Atribut Pantarlih |
Saya baru bertemu dengan orang-orang konsul, bahkan dengan orang yang sering berhubungan dengan saya, Pak Zul. Kami bersalaman dan berbincang-bincang dengan kawan-kawan, seperti dari guru-guru dari Sapi 2, Pamol, Monsok, dan beberapa kawan dari guru lokal dan mandor.
Makan Bersama |
Saya juga sudah melaporakan hasil kerja saya. Ternyata, kawan-kawan yang lain belum sama sekali kerja. Hanya saya saja yang sudah mencari data, kata Pak Zul, Terusan 2 dijadikan semple. Memang dibandingkan dengan estete-estete lain, Terusan 2 dianggap paling lengkap. Kami juga diberikan berbagai atribut Pantarlih, identitas dan surat tugas. Identitas dan surat tugas ini tentunya diperlukan ketika ke ladang-ladang yang belum kita kenal, sehingga bisa dipercaya pihak ladang.
Diskusi Data |
Kami diarahkan masuk ke ruangan ber-AC, luas dan nyaman. Berbeda dengan di Al Kafi tadi yang tentunya udaranya panas. Kami rapat disini. Menyelesaikan segala sesuatu, terutama tentang tanda tangan yang harus kami isi. Disamping itu, ada kaos dan uang untuk transportasi. Lumayan buat menyambung hidup ditengah krisis keuangan.
Meluncur Ke Bandar |
Saya tertarik. Sekali mencuci baju, saya sanggupi permintaan Pak Bima untuk ke Bandar. Pengalaman pertama yang akan mengesenkan, atau malah melelahkan? Biarlah. Kami meluncur ke Bandar, jaraknya sekiar 150 km. 2,5 jam perjalanan, akan sangat menguras tenaga. Kami berangkat jam 16.30, dan 2 kali istirahat.
Rehat di Hotel |
Sambil menunggu selesai, kami minum-minum di kedai pinggir pantai. Menikmati suasana malam. Meski badan terasa remuk, karena ini pengalaman pertama. Benar-benar melelahkan. Setelah selesai semua, kami menuju ke hotel. Saya tidak sabar ingin istirahat. Entahlah kalau Pak Bima, dia nampaknya akan begadang. Memang tidak ada rasa capai nya. Hari ini benar-benar menguras tenaga. Mari istirahat di kasur empuk hotel.[]
Lanjut Hari Ke-265 DISINI.