Andum Estate |
arifsae.com - Malam hari dilalui dengan nonton Jumanji, tapi setelah nonton jadi fress lagi, karena istirahat malam hari. Pagi-pagi kami beres-beres, siap-siap untuk Chek Out dari City View.
Kami sarapan pagi, kemudian mengantarkan Pak Fakhri untuk pulang ke Tawau. Setelah mengantarkan, kami jalan-jalan minggu terlebih dulu. Biasanya memang kalau hari Minggu banyak penjual yang berjualan, seperti pasar dadakan.
Jam 1, Peiret yang kami ikuti dari Haji Tere, kenalannya Pak Kim. Saya juga diajak untuk bermalam di Andum, tempatnya Pak Majid. Sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya saya menerima tawaran itu. Ini pertama kalinya saya akan bermalam di Andum.
Kami diturunakn di Gate Andum, menunggu penjemputan anak-anak. Jalan menuju Andum sedikit susah, karena harus naik dan turun bukit. Dari jalan saja bisa dilihat, kalau estate ini kurang memperdulikan. Rumah-rumah staf saja dari rumah kayu, bisa dibayangkan rumah pekerjannya.
Setelah naik dan turun bukit, akhirnya sampai juga. Saya disambut dengan gongongan Anjing tetangga. Mirip dengan rumahnya Bu Aji, tapi disini mending, karena dikurung didalam rumah. Coba kalau dikeluarkan, sudah besar, galak, pokoknya ngeri saja.
Pertama melihat rumah guru disini lumayan kasihan. Hanya ada satu tetangga, itupun guru Humana. Fasilitas tidak lengkap, dan listriknya juga sering mati. Ini terjadi ketika malam hari, listrik mati lama. Gelap dan pengap menjadi pengalaman pertama disini. Kasihan juga Pak Majid, apalagi dia sendiri. Tapi mungkin dia sudah terbiasa.[]
Kami sarapan pagi, kemudian mengantarkan Pak Fakhri untuk pulang ke Tawau. Setelah mengantarkan, kami jalan-jalan minggu terlebih dulu. Biasanya memang kalau hari Minggu banyak penjual yang berjualan, seperti pasar dadakan.
Menunggu Peiret |
Jam 1, Peiret yang kami ikuti dari Haji Tere, kenalannya Pak Kim. Saya juga diajak untuk bermalam di Andum, tempatnya Pak Majid. Sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya saya menerima tawaran itu. Ini pertama kalinya saya akan bermalam di Andum.
Kami diturunakn di Gate Andum, menunggu penjemputan anak-anak. Jalan menuju Andum sedikit susah, karena harus naik dan turun bukit. Dari jalan saja bisa dilihat, kalau estate ini kurang memperdulikan. Rumah-rumah staf saja dari rumah kayu, bisa dibayangkan rumah pekerjannya.
Rumah Cikgu Andum |
Setelah naik dan turun bukit, akhirnya sampai juga. Saya disambut dengan gongongan Anjing tetangga. Mirip dengan rumahnya Bu Aji, tapi disini mending, karena dikurung didalam rumah. Coba kalau dikeluarkan, sudah besar, galak, pokoknya ngeri saja.
Pertama melihat rumah guru disini lumayan kasihan. Hanya ada satu tetangga, itupun guru Humana. Fasilitas tidak lengkap, dan listriknya juga sering mati. Ini terjadi ketika malam hari, listrik mati lama. Gelap dan pengap menjadi pengalaman pertama disini. Kasihan juga Pak Majid, apalagi dia sendiri. Tapi mungkin dia sudah terbiasa.[]
Lanjut Hari Ke-137 DISINI.