arifsae.com - Akhir-akhir ini hujan terus-menerus sepanjang hari. Tapi tidak seperti di Indonesia, kalau hujan lama, bahkan banyak angin. Disini hujan sebentar, reda, kemudian hujan lagi, reda lagi. Itulah yang terjadi hari ini. Pagi-pagi sudah hujan, menjadi kegiatan hari ini malas untuk di mulai.
Pak Radin sedang semangat-semangat nya untuk ngeblog. Blog nya sudah bagus, dari templete hingga nama domain, jadi saat ini sedang semangat-semangatnya ngeblog. Semoga bertahan lebih lama, tidak hanya hari-hari ini.
Jam 8 pagi saya ajak Pak Majid ke Sungai Andamy, sekalian cuci baju dan mandi juga. Kami menuju ke Sungai Andamy, meski gerimis mengundang, tapi semangat untuk mencuci baju begitu tinggi. Karena memang baju yang kotor sudah banyak, dan menumpuk. Bisa-bisa, kalau tidak segera di cuci mau pakai apa?
Sesampainya disana, kondisi memprihatinkan masih terpampang jelas. Lingkungan semakin rusak dibuat tangan-tangan manusia. Air biru yang jernih sudah tidak ada lagi, berubah menjadi gundukan tanah yang tertumpuk. Itulah Andamy. Saya hanya ingin mencuci baju dan sedikit menyegarkan badan untuk mandi. Selebihnya, hanya rasa iba dan prihatin melihat kondisi Sungai Andamy saat ini.
Selesai mandi dan cuci baju kami meluncur ke Sapi mengantarkan Pak Majid. Dia mau pulang ke Andum, tapi saya paksa untuk mentraktir dulu di Al Kafi. Lumayan untuk mengisi perut dan energi. Saya juga membelikan Ayam Penyet untuk orang-orang yang ada di rumah.
Selesai mengantarkan Pak Majid ke Simpang Sapi, saya menuju ke Andamy. Katannya Bu Aji ingin mencari sinyal, sekalian liburan. Jadi saya menjemputnya. Di rumah, Pak Radin dan Pak Bima masih setia menunggu makanan. Sampai di rumah, hujan datang. Karena cucian sudah beres, dan hujan datang, akhrinya saya membuat jemuran buatan di depan rumah.
Membuat jemuran dadakan menjadi hal menarik, rumah penuh dengan baju-baju yang berseliweran. Tak apa-apa lah, karena kondisi dan situasi yang memaksa terciptanya jemuran ini. Nasib kedepannya juga belum jelas, karena tidak ada matahari, pasti nanti hasil jemuran ini akan menimbulkan bau tak sedap. Kami bertiga sempat ngobrol sebentar di rumah.
Sore hari mereka berpamitan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Pak Bima ke Jebawang, dan Pak Radin ke Sekar Imej. Tidak lama mereka pulang, Bu Aji juga berpamitan untuk pulang ke Andamy, katanya sudah cukup mencari sinyal nya. Motor di bawa Bu Aji, disana lebih bermanfaat. Biarlah. Saya menikmati kesendirian di rumah lagi, lebih nikmat nampaknya.[]
Pak Radin sedang semangat-semangat nya untuk ngeblog. Blog nya sudah bagus, dari templete hingga nama domain, jadi saat ini sedang semangat-semangatnya ngeblog. Semoga bertahan lebih lama, tidak hanya hari-hari ini.
Ngeblog Seharian |
Sesampainya disana, kondisi memprihatinkan masih terpampang jelas. Lingkungan semakin rusak dibuat tangan-tangan manusia. Air biru yang jernih sudah tidak ada lagi, berubah menjadi gundukan tanah yang tertumpuk. Itulah Andamy. Saya hanya ingin mencuci baju dan sedikit menyegarkan badan untuk mandi. Selebihnya, hanya rasa iba dan prihatin melihat kondisi Sungai Andamy saat ini.
Sungai Andamy yang tak Menawan Lagi |
Selesai mengantarkan Pak Majid ke Simpang Sapi, saya menuju ke Andamy. Katannya Bu Aji ingin mencari sinyal, sekalian liburan. Jadi saya menjemputnya. Di rumah, Pak Radin dan Pak Bima masih setia menunggu makanan. Sampai di rumah, hujan datang. Karena cucian sudah beres, dan hujan datang, akhrinya saya membuat jemuran buatan di depan rumah.
Jemuran Dadakan |
Sore hari mereka berpamitan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Pak Bima ke Jebawang, dan Pak Radin ke Sekar Imej. Tidak lama mereka pulang, Bu Aji juga berpamitan untuk pulang ke Andamy, katanya sudah cukup mencari sinyal nya. Motor di bawa Bu Aji, disana lebih bermanfaat. Biarlah. Saya menikmati kesendirian di rumah lagi, lebih nikmat nampaknya.[]
Lanjut Hari Ke-231 DISINI.