Kau datang ketika aku sedang berjalan.
Lalu kau hentikan aku, dan aku menoleh padamu. Lantas ku tanyakan mau apa dirimu?
Kau hanya tersenyum seraya berkata : "Aku ingin kau mencintaiku, bahkan sebelum kita bertemu" Ah kata kata melankolis macam apa ini!
Tapi anehnya, aku mulai menyetujui kesepakatan itu, dan aku mulai meyakininya.
Ah. Kebodohan apalagi ini!
Lantas aku dan kau berpisah. Jarak telah menjadi penyekat yang sangat pekat.
Tiap hari ku charger rasaku, agar tetap meyakini cinta itu. Ah kebohongan macam apa ini. Kau mengecup keningku dengan doa. Dan aku mendekapmu pun dengan rapalan doa-doa. Namamu tak pernah absen dari perbincanganku dengan Kekasih utamaku. Ya, Dia lah yang selalu menatap bola mataku penuh kasih tulus, bukan seperti dirimu. Ah cinta macam apa ini! Aku setiap hari menunggu kabar darimu, tanpa kau pernah memberikan sepucuk layang rindumu padaku. Ternyata aku memang bodoh. Aku harusnya mengerti, bahwa kau pasti tak mengindahkan rindu padaku.
Tapi, aku berpegang teguh pada keegoisanku, yaitu tetap menunggu dan mencintaimu.
Sampai Pemilik Semesta menunjukkan kebenarannya. Ya. Kamu telah bersama orang lain. Aku hancur. Rapuh. Bukan karena masalah itu sebenarnya, namun lebih kepada mengapa kau bisa lebih pandai berdasamuka dariku? Hahaha. Dasar manusia bodoh.
Sunday, July 23, 2017
Remuk (Puisi)
Penulis Unknown
Diterbitkan 7/23/2017 04:35:00 PM
Label
- MALAYSIA (379)
- ASAL USUL DESA (80)
- PERISTIWA SEJARAH (45)
- OPINI PENDIDIKAN (43)
- TOKOH BANGSA (43)
- KONTROVERSI SEJARAH (35)
- KOMPETISI (33)
- RESENSI BUKU (30)
- SASTRA (29)
- TRAVELING (22)
- PAHLAWAN NASIONAL (20)
- DOKUMEN AKADEMIK (18)
- RENUNGAN (12)
- TIPS DAN TRIK (8)