah. Banyak makanan dari Cina. Takut halal dan haramnya. Kami mencari makanan khas Indonesia, tapi gagal. Tidak ketemu.
Mencari jalan memutar kemana-mana, hanya membeli air kelapa untuk membatalkan puasa. Berjalan kemana-mana tidak ketemu. Akhirnay ada tempat Pakistan di depan Central Market. Lumayan untuk mengisi perut kosong ini. Makanan sama dengan kedai-kedai Pakistan yang ada di Sabah.
Tidak mahal, hanya RM 6. Murah juga. Kami menyantap menu seadanya. Setelah selesai makan, kami pulang ke motel untuk istirahat. Tapi tidak tenang, rasanya ingin jalan-jalan malam. Akhirnya kami keluar, siapa tahu masih buka. Namun, ternyata Central Market sudah tutup. Sayang.
Akhirnya kami hanya foto-foto saja. Melihat sekeliling. Kami baru pulang jam 21.00 untuk istriahat. Besok rencananya akan pulang sore hari, namun untuk mengobati perasaan ppenasran, besok harus ke Central Market untuk membeli oleh-oleh. Mari istirahat dihari yang langka ini.[]
Meski sudah lama di Malaysia, tapi kata orang, "Belum ke Malaysia kalau belum foto dengan Petronal," Benar juga, setelah dipikir-pikir, selama 10 bulan disini, belum pernah ke negara bagian lain selain Sabah untuk jalan-jalan. Kecuali waktu deportasi ke Brunei Darussalam tahun lalu.
Menuju Bandara |
Meski masih asing, mencari tempat tentu tidak jadi masalah. Sempat bertemu dengan kawan-kawan yang ingin pulang juga. Ada mesin cetak tiket yang bisa kita operasikan sendiri. Setelah dicoba, tidak bisa. Kami menuju ke loket manual. Setelah di cek, kami tidak membeli bagasi. Saya diminta membayar RM 70. Pak Majid lepas tangan.
Bertemu Beswan |
Setelah selesai urusan bagasi, kami masuk ke pemeriksaan dan menunggu pesawat. Sempat bertemu dengan kawan-kawan tahap 7 yang akan mengantarkan anak-anaknya yang akan mendaftar beasiswa ke Indonesia. Lihat mereka senang, kapan saya bisa seperti itu?
Naik Air Asia |
Peswat kami terbang jam 09.00. Selama 2 jam perjalanan ke Kuala Lumpur kami menikmati pemandangan, tidak ada masalah. Pemandangan indah tersaji, inilah pemandangan yang pertama kali saya lihat. Tentu pemandangan KL yang ternyata masih ada sawit. Dari atas, terlihat jelas, banyak sawit-sawit disekitar bandara internasional KL (KLIA).
Stasiun Bus Pemberhentian |
Tentu setelah melewati pemeriksaan imigresen Malaysia. Niatnya, kalau tidak ada kendaraan, kami akan menaiki Grab dengan biaya RM 80. Tapi setelah keluar bandara, ada tempat loket penjualan bus. Murah meriah, hanya RM 12 sudah sampai di pusat kota. Saya memilih itu. Sebenarnya ingin naik MRT atau Monorel, tapi karena tidak tahu jadi terpaksa menggunakan bus.
Menuju Motel Deddy |
Kami sampai di Stesen bus jam 12.45. Bingung juga. Mau pakai apa ke Deddy House nya. Tempat ini merupakan tempat yang sudah di booking, murah meriah dan dekat dengan KL Centre, pusat oleh-oleh. Itu nanti saja. Kami mencari jalan untuk kesana. Tidak ada jalan lain, mungkin karena tidak tahu. Katanya disini ada akses MRT dan Monorel. Tapi setelah kami mencari-cari tidak ketemu.
Peteling Street |
Bedanya, orang-orang justru banyak terlihat dari etnis Tionghoa, Pakistan, dan tentu orang Melayu sendiri. Kami jalan kaki ke tempat penginapan Deddy House. Tidak jauh, hanya 2 menit berjalan. Kami cek in. Bahasanya sudah sangat Upin Ipin. Sederhana memang, tidak terlalu mewah.
Bus Selangor |
Jam 15.00 kami beranjak dari tempat tidur. Ingin menikmati pemandangan kota KL ini. Setelah mencari tahu, akhirnya ongkos naik Grab hanya RM 6. Kalau jalan, tentu lumayan jauh. Kami menaiki Grab untuk menuju ke Menara Petronas. Pemandangan KL memang benar-benar menakjubkan. Bersih, tertata rapi dan indah.
Menuju ke Menara Petronas |
Meski gedung-gedung tinggi, burung-burung liar masih berterbangan bebas. Harus menjadi contoh. Kami masuk ke KLC Centre. Berjalan sebentar, dan akhirnya sampai juga di Menara Petronas. Menara ini merupakan menara kembar yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia antara tahun 1988-2004 sebelum dilampai oleh Burj Khalifa dan Taipei 101.
Menara Kembar |
Puas berfoto dan pamer dengan kawan-kawan yang belum pulang, kami jalan-jalan di mall yang letaknya berada di bawah KL Centre. Hujan tiba-tiba datang. Akhirnya kami sekalian melihat-lihat hape. Pak Majid juga ingin segera membeli Hape. Dia membeli Samsung A8 yang katanya lebih murah disini. Biarlah. Saya hanya menemani saja.
Centra Market Malam Hari |
Mencari jalan memutar kemana-mana, hanya membeli air kelapa untuk membatalkan puasa. Berjalan kemana-mana tidak ketemu. Akhirnay ada tempat Pakistan di depan Central Market. Lumayan untuk mengisi perut kosong ini. Makanan sama dengan kedai-kedai Pakistan yang ada di Sabah.
Deddy House |
Akhirnya kami hanya foto-foto saja. Melihat sekeliling. Kami baru pulang jam 21.00 untuk istriahat. Besok rencananya akan pulang sore hari, namun untuk mengobati perasaan ppenasran, besok harus ke Central Market untuk membeli oleh-oleh. Mari istirahat dihari yang langka ini.[]
Lanjut Hari Ke-305 DISINI.