Kebahagian Seorang Penulis adalah, Karyanya di Beli dan Di Baca!!! |
arifsae.com - Awalnya saya tidak minat menuliskan artikel ini, tapi lama-lama tidak tahan juga. Hee... 1 orang kuat, 2 masih kuat, 3, 4, 5..... sampai puluhan melakukan hal yang sama, minta buku GRATIS-an. Akhirnya saya harus memulai cerita disini.
Ceritanya, awal-awal ini saya berhasil menerbitkan buku lagi [Buku-buku saya lihat Di SINI). Alhamdulilah, karya sederhana terlahir lagi. Tapi toh setiap karya pasti ada cobaanya. Maksudku adalah, setiap kali buku terbit, pasti ada-ada saja orang yang minta gratisan.
"Wah, keren, selamat ya...Boleh minta gratisannya? kan kita teman?"
“Sebagai sahabat aku akan terus mendukungmu berkarya. Aku penasaran nih, boleh dong bagi bukunya.”
"Aku Mau, gratis yaa..."
"Bagi satu donk, Gratis yaa?"
Blaa...blaa.blaaa....Intinya minta Gratissss...!!!
Kata-kata itu justru dari kawan, sahabat bahkan kadang ada orang yang hanya kenal sekilas lalu datang dengan tiba-tiba meminta buku gratisan???
Awalnya mau menjawab apa. Serba salah juga. Mau menolak dengan sopan bagaimana kata-katanya, masa harus jawab "enak aja minta gratis, beli donk". Memang tragis. Ingin rasanya menangis. Ah, lebay...heeee
Awalnya mau menjawab apa. Serba salah juga. Mau menolak dengan sopan bagaimana kata-katanya, masa harus jawab "enak aja minta gratis, beli donk". Memang tragis. Ingin rasanya menangis. Ah, lebay...heeee
Lalu bolehkah, mereka minta gratisan???
Sebelum menjawab itu, saya ingin berbagi pengalaman. Sebagai seorang penulis, apalagi penulis pemula seperti saya, menulis dan menerbitkan buku bukanlah soal yang mudah. Butuh kerja keras, yang menyita banyak waktu, pikiran, tenaga dan kadang uang untuk menyelesaikan satu buku. Intinya proses itu butuh pengorbanan, bahkan sampai berdarah-darah. Lalu tiba-tiba kamu minta gratis???
Untuk menerbitkan sebuah buku ada beberapa cara, cara pertama self publising dan cara kedua adalah ke penerbit mayor. Kalau kita menerbitkan buku dengan self publising, maka buku yang kita dapat juga tergantung dari pesanan dan uang kita. Berbeda dengan penerbit mayor, yang ketika buku kita terbit, maka penulis akan mendapat 5-10 buku gratis.
Bolehkan kita memberikannya secara gratis? Tentu boleh, tapi kepada orang yang layak diberi gratis, tentunya mereka adalah orang yang khusus pula. Misalkan, orang yang punya andil besar pada proses penulisan atau penerbitan buku kita, atau kepada guru yang mengajarkan kita menulis, sampai akhirnya berhasil menerbitkan satu buku. Lalu kamu siapa?
Semua butuh pengorbanan. Tidak mudah guys. Bayangkan saja, ketika ada teman kita yang sedang membuka usaha, kemudian dia datang dengan tiba-tiba, terus meminta gratisan barang jualannya atas nama pertemananan. Apakah pantas orang tersebut bisa dianggap teman? Bukankan teman itu saling mendukung?
Misalkan, teman kita membuka sebuah restoran. Kita makan direstoran itu. Apakah kita akan tega meminta gratisan? Padahal restoran itu baru buka? jangan. Jangan sekali-kali melakukan hal itu, jangan minta gratisan dari usaha yang baru mulai. Teman kita pasti akan sangat senang bila kita mendukung usahanya. Caranya makan direstoran itu. Dengan membayar, tentunya!!! Itulah teman yang mau mendukung usaha kita.
Kembali lagi ke masalah buku, Coba deh, bayangkan, perjuangan panjang seorang penulis untuk menyelesaikan satu buku hanya dihargai dengan kata "GRATIS". Anda Waras?????
Mungkin ada sebagian penulis yang memang mau memberikan buku secara gratis, itu haknya. Tentunya penulis itu juga ingin mendapatkan imbalanya. Misalkan, dipromosikan ke medsos atau di ulas dalam blog nya. Pertanyaanya, sudah ada berapa followers di medsosmu? sudah ada berapa Viewer blogmu setiap harinya? kalau sudah jutaan, tentu akan setimpal.
Gusy, lebih baik, kalau tidak membeli buku karya temanmu, ucapkanlah selamat, atau mending diam. Itu akan sedikit membuat nya dihargai, dibandingkan meminta gratisan. Yaaaa, mungkin kita bisa dianggap kejam atau pelit. Bahkan mata duitan, atau hitung-hitungan kepada teman. Tapi yang namanya menerbitkan buku, apappun jalurnya, pasti akan dipasarkan. Kalau semua minta gratisan, bagaimana keuntungannya? Rugi bandar bosss....
Misalkan ya, untuk mendapatkan royalti seharga satu buku, maka kita harus menjual beberapa buku. Contohnya, harga buku 100 ribu, terus royalti buat penulis 10 % (maka 10 ribu /buku jual). Artinya, kita harus menjual buku 10 untuk mempunyai royalti seharga satu buku. Kalau semua minta gratisan, habis dong royalti penulis?
Pernah ingat kalimat, "Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah"? Sepertinya ini cocok diterapkan untuk orang yang tanpa rasa bersalah minta gratisan buku. Kalau kamu masih mau meminta gratisan buku, artinya sama dengan orang peminta-minta [ga tega nulis mengemis]? Mau??
Coba renungkan, meskipun ujung-ujungnya kamu mendapatkan gratisan, misalnya, kamu berposisi sebagai penerima [ga tega nulis mengemis part 2]. Tahu kan rasanya dikasih orang? punya rasa ga enak, atau rikuh pekewuh. Sebagian besar buku yang diberi kemungkinan besar tidak dibaca.
So, mending sekarang belilah bukunya, pakai uang sendiri dan dari usaha sendiri. Kalau sudah punya buku pun bangga dan akan dijaga, karena untuk mendapatkannya dengan perjuangan membayar uang dari hasil jerih payah kita.
So, mending sekarang belilah bukunya, pakai uang sendiri dan dari usaha sendiri. Kalau sudah punya buku pun bangga dan akan dijaga, karena untuk mendapatkannya dengan perjuangan membayar uang dari hasil jerih payah kita.
Dengan begitu, penulis akan sangat dihargai karyanya, dan sekaligus menghargai ikatan pertemananya. Teman yang baik adalah mereka yang mengerti apa yang kita rasakan. Ketika kamu sudah mengetahui betapa sulitnya membuat buku, mungkin kata GRATIS tak akan terucap lagi.
Oke, ada pertanyaan? Jelas?
Intinya, jangan sekali-kali meminta buku gratisan kepada penulis. Kalau mau gratis, coba rasakan membuat buku sendiri, dan setelah terbit, bagikanlah kepada semua teman dan sahabat dekat. Anda akan merasakan sensasi-nya. Lalu, kita akan saling bertukar karya. Kau dapat bukuku, aku dapat bukumu. Indah Bukan?
Deal??? []
Deal??? []