Desa Penambonga |
Timbang merupakan salah satu desa yang ada di kabupaten
Purbalingga yang mempunya pantangan, desa timbang ini terletak di kecamatan
penambongan lebih tepat nya bersebelahan karena hanya berbatas jembatan dan
jalan raya. Timbang merupakan desa yang bisa di bilang terpencil. Di desa
timbang ini ada seorang Kyai yaitu Kyai Narasoma yang memprakarsai ada nya
pantangan yang harus di taati oleh rakyat timbang itu sendiri. Kyai Narasoma
adalah seorang demang timbang yang membawahi desa desa Timbang termasuk desa
penambongan, Purbalingga kidul, Kandang gampang dan juga yang terakhir yaitu
Purbalingga lor.
Konon
katanya tak seorang pun yang tinggal di desa timbang ini mengerti dari mana
asal usul Kyai Narasoma ini datang ke daerah timbang. Menurut legenda yang
beredar, nama Kyai Narasoma berasal dari perkataan Nara yang berarti orang dan
Soma atau Suma yang berarti gemar bertapa jadi dapat disimpulkan bahwa nama
Kyai Narasoma ini berarti orang yang gemar bertapa.
Dahulu
ketika Kyai Narasoma mengadakan khajatan untuk merayakan pernikahan putrinya
dirumah Kyai Narasoma itu sendiri pasti diadakan pertunjukan wayang kulit untuk
memeriahkan acara. Dalam acara ini banyak tamu yang datang seperti salah satu
nya yaitu Adipati Onje yang ikut serta memeriahkan acara tersebut. Acara ini
berlangsung hingga malam hari namun pada saat setelah hidangan dikeluarkan
suasana secara tiba tiba menjadi kacau balau.
Karena insiden tersebut akhitnya
acara pun di hentikan, Adipati Onje marah marah kepada Kyai Narasoma karena dia
menuduh Kyai Narasoma membubuhi racun di dalan makanan yang dihidangkan
untuknya karena Belakangan diketahui bahwa di dalan nasi yang di hidangkan Kyai
Narasoma terdapat bintik bintik hitam yang ternyata itu adalah nasi dari beras
hitam, bukan racun seperti yang Adipati Onje bayangkan. Namun, dengan tabah dan
kerendahan hati yang dimiliki Kyai Narasoma dia tidak mau mengakuinya dan dia
tetepa merasa tidak akan jahat kepada seluruh atasannya.
Pagi
hari nya Kyai Narasoma mengumpulkan seluruh anggotan keluarga dan keluarga
besar nya untuk memberikan sebuah pesan bagi rakyat timbang. Pesan itu berisi
bahwa orang orang Timbang dilarang untuk menanggap wayang kulit hingga turun
temurun dari masa nya, akhirnya setelah kejadian tersebut seluruh warga timbang
mengikuti larangan tersebut tidak hanya timbang, seluruh daerah yang dikuasai
Kyai Narasoma juga tidak diperkenankan untuk menanggap wayang kulit karena larangan
tersebut kini akhirnya dinamakan Bumi Keputihan.
Selain
itu juga ada asal usul nama desa timbang, nama desa timbang ini daat diambil
dari seluruh rakyatnya yang dahulu sebagian besar bekerja sebagai pedagang,
karena kegiatan seorang pedangang yaitu menjual hingga menimbang nimbang barang
dagangannya dan kegiatan ini terus di akukan dari waktu ke waktu. Dan semua
orang di desa ini sangat suka menimbang nimbang sesuatu yang menjadi miliknya
karena mereka termasuk oang orang yang sangat teliti dan tidak mau merasa rugi.
Sehingga setelah itu masyarakat ini lebih sering di juluki sebagai masyarakat
Timbang.
Sumber Referensi:
http://seputarpurbalingga.blogspot.co.id/2011/09/babad-purbalingga-18-kiai-narasoma.html.,
Diakses tanggal 2 November 2016,
Wawancara dengan ibu Suswati, pada tanggal 30 Oktober 2016.