Kesenian |
arifsae.com - Bagaimana kita memandang dunia pendidikan saat ini? Banyak
kalangan mengklaim semakin berkembang, ada juga yang menyebut stagnan, bahkan
ada yang mengira mundur kebelakang. Yang jelas, kita mempercayai tujuan akhir
dari pendidikan adalah sebuah kunci untuk mebuka babak kejayaan suatu bangsa.
Jangan pernah bermimpi menjadi negara besar apabila problem yang menjerat dunia
pendidikan tak kunjung terselesaikan dan dituntaskan.
Saat ini, masih banyak data menyebutkan berbagai masalah
yang menjerat pendidikan kita. Survey dari TIMS and Pirls menempatkan kualitas
pendidikan kita di posisi 40 dari 42 negara. Sedangkan hasil penelitian World
Educatioan Forum, dibawah naungan PBB, Indonesia menempati posisi 69 dari 76
negara. Selanjutnya, The Learning Curve menempatkan posisi Indonesia diposisi
paling bawah dari 40 negara yang diteliti.
Melihat berbagai survey itu, sungguh miris. Meski data itu
tidak bisa digeneralisir bahwa dunia pendidikan kita gagal total. Masih banyak
sisi kebaikan dan kesuksesan yang sudah ditorehkan dalam lingkungan pendidikan
hingga kini. Soal progresivitas mutu pendidikan memang selalu menimbulkan
perdebatan diranah publik.
Seperti saat peringatan Hari Pendidikan Nasional tiba.
Momentum ini merupakan kesempatan bagi berbagai kalangan berdiskusi dan
menyampaikan argumen untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Apalagi,
pemerintah sudah sejak lama menaruh keseriusan untuk memajukannya, salah satu
bentuk kongkitnya dengan anggaran APBN dan APBD sebesar 20 persen.
Reformasi Pendidikan
Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2018 menjadi
momentum muhasabah, refleksi dan instropeksi diri. Tujuannya untuk menerawang
kedepan demi terwujudnya cita-cita pendidikan nasional yang sudah didambakan.
Salah satunya dengan menekankan pendidikan karakter peserta didik dan
mereformasi produksi guru.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 87
Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Peraturan ini ditujukan
sebagai pemicu Revolusi Mental besutan Presiden Joko Widodo. Tentu dengan berkolaborasi
antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai sebuah Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Tantangannya tidak hanya dari internal, namun juga dari
eksternal. Menurut Mendikbud Muhadjir Effendy dalam sambutan Hardiknas 2018,
mengingatkan tantangan eksternal abad ini dengan hadirnya Revolusi Industri 4.0
yang bertumpu pada cyber-physical system. Revolusi ini sudah mengubah
multidimensi kehidupan, ditandai dengan peralihan secara besar-besaran pola
kerja manusia digantikan dengan kecanggihan mesin-mesin cerdas.
Inilah salah satu pekerjaan rumah yang memerlukan langkah
solusi, salah satu jalannya tentu dengan mereformasi pendidikan. Orientasi
pendidikan harus bertumpu pada knowledge (pengetahuan) dan skills (ketrampilan)
yang tertuju dan berdaya saing, revitalisasi kelembagaan, pengembangan ilmu
yang strategis, kemajuan riset dan inovasi yang kompetitif. Untuk itulah,
momentum kali ini menjadi pemantik api reformasi pendidikan kita.
Untuk mencapai cita-cita itu, pemerintah harus bersungguh-sungguh
merawat guru dengan kebijakan-kebijakan yang pro-guru. Bagaimanapun, guru
merupakan ujung tombak pendidikan. Pembenahaan tata kelola lembaga penghasil
guru menjadi keniscayaan. Andaikata pemerintah merawat kualitas guru, maka guru
akan memberikan pelayanan kepada muridnya dengan baik. Para guru dituntut untuk
bersikap profesional, dan juga memegang kuat idealisme nya. Karena hanya guru
yang ber-idealisme yang akan membentuk kemajuan peradaban.
Hari Pendidikan Nasional ini juga menjadi momentum untuk
menciptakan dunia pendidikan sebagai tempat atau rumah yang menyenangkan bagi
para peserta didiknya. Itulah sebabnya kita harus selalu optimis, dengan
kualitas guru yang terus meningkat, maka akan berdampak pada lahirnya generasi
penentu yang membawa terang arah masa depan negara ini.
Pemerintah, masyarakat dan seluruh insan pendidikan tetap
tidak boleh melupakan isu perlindungan anak, baik secara fisik, psikis maupun
seksual dilingkungan sekolah. Oleh karena itu, kita sambut ajakan menteri
Muhadjir Effendy untuk bersama-sama mereformasi dan meningkakan kualitas
pendidikan, baik dari sisi sistem, guru maupun peserta didiknya. Sehingga
kedepan, cita-cita pendidikan yang kita dambakan akan benar-benar terwujud.[]