Kantor Kepala Desa Gembong (dokpri) |
arifsae.com - Di desa gembong terdapat beberapa sekolahan, antara lain
ada, PAUD, TK, SD, MI, MTS yaitu, PAUD ceria, TK pertiwi, SD N 1 Gembong, SD N
2 Gembong, dan SD N 3 Gembong, MI Gembong, dan MTS Gembong. Dari pusat kota
kabupaten Purbalingga, desa Gembong dapat ditempuh 15 menit.
Jarak dari pusat
kota kabupaten Purbalingga, desa Gembong berjarak 7 km. Masyarakat desa Gembong
bermata pencaharian sebagai, petani, industri rumahan atau kecil, industri Knalpot.
Kata para leluhur di desa saya, jaman dulu tumbuh 2 pohon
beringin. Dua pohon beringin itu adalah satu pasang, dan letak pohon beringin
itu tumbuh terpisah. Kata orang jaman dulu di desa saya pohon itu tumbuh
terpisah dan juga jenis yang berbeda yang satu laki-laki dan yang satu
perempuan. Kedua pohon itu tumbuh subur dan sangat tinggi.
Karena saking
tingginya sehingga pohon itu bisa tampak dari jarak yang sangat jauh. Ternyata
kedua pohon itu mempunyai kesamaan karena dibawah kedua pohon itu terdapat
suatu sumber mata air yang sangat jernih sehingga dimanfaatkan oleh masyaakat
untuk kebutuhan hidup sehari hari.
Tidak hanya itu, ternyata sumber air itu
juga berkasiat yang dapat menyembuhkan penyakit apa saja jika air di mata air
tersebut diambil oleh seorang pertama kali. Meskipun musim kemarau yang panjang
sumber air itu tetap memancarkan air tetapi pancaran air dari kedua pohon
beringin itu tidak dapat mengalir kemana-mana yang biasa dikatakan oleh orang
jawa dengan bahasa ngembong. Dengan adanya peristiwa itu sehingga masyarakat
menamai daerah itu desa Gembong.
Akhirnya oleh penduduk sekitar di kedua titik tersebut
dibangun sebuah sumur dan dengan bertambahnya usia kedua pohon beringin itu
mati. Tetapi anehnya banyak orang yang mengalami kejadian aneh di sumur
tersebut.
Terkadang masyarakat menjumpai ular di dalam sumur tersebut dan
tangisan bayi, sehingga sumur tersebut dikeramatkan dan setiap kali ada acara
pernikahan diharuskan untuk membuat sesaji dan ditaruh dibawah kedua pohon
tersebut dan dibawa ke makam makam yang biyasa disebut nyadran.
Dulu adat ini wajib dilakukan, tetapi seiring berjalannya
waktu dan berkembangnya zaman, masyarakat mulai mengikuti era globalisasi
sehingga adat ini mulai ditinggalkan karena dianggap oleh masyarakat sebagai
wujud penyembahan kepada roh halus dan melanggar syariat agama.
Tetapi ada juga
adat yang masih dilakukan sampai saat ini yaitu megengan dan ketupatan. Adat
mengengan biasanya dilaksanakan sebelum menunaikan ibadah puasa, sedangkan
ketupatan dilakukan 15 hari sebelum bulan puasa dan 6 hari sesudah bulan puasa.
Sampai saat ini kedua sumur itu masih ada tetapi tidak
dipergunakan oleh masyarakat sekitar. Sekian ulasan dari awal mula dari desa
Gembong yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Sumber Referensi :
http://erhans-just-share.blogspot.co.id/2010/11/asal-mula-desa-gembong.html?m=1
Penulis Yordania TS