arifsae.com - Hari ini, Hari raya Qurban. Takbir berkumandang. Selalu istimewa dengan keluarga tercinta, andai ini Indonesia. Tapi tak bisa, sekarang saya di Malaysia. Membuat semua angan kebersamaan sirna. Lebih spesial lagi, malamnya sebenarnya saya ulahtahun, kalau menurut tanggal Hijriah. Tapi tak ada yang spesial dihari spesial.
|
Persiapan Sholat Idhul Adha |
Tapi tak apa. Bisa merayakan dan bertemu kembali di Hari raya juga sudah sangat senang. Karena itu, saya dan Pak Wawan bersiap-siap bangun pagi untuk melakukan sholat Idhul Adha. Semuanya dipersiapkan. Jam 06.30 kami berangkat. Ternyata belum ada orang. Masih sangat sepi, yang ada hanya beberapa bapak-bapak yang sedang menggelar karpet. Kami pun membantu.
Sholat Idhul Adha yang dilakukan disini tak jauh berbeda. Hanya bahasanya yang menggunakan bahasa Melayu. Tapi semua berjalan lancar. Karena Sholat Idhul Adha sudah selesai, kami berencana untuk pergi ke Terusan 1, karena Pak Wawan berkorban di Terusan 1, jadi saya diajak untuk kesana menyaksikan penyembelehan Qurban.
Dijalan seperti biasa, akan ada beberapa pemandangan yang bagus. Termasuk pemandangan indah yang ini.
|
Pak Wawan Sedang Berkonsentrasi |
Kami kesana prsoes penyembelehan sudah dimulai. Pemandangan "mengerikan" dimulai. Terusan 1 tahun ini menyembelih Sapi dan Kerbau. Katanya, ini baru pertama kali di Terusan 1 diadakan penyembelihan. Kami disana memang baru dimulai, jadi banyak sekali kerumunan. Tahun-tahun yang lalu tidak ada Qurban. Hanya makan-makan saja.
|
Penyembelihan Kerbau |
Karena waktu yang dibutuhkan masih panjang, akhirnya saya dan Pak Wawan memutuskan untuk menuju kesebuah bukit. Yang terlihat indah apabila kita sampai keatas.
|
Sekilas Seitar |
Kami kesana membutuhkan tenaga yang ekstra, karena memang jalananya menanjak dan medanya sulit. Tapi tidak usah kewatir. Akan ada pemandangan yang indah diatas ini. Tempat ini menurut cerita merupakan tempat untuk melihat lurus dan ratanya Pohon Sawut. Sama seperti yang ada di Terusan 2.
|
Pak Wawan |
Tidak cukup disini. Kami melihat ada sebuah bukit yang ada pondoknya diatas. Kami sepakat untuk menuju kesana. Sempat beberapa kali saya dan Pak Wawan salah jalan, disamping itu jalan yang penuh dengan lumpur dan tanjakan menjadikan perjalanan ini begitu berkesan, karena hasil yang ada diatas adalah pemandangan yang jauh lebih bagus dibandingkan dengan pemandangan-pemandangan tadi maupun kemarin. Ini bisa dikatakan pemandangan yang paling bagus yang pernah saya lihat untuk saat ini.
|
Add caption |
Kami menikmati pemandangan lama. Pemandangan yang menyejukan mata membuat kami tak rela meninggalkannya. Udara yang sejuk dengan angin yang sepoi-sepoi membuat mata ini ingin menutupkan kelopak matanya. Berbagai cerita tertuang disini, sempat beberapa cerita tercipta disini, percakapan ini ditambah dengan tontonan Mata Najwa, Catatan Tanpa Titik. Alias episode terakhir, kami menikmati kondisi disini.
|
Sawit di Tengah Bukit |
Mungkin sudah 4 jam kami disini. Akhirnya diputuskan untuk kerumahnya Haji Basco, mungkin saja penyembelihan Qurban sudah selesai. Dan ternyata benar. Kami disambut makan-makan, dan dibawakan oleh-oleh daging Kerbau. Kami pulang. Karena besok akan menjamu Tuan Hiu, jadi siap-siap mengolah daging Kerbau ini. Angan-angan bersama keuarga dihari Raya Qurban tetap hanya akan menjadi sebuah angan. Setidaknya untuk 2 tahun ini.[]
Lanjut Hari Ke-26 DISINI.