Simpang Sapi 2 |
Selesai sarapan, kami semua dikumpulkan untuk mengikuti kendaraan,
dan bus yang sudah disiapkan. Mulai saat ini, kami sudah harus berpisah menuju
ke lokasi masing-masing. Semua akan mengalami sebuah proses yang berbeda, ada
yang akan ditempatkan ditempat yang enak, ada juga yang akan ditempakan
ditempat yang enak banget.
Bagiku, semua lokasi sama saja. Sikat. Hajar. (tapi ya jangan
susah sinyal lah, gimana bisa nulis blog kalau sinyal susah.hee)
Jam 09.00, sambil menunggu satu atau dua orang teman yang masih
belum kumpul, kami siap-siap menaiki bus dan kendaraan masing-masing. Karena
lokasi yang saya tuju paling dekat dibandingkan dengan teman-teman yang lain,
tas dan koper juga disesuaikan. Perjalanan dari hotel menuju ke Terusan
membutuhkan waktu 4 jam perjalanan. Itu yang paling dekat loh..
Saya duduk bersama bro Nur Huda, kita sempat ngobrol-ngobrol
tentang kehidupan. “Kehidupan itu enak, kalau kita mau mengenkaan segala
sesuatu, bung”, katanya kepadaku. Tidak lupa juga dia berpesan tentang sebuah
kesetiaan (padahal ya ga gitu-gitu amat:)
Sampai di jalan Sapi 2, saya sudah siap dijemput oleh Abah, dan
tentunya Pak Wawan yang setia mengantarkan kita untuk menuju lokasi kita
masing-masing. Kebtulan, Pak Wawan memang akan digantikan tempatnya oleh saya.
Karena beliau tidak memperpanjang kontraknya.
Perjalanan menuju lokasi tidak terlalu lama, sekitar 30 menit. Sempat
berhenti juga karena temen-temen membeli kuota internet dan beberapa kebutuhan
lainnya. Saya sendiri berdua dengan Bu Aji, dan Pak Rakhmat. Tapi Pak Rakhmat
akan berbeda tugas dengan saya. Dalam perjalanan, saya bertanya, “akan seperti
apa sekolahanya, akan seperti apa rumah yang nanti saya tinggali, dan
bla,,blaa.”
Berbagai pertanyaanku itu terjawab sudah, karena sampai sudah
perjalanan panjang ini, sekitar jam 15.00 kami sampai. Lelah selama dua hari
hilang, setelah melihat sekolah dan rumah yang nanti akan saya tinggali. Bagus.
Rumahnya “rumah batu”, orang sini menyebutnya. Karena memang
sebagian besar rumahnya masih menggunakan “rumah kayu”. Ada berbagai fasilitas
rumah yang memang sudah disediakan, sekolahnya juga sangat dekat. Hanya sekitar
100 Meter dari rumah.
Kami bertiga, saya, Pak Wawan, dan Bu Aji duduk diruang tamu. Pak
Wawan dengan telaten menjelaskan berbagai hal disekitar CLC Terusan 2 ini. Dari
A sampai Z. Kami jadi tahu semua hal dari cerita dan pengalaman Pak Wawan.
Magrib membuat cerita itu terhenti, karena Pak Wawan akan menuju
ke SIKK mendampingi peserta didik mengikuti kegiatan pentas seni. Dan saya
diminta untuk mengantar. Malam-malam, tempat yang baru saya datangi. Tapi
karena jalan hanya satu, saya beranikan diri.
Sempat was-was juga, karena bensin (Petrol, sebutan di Malaysia)
akan habis. Tapi Pak Wawan menguatkan bahwa Petrol itu akan sampai. Saya pun
beranikan diri. Ditengah malam, gelap. Dengan mengucap bismillah saja, saya
lalui perjalanan malam yang gelap ini sendiri. Dan Alhamdulilah sampai juga.
Sesampainya dirumah, ternyata ada Nurul dan Ayu yang akan menemani
Bu Aji menginap. Bu Aji belum ke CLC Andamy karena memang belum ada orang.
Hari ini membuat saya belajar tentang banyak hal baru. Lingkungan
baru, situasi baru, yang sangat asing. Tapi semoga besok akan lebih terbuka
lagi. [ ]
Lanjut Hari Ke-4 DISINI.