arifsae.com - Bermalas-malasan di kamar hotel, beristirahat membalas badan yang begal-pegal setelah motoran ke Bandar. Urusan sebenarnya selesai, saya ingin mengajak Pak Bima menonton film, tapi nampaknya dia tidak terlalu suka menonton film.
Jadi agenda yang selanjutnya adalah pulang. Karena tidak ada kegiatan lagi. Kami siap-siap pulang, setelah jam 12 siang. Saya menyiapkan badan lagi, bisa dipastikan badan akan terasa remuk lagi.
Motor melaju, saya diajak lewat jalan baru. Sama sekali tidak pernah terlewati. Mungkin faktor menggunakan motor, jadi bisa lebih gesit jalannya. Saya juga bingung, diajak jalan kemana ini. Tapi karena saya mengikuti saja, semua saya pasrahkan ke Pak Bima.
Dijalan, nampaknya bendera-bendera partai sudah semakin ramai. Ada bendera Barisan Nasional pimpinan petahana PM Najib Razak, dan Pakatan Harapan pimpinan Mahatir Mohammad. Nampaknya akan seru. Tapi berbeda kampanye disini, tidak seramai di Indonesia. Mungkin karena sistem pemerintahnya berbeda.
Pemandangan yang baru saya lihat menjadi tontonan menarik, hingga akhirnya saya diajak makan di Batu 4. Makanannya pun lumayan enak, tapi mahal. Tidak masalah, untung saja kemarin habis di suntik dana dari Pantarlih. Jadi tidak masalah makanan mahal. Sekali-kali tidak maslah kan.
Istirahat sebentar sambil makan, Pak Bima sempat telepon dengan Pak Lucky, KP Sarawak. Mereka masih ngobrol masalah Pantarlih, katanya rahasia. Cuaca panas terasa sekali, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan. Saya dikabari oleh Pak Saha, untuk mengambil soal murid Monsok yang sudah indah ke Terusan 2, namanya Nurul Asnani.
Tapi katanya di Monsok hujan besar, padahal di bandar sangat panas. Kami sempat istirahat lagi di Chek Point. Melihat cuaca yang panas, tapi memang arah pulang sangat gelap. Mungkin benar nanti ketumu hujan. Ternyata benar, ketika melanjutkan perjalanan, kami sempat berteduh 2 kali karena hujannya sangat besar.
Karena tanggung dan waktu sudah sore, akhirnya kami tejang hujan. Hujan besar tidak menghalangi kami menuju ke Monsok. Tapi sial nya, ternyata soal yang akan di ujikan untuk Asnani sudah dibawa Bu Aji. Luar biasa. Sudah jauh-jauh, hujan-hujan pula, tapi di kerjain Bu Aji. Tunggu Pembalasanku.
Kami pulang ke Terusan 2, membeli cemilan di Sapi untuk mengganjal perut di rumah nanti. Badan sungguh terasa remuk. Sudah jauh di tambah hujan besar. Saya kapok, tidak akan lagi-lagi motoran ke bandar. Sungguh.[]
Jadi agenda yang selanjutnya adalah pulang. Karena tidak ada kegiatan lagi. Kami siap-siap pulang, setelah jam 12 siang. Saya menyiapkan badan lagi, bisa dipastikan badan akan terasa remuk lagi.
Hotel City Star |
Dijalan, nampaknya bendera-bendera partai sudah semakin ramai. Ada bendera Barisan Nasional pimpinan petahana PM Najib Razak, dan Pakatan Harapan pimpinan Mahatir Mohammad. Nampaknya akan seru. Tapi berbeda kampanye disini, tidak seramai di Indonesia. Mungkin karena sistem pemerintahnya berbeda.
Jalanan Penuh Bendera |
Istirahat sebentar sambil makan, Pak Bima sempat telepon dengan Pak Lucky, KP Sarawak. Mereka masih ngobrol masalah Pantarlih, katanya rahasia. Cuaca panas terasa sekali, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan. Saya dikabari oleh Pak Saha, untuk mengambil soal murid Monsok yang sudah indah ke Terusan 2, namanya Nurul Asnani.
Makan di Batu 4 |
Karena tanggung dan waktu sudah sore, akhirnya kami tejang hujan. Hujan besar tidak menghalangi kami menuju ke Monsok. Tapi sial nya, ternyata soal yang akan di ujikan untuk Asnani sudah dibawa Bu Aji. Luar biasa. Sudah jauh-jauh, hujan-hujan pula, tapi di kerjain Bu Aji. Tunggu Pembalasanku.
Kami pulang ke Terusan 2, membeli cemilan di Sapi untuk mengganjal perut di rumah nanti. Badan sungguh terasa remuk. Sudah jauh di tambah hujan besar. Saya kapok, tidak akan lagi-lagi motoran ke bandar. Sungguh.[]
Lanjut Hari Ke-266 DISINI.