arifsae.com - Dalam
memahami peristiwa Mei 1998 ini penulis menggunakan beberapa sumber yang bisa
menjadi referensi di antaranya Penjelasan Sejarah karrya Kuntowijoyo. Berbicara
tentang penjelasan Sejarah menurut Kuntowijoyo dibagi menjadi 6 bagian tetapi
penulis terfokus pada penjelasan sejarah yang pertama, yaitu Regularity
(Keajekan, keteraturan, konsisten) artinya ketika terjadi peristiwa Mei 1998
itu adalah rentetan kejadian yang kontinyu, dari krisis ekonomi, pemelu 1997
hingga kerusuhan Trisakti dan tragedi semanggi yang semuanya adalah kausalitas
sejarah. Yang berarti ada sebab dan terjadi akibat dari kejadian itu.
Sejarah
adalah ilmu yang terbuka. Maka Sejarawan harus jujur tidak menyembunyikan data,
dan bertanggung jawab terhadap keabsahan data-datanya..
Latar belakang
Pada Mei
1998 di Indonesia terjadi krisis yang paling berat dalam sejarah Indonesia dan
juga Negara-negara Asia yang lain yang mengakibatkan Inflasi terhadap Rupiah
dan terjadinya PHK secara besar-besaran dan mengakibatkan puluhan bahkan Jutaan
rakyat Indonesia menjadi Pengangguran. Terjadinya penderitaan di tengah
Masyarakat miskin dan korupsi yang merajalela di kalangan Birokrasi pusat sudah
sangat parah. Ketidak percayaan Masyarakat terhadap Pemerintah pusat mengalami
klimaks pada Mei 1998. Ketika Soeharto terpilih menjadi Presiden pada April
1998 melalui pemilihan umum yang di menangkan Golkar.
Sebagian Mahasiswa dari
berbagai daerah di Indonesia melakukan aksi Demonstrasi besar-besaran ke DPR RI
untuk menuntut beberapa hal di antaranya para Mahasiswa menuntut di adakanya
pemilihan ulang pada pemilu 1997 dan meminta pemerintah untuk segera menangani
krisis yang sudah menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa Demonstrasi
besar-besaran ini adalah sejarah baru ketika para Mahasiswa meneriakan aspirasi
rakyat dan mereka mendapatkan perlakuan yang diluar dugaan, mereka di pikuli
bahkan ada yang di tembaki baik itu menggunakan peluru karet ataupun
menggunakan peluru api karena menurut ABRI mereka dianggap menimbulkan
kekacauan bagi pemerintah.
Proses Kejadian peristiwa 1998
Peristiwa berdarah ini di mulai pada
tanggal 12 Mei 1998 ketika Mahasiswa Trisakti melakukan aksi Demonstrasi di
kampun Trisakti sesuai anjuran Aparat keamanaan untuk tidak turun kejalan,
namun karena para Mahasiswa sudah jengkel dan muak terhadap Pemerintah ingin
melakukan aksi Demonstrasi langsung ke Gedung MPR dimana mereka bisa langsung
memberikan tuntutan-tuntutan pada pemerintah. Di dalam Kampus Trisakti yang
tidak jauh dari gedung MPR para Mahasiswa akhirnya turun kejalan dan langsung
berhadapan dengan Aparat yang besenjata lengkap, dalam peristiwa ini tertembak
4 Mahasiswa dari Universitas Trisakti yang nanti mambakar semangat Mahasiswa
yang ada di seluruh Indonesia untuk mengadakan perlawanan balik terhadap
pemerintah.
Pada hari-hari berikutnya tragedi Trisakti ini memicu terjadinya pembunuhan ratusan orang, seminggu kemudian para mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR RI tanpa perlawanan yang berarti dari Aparat. Pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara Soeharto tidak mampu mengendalikan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi, setelah gagal mendapatkan dukungan dari ulama dan tokoh masyarakat di tambah pengunduran diri oleh 14 Mentri dalam kabinetnya Soeharto akhrnya mengundurkan diri dan digantikan oleh B.J Habibie, dan sejak saat itu Rezim Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 Tahun ahirnya runtuh.
Pada hari-hari berikutnya tragedi Trisakti ini memicu terjadinya pembunuhan ratusan orang, seminggu kemudian para mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR RI tanpa perlawanan yang berarti dari Aparat. Pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara Soeharto tidak mampu mengendalikan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi, setelah gagal mendapatkan dukungan dari ulama dan tokoh masyarakat di tambah pengunduran diri oleh 14 Mentri dalam kabinetnya Soeharto akhrnya mengundurkan diri dan digantikan oleh B.J Habibie, dan sejak saat itu Rezim Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 Tahun ahirnya runtuh.
Pada mulanya para mahasiswa meneriakan kemenangan atas
jatuhnya Rezim Soeharto yang menggurkan mitos bahwa dirinya merupakan tonggak
stabilitas Nasional. Mahasiswa menyadari kalau Soeharto masih dilindungi oleh
Militer dan orang-orang yang menggantikan Soeharto masih menjadi antek-anteknya
maka pada tanggal 13 Oktober 1998 Mahasiswa kembali turun kejalan, mahasiswa
beranggapan bahwa Reformasi justru semakin menjauh dari harapan. Dibawah
panji-panji dwifungsi Militer bertanggung jawab pertahanan didalam Negeri
maupun serangan dari Luar sekalipun tujuanya untuk menjaga ketertiban
antarsukudan kerusuhan sosial Dwifungsi kemudian dijadikan mandate untuk membrondong
musuh baik dari Dalam maupun dari Luar Negeri. Tanggal 28 Oktober 1998 semakin
banyaknya Mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia yang turun kejalan Aparat
keamanan baertindak secara berlebihan, mereka mengerahkan ribuan Aparat yang
bersenjata lengkap untuk menghadapi aksi Demo damai dari Mahasiswa.
Dalam
pandangan Militer mereka dianggap sebagai musuh Negara yang tidak bisa diatur,
ketegangan memuncak ketika diadakanya sidang Istimewa MPR yang bertugas
melakukan pemilihan umum tapi Mahasiswa menolak hasil tersebut karena
pesertanta masih orang-orang pada era Soeharto, tanpa mendengarkan aspirasi
Mahasiswa pihak pemerintah tetap menggelar sidang istimewa. Mahasiswa semakin
agresif dan bertindak lebih berani kepada Aparat. Pada tanggal 13 November 1998
sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun kejalan mendekati hari akhir
sidang istimewa, mahasiswa yang berusaha menembus garis batas 2 Km dari gedung
MPR harus berhadapan dengan pukulan dan tembakan yang semakin brutal.
Pada
malam harinya terjadilah penembakan di jembatan Semanggi, dan menewaskan 9
orang Mahasiswa dalam peristiwa yang lebih parah daripada peristiwa Trisakti
ini para Aparat menembakan peluru hampa, peluru karet bahkan peluru tajam
kearah Mahasiswa ketika malam semakin larut tembakan semakin genjar dan korban
semakin banyak yang jatuh bagi pihak militer hal itu merupakan kemenangan untuk
Negara tercintanya.
Seusai sidang Istimewa mahasiswa kembali turun kejalan
untuk menuntut sidang rakyat sejati, dan salah satu keputusan sidang Istimewa
adalah penyelidikan kekayaan Soeharo dan kroni-kroniya serta mengadilinya tapi
Habibie yang pada waktu itu menjadi Presiden tidak melakukanya sehingga
Mahasiswa kembali menuntut kebenaran, keterbukaan dan keadilan. Untuk
menyamarkan kesatuan bahkan Aparat menggunakan topi rimba menggantikan baret
kesatuannya. Pada tanggal 15 Desember 1998 para Demontran wanita berhadapan
dengan polisi wanita juga untuk menghadapinya.
Setelah peristiwa Semanggi
kebijakan baru diterapkan pada Demontran perempuan dan perwakilan aktifis yang
mencari jalan damai dengan pihak militer menyakinkan Mahasiswa bahwa untuk
menang mereka harus bertarung. Dan pada puncaknya tanggal 17 Desember 1998
Beberapa minggu sebelum Bulan Ramadhan para Mahasiswa kembali turun kejalan di
taman ria Senayan mereka tidak lagi bersemangat revormasi damai tapi dengan
pekik revolusi, mereka sengaja memancing pihak Militer yang telah menembak
rekan-rekan Mereka, akhirnya mereka berhasil menembus barisan Aparat dan
memukul mundur yang dulu mereka tidak terkalahkan, tapi perjuangan tidak sampai
disini. Perjuangan masih berlanjut.
Dampak dari peristiwa Mei 1998
Dampak yang
luar biasa bagi bangsa Indonesia yang telah di timbulkan dari peristiwa Mei
1998. Diantaranya kerusuhan, pembakaran bahkan Pemerkosaan terhadap wanita
terjadi ketika itu kemudiaan untuk menindak lanjuti peristiwa tersebut
pemerintah membentuk sebuah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki
terjadinya kerusuhan Mei 1998.
Bahkan
bukti-bukti yang de temukan oleh TGPF sangant mengejutkan yaitu pada saat itu
terjadi kekerasan terhadap wanita serta usaha untuk pemusnahan terhadap etnis
Cina, menurut TGPF jumlah korban kekerasaan Seksual termasuk pemerkosaan
mencapai 85 Orang. Seluruh pemerkosaan ini biasanya terjadi di jalan dan ditempat
usaha dengan mayoritas di tempat usaha dan rumah, kebanyakan kasusu perkosaan
ini di lakukan dihadapan orang lain. Meskipun TGPF itu mengakui korbanya tidak
hanya keturunan Tionghua tapi sebagian besar merupakan keturunan Tionghua
Penutup
Tidak lama setelah kejadian berakhir
dibentuklah Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)
untuk menyelidiki masalah ini. TGPF ini mengeluarkan sebuah laporan yang
dikenal dengan "Laporan TGPF" Mengenai pelaku provokasi, pembakaran,
penganiayaan, dan pelecehan seksual, TGPF menemukan bahwa terdapat sejumlah
oknum yang berdasar penampilannya diduga berlatarbelakang militer. Sebagian
pihak berspekulasi bahwa Pangkostrad Letjen Prabowo
Subianto dan Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin melakukan pembiaran
atau bahkan aktif terlibat dalam provokasi kerusuhan ini.
Pada 2004 Komnas HAM mempertanyakan
kasus ini kepada Kejaksaan Agung namun sampai 1 Maret 2004 belum menerima
tanggapan dari Kejaksaan Agung.
Daftar Pustaka
Kuntowijoyo, penjelasan
sejarah (Yogyakarta : tiara wacana, 2008)
Video Revormasi
Kerusuhan Mei 1998 Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.