“PAMONG PRAJA (Papa Momong Mama Kerja)”:
Studi Kasus Tentang Pola Asuh Bapak
Kepada Anak yang ditinggal Kerja Ibu
di PT Rambut Purbalingga
ABSTRAK PROPOSAL
Seiring
berkembangnya industri di Indonesia, kebutuhan tenaga kerja juga menjadi
sesuatu yang menyatu dengan perkembangan industri itu. Kebutuhan tenaga kerja ini
terasa juga di Kabupaten Purbalingga, kabupaten yang menjadi penghasil bulu
mata terbesar kedua didunia. Kebutuhan tenaga kerja ini lebih memilih perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan dipandang lebih
ulet, tlaten dan patuh. Fenomena ini meninggalkan “permasalahan” disisi
lain, yaitu “pamong praja”, papa momong, mama kerja. Pengaruh sosial ini
menggunakan teori pertukaran sosial
Gorge Pascal Homans dan Peter M. Blau dalam memetakan teori penelitian. Metode
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian
studi kasus tunggal. Sumber data dari wawancara, observasi dan pengkajian
dokumen. Untuk teknik cuplikan (sampling) menggunakan purposive
sampling dan time sampling. Validitas data
menggunakan triangulasi data, peneliti,
metode, dan triangulasi teori.
Sedangkan analisis data menggunakan analisis
interaktif dengan tiga tahapan analisis yang terjadi secara bersamaan, yakni reduksi data, penyajian data,
dan penarikan simpulan yang berinteraksi dengan pengumpulan data secara berkesinambungan.
Kata
Kunci: Papa
Momong, Mama Kerja, Pola Asuh Bapak.
A. Latar
Belakang Masalah
Sejak era reformasi,
pertumbuhan industri di Indonesia mengalami berbagai peningkatan yang
signifikan. Peningkatan dunia industri yang signifikan ini juga diikuti oleh
kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah yang besar pula. Disisi lain, pertumbuhan
jumlah penduduk juga terjadi, namun kenyataanya, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki. Jumlah demografi ini dilirik oleh dunia industri yang
membutuhkan tenaga kerja. Tenaga kerja perempuan menjadi hal yang tak bisa
dikesampingkan, karena dalam dunia industri, keterampilan perempuan lebih
dilirik dibandingkan dengan yang dimilki oleh tenaga kerja laki-laki, terutama
ketrampilan yang membutuhkan keuletan dan ketlatenan.
Hal itu dialami juga di
Kabupaten Purbalingga. Purbalingga merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah
yang terus berusaha mengembangkan diri menjadi daerah pro-investasi. Kabupaten
yang memiliki luas 77.764 hektare ini memiliki visi “Purbalingga yang Mandiri
dan Berdaya Saing Menuju Masyarakat Sejahtera dan Berakhlak Mulia”. Salah satu
misinya (salah satunya) meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan
mendorong secara sungguh-sungguh simpul-simpul ekonomi. Dalam hal ini,
pemerintah Purbalingga memberikan kemudahan investasi. Pada tahun 2014 saja, di
Purbalingga terdapat 38 perusahaan penanaman modal asing yang sebagian besar
bergerak dibidang rambut palsu, sehingga tak meherankan jika Purbalingga
merupkan sentra industri rambut terbesar kedua setelah Gwangju, Tiongkok.
Para investor ini
sebagian besar berasal dari Korea Selatan yang mendirikan pabrik-pabrik rambut
palsu. Industri rambut palsu Purbalingga telah banyak menembus pasaran global.
Total nilai eskpos mencapai 53,08 juta dollar AS pada tahun 2010 dan terus
bertambah 50,97 persen per tahun. Secara nasional proporsi investasi di sektor
ini semakin mendominasi, mencapai 56,10 %. Selain menggerakan perekonomian
daerah, industri ini dikenal menghasilkan produk berkualitas dengan harga
terjangkau (Kompas, 2014). Pekerjaan ini
sebagian besar mencari perempuan menjadi tenaga kerjanya yang membutuhkan
ketekunan, keuletan dan sifat-sifat lain yang tidak dimiliki laki-laki.
Disamping itu, dibutuhkannya tenaga kerja perempuan lebih dipandang penurut,
sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan oleh para pengusaha. Berikut data
tentang jenis kelamin yang terdaftar perusahaan rambut di Kapubaten Purbalingga.
Tabel 1. Jumlah
Tenaga Kerja Menurut Jenis Kelamin yang Terdaftar di
Perusahaan Rambut di Kabupaten Purbalingga
tahun 2014
No
|
Nama PT/CV
|
WNI
|
WNA
|
Jumlah
|
||
L
|
P
|
L
|
P
|
|||
1.
|
Best
Lady
|
9
|
44
|
0
|
0
|
53
|
2.
|
Bintang
Mas Triyasa
|
666
|
999
|
0
|
0
|
1566
|
3.
|
Bio
Takara
|
60
|
78
|
0
|
0
|
138
|
4.
|
Boyang
Industrial
|
286
|
6088
|
13
|
4
|
6391
|
5.
|
Braling
Wisnu Satria
|
63
|
122
|
0
|
0
|
185
|
6.
|
Casabella
|
2
|
11
|
0
|
0
|
13
|
7.
|
CV.
Dasindo
|
23
|
20
|
0
|
0
|
43
|
8.
|
Du
Dream International
|
7
|
24
|
2
|
0
|
33
|
9.
|
Elise
Wyw Lash
|
37
|
56
|
0
|
0
|
93
|
10.
|
Eyerich
|
25
|
1
|
1
|
0
|
27
|
11.
|
Fair
Lady
|
5
|
17
|
0
|
0
|
22
|
12.
|
Hanmi
hair Int.
|
69
|
449
|
2
|
0
|
520
|
13.
|
Hasta
Pustaka Sentosa
|
35
|
543
|
2
|
0
|
580
|
14.
|
Hyup
Sung Ind
|
311
|
1403
|
3
|
0
|
1717
|
15.
|
Indokores
Sahabat
|
690
|
2899
|
8
|
0
|
3597
|
16.
|
International
Eye Lash
|
8
|
67
|
0
|
0
|
75
|
17.
|
Interwork
Indonesia
|
137
|
456
|
0
|
0
|
595
|
18.
|
Kesan
Baru Sejahtera
|
50
|
125
|
2
|
0
|
177
|
19.
|
Mahkota
Estetika Abadi
|
20
|
20
|
0
|
0
|
40
|
20.
|
Midas
Indonesia
|
39
|
1080
|
2
|
0
|
1121
|
21.
|
Milan
Indonesia
|
39
|
947
|
2
|
0
|
988
|
22.
|
Mitra
Jaya Mandiri
|
142
|
814
|
0
|
0
|
956
|
23.
|
Morisse
|
23
|
35
|
0
|
0
|
58
|
24.
|
Permata
Indah Mas
|
6
|
18
|
0
|
0
|
24
|
25.
|
Rosa
Sejahtera Eyelashes
|
108
|
193
|
0
|
0
|
301
|
26.
|
Royal
Korindah
|
613
|
3556
|
0
|
0
|
4169
|
27.
|
Sinhan
Creatindo
|
121
|
456
|
1
|
0
|
578
|
28.
|
Sinar
Cendana Abadi
|
281
|
532
|
0
|
0
|
813
|
29.
|
Sophia
Indonesia
|
21
|
159
|
1
|
0
|
181
|
30.
|
Sun
Starindo Wirahusada
|
19
|
182
|
0
|
0
|
201
|
31.
|
Sun
Chang Cab. BBS
|
32
|
795
|
2
|
0
|
273
|
32.
|
Sun
Chang Cab. KJB
|
0
|
273
|
0
|
0
|
273
|
33.
|
Sun
Chang Indonesia
|
397
|
2573
|
16
|
0
|
2986
|
34.
|
Sung
Shim International
|
180
|
2562
|
5
|
0
|
2747
|
35.
|
Tiga
Putera Abadi
|
129
|
574
|
1
|
0
|
704
|
36.
|
Wonjin
Indonesia
|
29
|
216
|
1
|
1
|
247
|
37.
|
Yejin
Beauty Ornament
|
20
|
26
|
0
|
0
|
46
|
38.
|
Yuro
Mustika
|
65
|
569
|
4
|
0
|
638
|
Jumlah
|
4.767
|
28.883
|
70
|
5
|
33.725
|
Sumber: Dinsisnakertrans Kab Purbalingga
2014
Bila dilihat pada tabel
1. Perbandingan tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan sangat tidak
berimbang. Dari total jumlah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja lak-laki sebanyak
4.767 dan perempuan sendiri mencapai 28.883, sebuah perbandingan yang besar.
Penyerapan tenaga kerja perempuan paling banyak ada di PT. Boyang Industrial (6.088
perempuan) dan PT. Royal Korondah (3.556 perempuan). Melebarnya peluang tenaga
kerja perempuan mengakibatkan menyempitnya kesempatan laki-laki untuk mencari
pekerjaan.
Fenomena ini akan
sangat terpengaruh oleh fakta sosial dan keadaan ekonomi keluarga, namun
realitas yang terjadi dalam setting penelitian menunjukan bahwa
keterlibatan kaum perempuan dalam aktivitas publik bukan lagi merupakan
pilihan, tetapi telah berubah menjadi keharusan demi kelangsungan hidup
keluarga (Sukidin, 2000). Hal ini mengakibatkan perempuan yang bekerja meninggalkan
“beban-beban sosial” dirumah, karena biasanya untuk kerja dipabrik dimulai dari
jam 07.00 sampai 17.00 WIB setiap harinya. Pekerjaan-pekerjaan lain seperti
mencuci, menjemur, mengantar anak sekolah, sekaligus mengantar dan menjemput
istri bekerja.
Hal ini menimbulkan
fenomena “Pamong Praja” yang artinya papa momong, mama kerja
(Bapak Merawat, Ibu Bekerja). Fenomena pamong praja terjadi karena para
istri bekerja diperusahaan rambut, sedangkan para suami bekerja serabutan.
Bahkan tidak jarang yang hanya bekerja mengantar dan menjemput istri kerja,
selebihnya menjalani aktifitas dirumah. Fenomena ini berakibat kepada tatanan
sosial yang telah menjamur dimasyarakat, bahwa laki-laki adalah tulang punggung
keluarga, yang harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain
itu, pertanyaan yang muncul, bagaimana pola asuh yang dilakukan bapak dirumah
terhadap anak-anaknya? Padahal secara “kodrat”, pengasuhan yang ideal adalah
seorang ibu. Hal ini penting karena sebuah keluarga merupakan awal pendidikan
karakter bagi anak-anaknya. Transfromasi karakter ini lebih ideal ditularkan
ibu kepada anaknya. Lalu bagimana dampak dari fenomena ini terhadap
perkembangan anak?
Inilah yang menjadi
permasalahan awal yang penulis temui dilapangan, rasa penasaran ini menimbulkan
berbagai pertanyaan tentang fenomena yang sudah menjadi “kebenaran” umum
dimasyarakat Purbalingga ini. Maka, untuk mencari jawaban dari semua ini, perlu
diadakan kajian penelitian secara ilmiah, penulis mengajaukan judul “PAMONG PRAJA (Papa Momong, Mama Kerja)”:
Kajian Tentang Pola Asuh Bapak Kepada Anak-Anaknya di Kabupaten Purbalingga”.
B. Permasalah
Pabrik Rambut yang menjamur di Purbalingga memang membantu perekonomian
Purbalingga, apalagi adanya industri ini membutuhkan tenaga kerja perempuan. Namun
disisi lain, efek dari pengambilan tenaga kerja itu menimbulkan fenomena “pamong praja”, itulah permalasahan dari
penelitian ini. Dari permasalahan ini, timbul beberapa pertanyaan dalam
penelitian ini:
1.
Bagaimana persepsi masyarakat Purbalingga
terhadap fenomena “Pamong Praja”?
2.
Bagaimana cara pola asuh bapak terhadap
anak-anaknya dirumah?
3.
Bagaimana dampak pola asuh bapak
terhadap perkembangan anak?
C.
Tujuan
Penelitian
Dari pertanyaan
permasalahan yang sudah diuraikan diatas, peneliti ingin menguraikan berbagai
tujuan yang akan difokuskan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui
persepsi masyarakat Purbalingga terhadap fenomena “Pamong Praja”;
2. Mengkaji
cara pola asuh bapak terhadap anak-anaknya dirumah;
3. Menganalisis
dampak pola asuh bapak terhadap perkembangan anak.
D.
Manfaat
Penelitian
Setelah merumuskan
masalah dan menentukan tujuan, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah:
1. Manfaat
Teoritis
Manfaat teoritis dalam penulisan ini terutama untuk memperkaya
tentang kajian penelitian pabrik rambut di Kabupaten Purbalingga pada umumnya.
Serta menjadi bahas studi lanjut bagi penelitian sejenis yang akan dialakukan
dikemudian hari.
2. Manfaat
Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang dapat terasa
secara langsung setelah selesainya penelitian ini, manfaat-manfaatnya adalah:
a. Memberikan
informasi tentang pesrsepsi masyarakat terhadap adanya pabrik-pabrik rambut
yang ada di Kabupaten Purbalingga;
b. Memberikan
informasi tentang fenomena “Pamong Praja” dan dampaknya terhadap
fenomena dan dampaknya terhadap perkembangan anak.
E. Tinjauan
Pustaka
Sebagai sebuah karya
ilmiah, maka diperlukan sebuah tinjauan pustaka, yang merupakan landasan dari
pemikiran-pemikiran dengan tujuan untuk memperoleh data-data dan informasi yang
menujang dalam penelitian ini (Priyadi, 2013: 139). Hingga saat ini, sudah
banyak penelitian yang mengangkat tema tentang dampak Pabrik Rambut dan segala
asepk-aspeknya. Penelitian-penelitian itu tentu tidak bisa disajikan semua
disini, namun peneliti mengambil beberapa kajian yang masih berhubungan dengan
tema yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini.
Penelitian pertama,
berasal dari penelitian Sari Sulastri yang berjudul “Pengaruh
Keberadaan Industri Bulu Mata Palsu dan Konstruksi Sosial tentang Perempuan
terhadap Beban Ganda Ibu Rumah Tangga yang menjadi Buruh di Kecamatan Kutasari
Kabupaten Purbalingga” berasal dari jurusan Universitas
Jenderal Soedirman tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode
survei-eksplanatif, dengan jumlah semple 80 orang.
Hasil dari penelitian
ini adalah, (1) Tidak terdapat Pengaruh Keberadaan Industri Bulu Mata Palsu terhadap
Beban Ganda Ibu Rumah Tangga yang menjadi Buruh di Plasma. Terbukti dengan Z
hitung sebesar 1,34 kurang dari Ztabel yaitu 1,96. Besar hubungan kedua
variabel di atas dihitung menggunakan korelasi tau kendall dan menghasilkan
angka 0,102 yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut sangat
rendah dan sangat lemah tetapi cenderung positif. Sebelum atau setelah ada
plasma, perempuan telah mengalami beban ganda yaitu harus melaksanakan
pekerjaan yang kuantitasnya lebih banyak dibandingkandengan laki-laki; (2)
Tidak terdapat Pengaruh Konstruksi Sosial tentang Perempuan terhadap Beban
Ganda Ibu Rumah Tangga yang menjadi Buruh di Plasma. Terbukti dengan Z hitung
sebesar -1,82 kurang dari Z tabel yaitu 1,96. Besar hubungan kedua variabel
tersebut yang dihitung menggunakan korelasi tau kendall menghasilkan angka
-1,39 yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang
sangat lemah dan sangat rendah dan cenderung negatif.
Penelitian yang kedua,
berasal dari penelitian Rizky Giri Akbar pada tahun 2012 dengan judul “Kelayakan Usaha Industri Rumahan Bulu Mata
Dan Rambut Palsu Modern (Studi Kasus Pada RGG Product di Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga)”. Skripsi yang berasal dari Universitas Negeri Yogyakarta ini termasuk dalam penelitian evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan subjek penelitian adalah pimpinan industri rumahan RGG Product. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi dan wawancara.
Dan Rambut Palsu Modern (Studi Kasus Pada RGG Product di Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga)”. Skripsi yang berasal dari Universitas Negeri Yogyakarta ini termasuk dalam penelitian evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan subjek penelitian adalah pimpinan industri rumahan RGG Product. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi dan wawancara.
Hasil
penelitian menunjukkan kelayakan usaha industri rumahan RGG Product ditinjau
dari aspek: (1) Dari aspek pasar industri rumahan RGG Product layak, didukung
oleh harga jual berada di bawah harga jual pabrik, dapat membeli secara eceran,
produk bervariasi berdasarkan selera konsumen dan mode, promosi dengan cara personal
selling dan pameran, produk industri rumahan RGG Product dapat dibeli di salon-salon,
pameran dan ekspor; (2) Dari aspek teknik industri rumahan RGG Product layak,
didukung oleh lokasi yang strategis, skala produksi per bulan untuk bulu mata
28.000 pcs dan rambut palsu 550 pcs, menggunakan layout fungsi,
menggunakan mesin-mesin modern; (3) Dari aspek manajemen industri rumahan RGG
Product layak, didukung oleh struktur organisasi berbentuk piramida, sistem
penggajian menggunakan sistem bulanan dan harian, kompetensi tenaga kerja yang
sesuai kebutuhan perusahaan; (4) Dari aspek keuangan industri rumahan RGG
Product layak, didukung oleh, Payback Period 3 tahun lebih 5 bulan, Return
on Investment 20,8%, Average Rate of Return sebesar 41,55%, Net
Present Value sebesar Rp.22.048.700 (positif) dan Profitability Index sebesar
1,5409 atau lebih dari 1.
Persamaan dari tulisan
diatas dengan penelitian yang akan dibahas dengan penelitian yang akan ditulis,
yaitu sama-sama membahas tentang Pabrik Rambut yang ada di Kabupaten
Purbalingga. Perbedaan tulisan yang sudah dipaparkan diatas dengan penelitian
yang akan ditulis adalah pada metode dan kajian yang akan dibahas didalamnya. Perbedaan
pada penelitian pertama, yaitu penelitian Sari Sulastri membahas tentang
pengaruh keberadaan Bulu Mata terhadap Perang Ganda Ibu Rumah tangga, disini
subjek yang diteliti adalah peran ganda Ibu Rumah Tangganya. Dalam penelitian
yang akan dilakukan dalam proposal ini mengarah pada subjek Bapak nya.
Perbedaaan yang lain mengenai metode yang akan digunakan, dalam penelitian Sari
Sulastri, metode yang digunakan survey-eksplanatif (Kuantitatif), sendangkan
dalam proposal ini metode yang digunakan dengan Kualitatif.
Perbedaan dengan
penelitian yang kedua, yang ditulis oleh Rizky Giri Akbar dengan topik
kelayakan usaha industri rumahan bulu mata dan rambut palsu modern dengan subjek penelitian adalah pimpinan
industri rumahan RGG Product. Dalam proposal ini perbedaan juga berada dalam
subjek yang diteliti. Penelitian Rizky Giri Akbar menjadikan pimpinan industri
rumahan RGG Product menjadi subjek utamanya, kalau proposal ini menjadikan
pengaruhnya terhadap Bapak yang momong anaknya dirumah, karena Ibu nya harus
bekerja dipabrik. Jadi dapat disimpulkan dalam proposal ini akan memperkaya
penulisan-penulisan dan penelitian-penelitian yang pernah dibuat terdahulu.
F.
Kerangka Teori
Fenomena sosial “pamong praja”
yang telah dibahas diatas merupakan bagian dari fakta sosial yang dapat
dijelaskan dengan teori pertukaran sosial Gorge Pascal Homans yang memandang
perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas dan kepentingan yang dimiliki oleh
masing- masing individu. Teori Homans ini menjelaskan tentang keinginan manusia
untuk selalu berusaha mencari dan memperoleh keuntungan dalam transaksi
sosialnya dengan orang lain. Wanita juga pasti menginginkan keuntungan yang
besar untuk kehidupannya, dengan begitu ia akan berusaha untuk menuai karir
meskipun dia telah menjadi ibu rumah tangga. Keuntungan tersebut bukan berarti
hanya keuntungan material saja, namun bisa juga berupa popularitas dan
lain-lain (Ritzer 2009: 458).
Pada kehidupan rumah
tangga terjalin suatu hubungan antara komponen keluarga, individu-individu
melakukan aktivitas rumah tangga seperti digambarkan Homans tersebut, yaitu
saling melakukan pertukaran peran dalam rumah tangga. Mengingat yang terlibat
dalam proses kehidupan dalam rumah tangga ini melibatkan pengaruh sosial
disekitarnya yang lebih besar, dan pada kasus tertentu ini situasi kelompok
besar ini memberikan pengaruh besar dalam membentuk perubahan sosial baru
disekitanya. Oleh Oleh karena itu, untuk tulisan ini perlu menggunakan teori
pertukaran sosial Peter M. Blau.
Tujuan dari teori pertukaran
sosial Peter Blau adalah memahami struktur sosial berdasarkan analisis proses -
proses sosial yang mengatur hubungan antar individu dengan kelompok. Menurut
Ritzer analisis proses sosial bagi Blau adalah memahami struktur sosial atau
kelompok sosial sebagai upaya untuk memahami perilaku individu yang merupakan bagian
dari kelompok sosial itu. Kita tidak dapat menganalisis proses - proses
interaksi sosial antar individu selain
dari struktur sosial yang ada di sekitarnya (Ritzer menyimpulkan pemahaman
Peter Blau tentang teori Pertukaran Sosial, 2009: 458).
Perilaku sosial
masyarakat di kabupaten Purbalingga sebagian besar diarahkan oleh struktur
sosial di sekitarnya, biasanya dialami oleh masyarakat middle class dan lower class. Pengaruh pendirian PT-PT
rambut besar-besaran menjadikan pola ekonomi dalam keluarga menjadi berubah,
yang berakibat pada pola asuh anak-anak yang justru dipegang oleh bapak nya.
Keputusan menjadi pekerja PT oleh para ibu merupakan pengaruh dari arahan suka
rela struktur sosial dimana dia bertempat tinggal. Sehingga dari fenomena ini,
mengakibatkan keadaan sosial yang berbeda dari biasanya, yaitu posisi ibu yang
seharusnya mengurus anak, karena ada PT rambut, maka ibu menjadi pekerja
disana. Disisi lain, kesulitan bapak mencari kerja dan sedikitnya lowongan
kerja laki-laki di Purbalingga menjadikan sang bapak mengasuh anaknya dirumah
menggantikan peran ibu yang bekerja di PT rambut.
G.
Metode Penelitian
- Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Purbalingga.
Kabupaten Purbalingga merupakan penghasil bulu mata terbesar kedua didunia
setelah Cina. Lokasi ini dipilih karena kedekatan emosional dengan peneliti.
Tempat penelitian ini akan ditentukan di dua kecamatan sebagai semple. Tempat
pertama di Kecamatan Kemangkon yang meresepresentasikan kehidupan di desa, dan
Kecamatan Purbalingga, yang mencerminkan kehidupan di Kota. Kedua kecamatan itu
merupakan pemasok tenaga kerja perempuan terbesar sebagai bulu mata. Disamping
itu, kedua tempat ini merupkan tempat tinggal dari peneliti.
- Bentuk
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah yang diangkat, penelitian ini menganalisis fenomena “Pamong Praja”, untuk memahami hal itu, perlu diteliti secara
mendalam mengenai persepsi masyarakat Purbalingga terhadap fenomena “Pamong
Praja”, kemudian cara pola asuh bapak terhadap anak-anaknya dirumah serta
dampak pola asuh bapak terhadap perkembangan anak. Dengan demikian, penelitian
ini menggunakan penelitian deskriptif-kualitatif.
Strategi yang digunakan
adalah studi kasus, dimana peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya
dan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut untuk mengetahui segala sesuatu
yang tersembunyi dari masalah yang diteliti. Setiap fakta itu dipelajari
peranan dan fungsinya di dalam kehidupan kasus (Robert E. Stake, 2009: 313). Suatu
kasus dapat terdiri atas suatu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan
satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa
sekolah tetapi dalam satu kantor pengumpulan, dan lainnya (Sukmadinata, 2010:
64).
Mengingat penelitian
ini berusaha untuk mengkaji dan memperoleh gambaran fenomena “Pamong Praja”,
maka penelitian ini lebih bersifat holistik. Holistik yang diterapkan dalam
penelitian ini bukan holistik secara penuh, melainkan telah dibatasi dan
difokuskan pada permasalahan-permasalahan tertentu yang telah dirumuskan dalam
proposal. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan bentuk studi kasus tunggal.
Dalam studi kasus tunggal mungkin masih ada beberapa keterkaitan dengan sub-sub
analisisnya, agar desain yang kompleks atau terpancang bisa berkembang. Sub-unit
tersebut seringkali dapat menambah peluang-peluang signifikasi bagi analisis
yang lebih luas, yang mengembangkan bagian-bagian kasus tunggal yang
bersangkutan. Strategi penelitian ini juga bisa disebut studi kasus tunggal
terpancang (Yin, 2012: 46-54), karena permasalahan dan fokusnya telah
dirumuskan dalam proposal penelitian sebelum peneliti memasuki lapangan
studinya.
- Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penlitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta (participant
observation), wawancara mendalam (in
depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012: 308-309).
Pengumpulan data dalam
studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber informasi, karena studi kasus
melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk membangun gambaran yang mendalam
dari suatu kasus. Dari pemaparan diatas, teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam proses penelitian ini dapat di perjelas sebagai berikut:
- Wawancara
Mendalam
Dalam penelitian sosial
pada umumnya ada dua macam wawancara yang dasarnya sama tapi berbeda sifatnya,
yakni (1) wawancara terhadap informan, dan (2) wawancara terhadap responden.
Wawancara terhadap informan dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dan data
mengenai individu tertentu (bukan mengenai individu informan) untuk keperluan
informasi, sedangkan wawancara terhadap responden dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan dari individu yang
diwawancarai, untuk keperluan komparatif (Koentjaraningrat dalam Haryanto,
2011: 17). Untuk keperluan penelitian ini, akan digunakan wawancara terhadap
informan dan terhadap responden.
Wawancara mendalam
dilakukan untuk mengetahui pendapat dan pemahaman masyarakat Purbalingga
terhadap fenomena “pamong praja”. Wawancara dilakukan kepada orang-orang
disekitar lokasi penelitian, seprti masyarakat Desa yang berhubungan langsung
dengan fenomena ini. Wawancara juga dilakukan kepada bapak-bapak yang mengasuh
anaknya dirumah, serta kepada anak-anak yang sudah diasuh bapaknya dari kecil,
supaya bisa mengetahui dampak yang ditimbulkan.
- Observasi
Langsung
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010: 220). Dalam teknik ini, peneliti tidak terlibat
dalam kegiatan sebenarnya, tetapi hanya menjadi pengamat. Teknik observasi
digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat atau
lokasi, dan benda, serta rekaman gambar, observasi dapat dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung atau tak berperan (Sutopo, 2002: 64).
Pada penelitian ini,
digunakan observasi langsung untuk mengetahui kehidupan masyarakat Purbalingga
yang memang mengalami fenomena “pamong praja”. Observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung. Hal-hal yang menjadi
objek pengamatan antara lain: pola asuh bapak terhadap anaknya, kehidupan
dirumah selama ditinggal pergi ibu bekerja, serta perilaku anak-anaknya dalam
kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
- Pengkajian
Dokumen dan Arsip (content analysis)
Menurut Sugiyono (2012:
329-330) menyatakan bahwa hasil dari observasi atau wawancara, akan lebih
kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa
kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau
karya tulis akademik yang telah ada.
Teknik yang dipaparkan
diatas disebut contents analysis atau kajian isi. Dokumen tertulis dan
arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam
penelitian kualitatif. Dokumen bisa beragam bentuk, dari yang tertulis
sederhana sampai yang lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda lainnya
sebagai peninggalan masa lampau. Demikian pula halnya arsip yang pada umumnya
berupa catatan-catatan yang lebih formal bila dibandingkan dengan dokumen
(Sutopo, 2002: 69).
Kajian dokumen
digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan menyelidiki data tertulis dari
kelurahan, dari pusat statistik, dan dinasi-dinas terkait. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan content analysis terhadap
jumlah tenaga kerja, kehidupan perekonomian, dan hasil dari pola asuh anak
disekolah-sekolah dan kehidupan sosial lainnya. Teknik ini digunakan pula
sebagai data pembanding untuk data yang telah diperoleh dari observasi dan
wawancara terhadap guru dan peserta didik.
- Pengumpulan
Sampling dan Validitas Data
Teknik cuplikan
merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam
penelitian yang mengarah pada seleksi. Cuplikan dalam penelitian kualitatif
sering juga dinyatakan sebagai internal
sampling yang berlawanan dengan sifat cuplikan dalam penelitian
kuantitatif, yang dinyatakan sebagai exsternal
sampling. Dalam cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk
mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalaman yang tidak sangat perlu
ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa
menjelaskan informasi yang banyak dibandingkan dengan narasumber yang banyak,
yang mungkin kutang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya (Sutopo,
2002: 55).
Pada penelitian ini,
teknik cuplikan menggunakan purposive
sampling. Artinya, sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan
pertimbangan dan tujuan tertentu. H.B Sutopo (2002: 56) menjelaskan bahwa dalam
purposive sampling, dalam pelaksanaan
pengumpulan data, pilihan informasi dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data, artinya peneliti memilih
informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki
informasi berdasarkan permasalahan secara mendalam. Penelitian ini digunakan
pula cuplikan waktu (time sampling),
cupliklan waktu berkaitan dengan cuplikan waktu yang dipilih dan dipandang
tepat untuk pengumpulan informasi sesuai dengan masalah yang dikaji. Cuplikan
waktu dalam penelitian ini untuk melihat fenomena “pamong praja” dipagi
hingga sore hari.
Setelah mencari sampling,
maka langkah berikutnya adalah validias data. Pengujian validitas data dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi. Sugiyono (2012: 330)
menjelaskan bahwa teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai sumber data yang telah ada, bila peneliti
mengumpulkan data dengan triangulasi maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibelitas data, yaitu mengecek kredibelitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Dengan
demikian, triangulasi merupakan sebuah pandangan yang bersifat multiperspektif.
Patton dalam Sutopo (2002: 78-82) menyatakan ada empat macam teknik triangulasi,
yakni (1) triangulasi data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi
metodologis, dan (4) triangulasi teoretis.
Melalui triangulasi
data, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengetahui
kebenaran suatu permasalahan. Selain menggunakan triangulasi data, digunakan
pula triangulasi metode. Di dalam triangulasi metode, peneliti mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang
berbeda (Sutopo, 2002: 80). Artinya untuk mengamati satu sumber data digunakan
beberapa metode, seperti digunakan metode wawancara, observasi, dan studi
dokumen. Di dalam proses triangulasi, informasi-informasi yang diperoleh dari
data dan metode yang berbeda dibandingkan satu sama lain sebagai upaya
konfirmasi. Data yang diperoleh dinyatakan valid atau terpercaya ketika hasil
konfirmasi dari data yang berbeda dan melalui metode yang beragam menunjukkan
keterangan yang sama.
Selanjutnya adalah
triangulasi teori, dalam triangulasi teori, peneliti menggunakan perspektif
lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari berbagai
perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap dan
mendalam, tidak hanya sepihak, sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan
yang lebih utuh dan menyeluruh. Dalam
hal ini peneliti membahas informasi dengan perspektif teori-teori yang berbeda
tetapi masih dalam satu disiplin ilmu. Sedangkan triangulasi peneliti merupakan
gabungan dari berbagai penelitian yang sudah pernah dilakukan dengan tema yang
sam dengan peneliitan yang akan dilakukan (Sutopo, 2002: 98-99).
- Teknik
Analisis Data
Analisis yang dilakukan
pada penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Analisis interaktif
terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi
data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi (Sutopo, 2002: 91).
Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dan
pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Setelah
pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara tiga komponen
analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini.
Menurut H.B. Sutopo
(2002: 92) yang menjelaskan bahwa reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Setelah
reduksi data, langkah berikutnya dalam analisis interaktif adalah penyajian
data. Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data yang
paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks
naratif, yang merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara, logis dan sistematis,
sehingga mampu menyajikan permasalahan dengan fleksibel dan kaya data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga
peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi (Sutopo, 2002: 92-93).
Kegiatan analisis yang
ketiga adalah menarik simpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah
sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Langkah awal dalam penarikan
simpulan dan verifikasi dimulai dari penarikan simpulan sementara. Penarikan
simpulan hasil penelitian diartikan sebagai penguraian hasil penelitian melalui
teori yang dikembangkan. Dari hasil temuan ini kemudian dilakukan penarikan
simpulan teoretik (Sutopo, 2002: 93). Kemudian simpulan perlu diverifikasi agar
cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan.
H.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryanto, Samsi.
2011. Metode Wawancara dalam Penelitian
Sejarah (Studi Non Dokumenter). Surakarta: UNS.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugihartono,
dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Sutopo. H.B.
2002. Metodologi Penelitian Kualitatif
Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
Stake, Robert K.
2009. “Studi Kasus”, dalam Denzin, K. Norman dan Loncolin, S. Yvonna (eds). Handbook of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yin, Robert K.
2012. Studi Kasus Desain dan Metode
(judul asli Case Study Research: Design
and Methods terjemahan M. Djauzi Mudzakir). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
I.
Jadwal Penelitian
No
|
Tahap Penelitian
|
Waktu Penelitian (tahun 2017)
|
||||||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
||
1.
|
Perencanaan
|
|||||||
2.
|
Penyusunan
Proposal
|
|||||||
3.
|
Pengumuman???
|
|||||||
4.
|
Pengumpulan
Data
|
|||||||
5.
|
Analisi
Data
|
|||||||
6.
|
Penyusunan
laporan
|
|||||||
7.
|
Pengumpulan Laporan Penelitian
|
Sementara tidak dibagikan format Word nya, karena akan digunakan di INTEL ISEF