arifsae.com – Akhir pekan di Indonesia, pasti akan terasa menyenangkan
apabili dipadukan dengan kebersamaan. Kebersamaan itu pasti selalu saya lakukan
setiap Sabtu dan Minggu. Sering kita keluar bersama untuk mencari makanan, atau
hanya sekedar jalan-jalan keliling.
Tidak jarang setiap Minggu mengajak Naira untuk belanja ke Pasar
Kutawis, pasar yang memang tak terlalu jauh dari rumahku. Dipasar ini, selain
berbelanja, juga mengajarkan anak untuk mengenali Pasar Tradisional. Tidak selalu
beli belanja di Alfamart atau Indomart. Karena ketika kita beanja di Pasar
Tradisional, maka kita telah membantu perekonomian rakyat kecil.
Biasanya, setelah belanja, saya melanjutkan untuk mengetik
beberapa pekerjaan atau hanya mengisi artikel untuk blog. Istri tentunya siap
dengan olahan masakan yang akan disajikan. Anak, kadang ikut saya, kadang ikut
istri memasak, terserah dia.
Ahh, tapi itu kalau kita bersama, saat ini, kita terpisah jarak. Tak
mungkin semua itu dilakukan. Saya di Malaysia, anak istri di Indonesia. Hari ini,
12 Agustus 2017, kegiatan yang saya lakukanpun tak ada.
Tapi, tak bisa juga waktu ini terbuang percuma. Aku coba
membangkitkan semangat yang waktu sebelum berangkat menggebu-gebu. Iya, saya
ingat kalau saya masih mempunyai hutang kepada Direktorat Sejarah untuk
menyelesaikan penulisan buku Biografi Usman Janatin.
Saya buka laptop, harus ku bangkitkan dulu dari awal, karena
memang sempat terhenti beberapa hari. “sampai mana pekerjaanku ini”?
Akhinrya, ketemu juga. Hutang pekerajaan ini memang harus
dilunasi, apalagi saat ini saya ada dinegara orang. Dua minggu lalu, saya
berada di Jogja untuk berkunjung ke Jogja
Lebrary Center (JLC), minggu berikutnya saya ada di Museum Korps Marinir, Jakarta. Tentunya untuk mencari data. Untuk semua
sumber sudah saya dokumentasikan. Entah dengan foto atau dengan video.
Teringat sebelum berangkat, betapa pontang pantingnya diri ini. Disatu
sisi, saya harus mempersiapkan diri untuk berangkat ke Malaysia, disisi lain,
saya harus menyelesaikan hutang kepada Direktorat Sejarah, karena memang sudah
diberikan kepercayaan dana penelitian.
Hampir setiap hari tak ada waktu untuk istirahat, untung saja saya
dibantu Lintang dan Bu Umu. Partner ini yang membantuku menyelesaikan laporan
keuangan dan penelitian. Kalau tak ada mereka, tentu pekerjaan ini akan sangaat
berat. Sebenrnya ada satu lagi pekerjaan yang harusnya dilunasi, tapi badan dan
pikiran ini yang tak mampu. Ada anak didikku yang lolos proposal terbimbing
LKIR IPSK yang diadakan oleh LIPI.
Lomba ini tentunya sangat bergengsi. Apalagi bagi ekstrakulikuler
Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang merupakan puncak dari prestasi apabila sudah
sampai pada proposal terbimbing. Karena untuk mencapai itu, kita harus bersaing
dengan ribuan peserta dari seluruh Indonesia. Tahun ini saja ada 4000 proposal
masuk, dan hanya 100-an yang terpilih.
Tapi apa daya, untuk menyelesaikan semua itu butuh waktu, dan saya
tak punya waktu. Akhirnya hutang terakhir kepada anak-anak biarlah digantikan
guru lain. Saya fokus yang memang menjadi tanggung jawab saya.
Hari ini, tak ada kegiatan apapun, kecuali berusaha melunasi
hutang yang memang masih terhutang. Secepatnya. []
Lanjut Hari Ke-7 DISINI.