Full Cover |
Keinginan penulis untuk menerbitkan buku ini sebenarnya sederhana, hanya ingin mengabadikan tulisan, karena ada pepatah Yunani yang berbunyi, Verba volant, scripta manent yang mempunyai arti bahwa sesuatu yang hanya diucapkan akan hilang bersama angin, tapi yang tertulis akan abadi. Karena semangat itu, tulisan-tulisan yang tercecer ini penulis kumpulkan menjadi satu kesatuan dalam bentuk buku. Sejak 2 tahun yang lalu semangat untuk menulis dan mengikuti sebauh kompetisi dimulai, oleh karena itu, tulisan ini sebagian besar berasal dari tahun 2015. Meskipun ada beberapa tulisan yang jauh dari 2 tahun itu. Tema yang diterkandung dalam tulisan ini ada 3 (tiga), pertama tema sejarah, kehidupan dan pendidikan. Sekilas akan penulis jelaskan tentang arti yang tersembunyi dari setiap penulisan artikel ini.
Tulisan pertama berjudul, “Srihana-Srihani-Sarinah: Mencintai Seni dan Seni Mencintai”. Artikel ini dibuat untuk mengikuti kompetisi esai tingkat nasional tentang Sukarno, Pemuda dan Seni. Dalam event ini tulisan ini mendapatkan juara 1. Berikutnya, artikel yang berjudul “Usman dan Harun: Kisah Pahlawan Dwikora” ini ditulis untuk melengkapi data-data penelitian yang penulis sedang kerjakan. Penelitian ini bekerjasama dengan Direktorat Sejarah. Kisah hidup pahlawan ini akan ditulis dalam buku yang berbeda.
Tulisan lainnya berjudul, “Kisah Sejarah Pancasila: Dari Inspirasi Hingga Reformasi”. Tulisan ini ditulis karena penulis mendapatkan buku gratis tentang Kisah Pancasila yang di tulis oleh Direktorat Sejarah, jadi untuk menghormatinya, penulis resume buku itu dan dimasukan dalam blog. Beberapa waktu yang lalu, sekitar awal tahun 2017, muncul fenomena Maha Patih Majapahit, Gajah Mada yang mendadak viral menjadi Gaj Ahmada, itulah mengapa tulisan yang berjudul, “Majapahit dalam Amukan Zaman: Kasus Gaj Ahmada dan H. Ayam Wuruk tercipta, yaitu untuk ikut menyumbangkan pendapat mengenai penamaan itu.
Sama dengan tulisan tentang Majapahit diatas, tulisan tentang “PERWIRA Vs SEHATI: Dilematika Slogan Purbalingga” juga menanggapi tentang fenomena yang ada di Kabupaten Purbalingga, tempat penulis dilahirkan, tentang pergantian nama slogan nya. Kemudian tulisan lainnya adalah, tulisan yang berjudul “Perempuan: Perjuangan Emansipasi dalam Kehidupan Kebangsaan”. Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti perlombaan yang diadakan oleh PKS, meskipun belum mendapatkan hasil.
“6 Jam Untuk Selamanya: Refleksi Kisah So 1 Maret 1949” merupakan hasil dari refleksi kisah Serangan Oemoem 1949. Untuk mengikuti kegiatan Simposium Guru 2016, tulisan “(R)evolusi Pena dengan Fantastic Four: Meretas Karakter Berbasis Budaya Literer di Kelas” tercipta. Tulisan ini merupakan artikel yang merupakan pengalaman penulis ketika menjadi guru. Kemdian ada tulisan “Reformasi Sastra di Kelas-Kelas Kecil” yang dibuat untuk mengikuti lomba Bulan Bahasa UGM 2016, dan mendapatkan Juara ke-2.
Tulisan lainnya adalah, “Tinjauan Ulang HUT Purbalingga: Perspektif Yuridis” ditulis untuk menjadi pengantar buku Asal Usul 80 Nama Desa di Kabupaten Purbalingga. Kemudian, ada artikel “The Great Scholar: KH. Nawawi dan Nilai Multikulturalisme” yang dibuat untuk mengikuti lomba esai tentang Syaikh Nawawi al-Bantani, namun sayang, panitia lomba itu hilang ditelan bumi, tak ada kabar dan tak ada pengumuman. Berbeda dengan tulisan diatas, tulisan “Budaya Antikorupsi di Sekolah dan Rumah” lebih baik nasibnya, yaitu mendapatkan juara-2 lomba menulis esai yang diadakan oleh KPK pada tahun 2015.
Berikutnya tulisan yang berjudul, “Syaikhah Rahmah el-Yunusiyah: Pejuang Pendidikan Perempuan”, dibuat untuk mengikuti lomba esai tentang Ulama Perempuan, namun belum mendapatkan juara. Kemudian tulisan “Dari Mana Asal Tahun Baru 1 Januari?” yang merupakan refleksi ketika tahun baru 2016. Tulisan terakhir yang penulis kumpulkan adalah tulisan yang berjudul, “Buat Apa Disini? Aku Ingin Pulang, Refleksi Kisah 3 Bulan di Sabah, Malaysia.” Tulisan terakhir ini merupakan tugas kegiatan triwulan dalam proses mengemban tugas mengajar di Sabah Malaysia.
Tulisan-tulisan lainnya merupakan kumpulan tulisan dari peserta didik, yang bersama-sama dengan penulis dalam mengikuti berbagai perlombaan. Tulisan pertama, “Memayu Hayuning Bawana: Kearifan Lokal untuk Kejayaan Global” yang ditulis dengan Dwi Suyoko. Tulisan ini mendapatkan nominasi 15 besar Esai Sosial Budaya yang diadakan oleh Kemendikbud. Kemudian tulisan lainnya adalah, “Menanam Air: Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan” yang dibuat oleh Tara Belinda. Tulisan ini juga mendapatkan nominasi untuk mengikuti rangkaian acara Parlemen Remaja 2016. Kegiatan ini memang hanya mengambil 4 orang disetiap provinsi di Indonesia, dan Tara Belinda mendapatakan kesempatan mewakili Provinsi Jawa Tengah untuk melakukan simulasi sidang di gedung DPR-RI.
Tulisan peserta didik lainnya adalah tulisan sebuah surat untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh PT POS, dengan judul “Surat Untuk Ketua KPK: Generasiku Melawan Korupsi”, yang ditulis oleh Haris Nugroho. Tulisan ini juga menjadi 30 besar nominasi dari ribuan peserta yang terebar di seluruh Indonesia. Haris juga mendapatkan kesempatan mendapatkan pelatihan dengan Tere Liye dan Habiburakhman el-Surazy. Kemudian tulisan terakhir adalah tulisan Lintang Kumalasari, dengan judul “Perpustakaan Bintang Lima: Wujudkan Siswa Kece dalam Ilmu Penuh Cinta”. Tulisan ini diikutkan dalam lomba artikel perpustakaan yang diadakan oleh Perpusda Provinsi Jawa Tengah.
Begitulah penjelasan ringkas tentang sekilas dan kisah tulisan-tulisan itu terangkai. Dalam kesempatan ini juga saya mengucapkan banyak terimkasih kepada semua pihak yang telah membantu proses terbitnya buku ini. Salah satunya adalah keluarga besar SMA Negeri 2 Purbalingga, dan semua peserta didik yang pernah mengolah rasa disudut-sudut kelas. Tidak lupa sembah kepada kedua orangtua, dan terkhusus istri tercinta, Yuli Windarti, S.Pd. beserta puteri kecil kami, Naira Ayudiasiya, yang memberikan penyemangat meski saat ini penulis berada di Sabah, Malaysia. Saat ini, ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada “keluarga” baru di Sabah. Anak-anak CLC Terusan 2 yang selalu menghibur dalam kesenderian.
Akhirnya, dalam setiap kompetisi pasti membuahkan kemenangan dan kekalahan. Tapi bukan itu yang penting, justru menumbuhkan tradisi menulis itu yang menjadi tujuan utamannya. Penulis berharap dan mengingatkan (terutama kepada penulis sendiri) untuk selalu bersemangat dalam menumbuhkan tradisi menulis, sehingga dapat menularkan kepada setiap peserta didik dan khalayak umum disekitar untuk selalu belajar mengabadikan pemikiran kita dalam bentuk tulisan. Sebab seperti pepatah Yunani diatas, bahwa yang terucap akan terbang bersama angin, yang tertulis akan abadi.
Saya menyadari tulisan ini mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kepada Allah SWT lah selalu penulis berserah diri dan memohon kelancaran dalam mengamalkan ilmu dan menularkan karya.
Sabah, Malaysia, 25 November 2017
Penulis,