Identitas buku :
Judul Buku : Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk
Penulis : Ahmad Rifa’i Rif’an
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Kota Terbit : Jakarta
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Juni 2011 (Cetakan ke-13
Januari 2015).
Resensi Buku:
Buku Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk
ini merupakan buku terlaris yang dimiliki oleh Ahmad Rifa’i Rif’an, penulis
muda yang sangat produktif. Buku yang lumayan tebal ini merupakan buku yang
ditulis tahun 2011 dan langsung disambut oleh pembaca hingga mendapat predikat
Best Seller. Harapan Ahmad Rifa’i Rif’an dari buku ini adalah sebagai cambuk
abadi yang senantiasa mengingatkan penulis agar tak terlalu jauh keluar dari
orbit kemanusiaan.
Karena secara fitrah, manusia memang
memiliki naluri menghamba, mengutamakan, mendahulukan, serta menuhankan Zat
yang serba Maha. Naluri inilah yang membuat seorang hamba merasa butuh untuk
mencintai, mementingkan, serta menaati Zat yang serba-maha melebihi kadar
cintanya kepada makhluk-Nya.
Buku ini terdiri dari 4 bagian utama
yang terbagi lagi kedalam sub menu lainya. Bagian 1, menata hari membenahi
nurani ini menyajikan intropksi diri dari kesibukan kita sebagai manusia yang
tidak bisa menyeimbangakan urusan dunia dengan urusan akhirat. Seperti dari sub
bab pada bagian ini yang dijadikan judul buku, Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk. Bagian
ini mengajak kita untuk hidup diera modern namun tetap berpegang pada agama
kita. Sehingga tidak ada bagian hidup yang terlupakan, selain memperjuangakan
dunia untuk memenuhi kebutuahan sehari-hari juga mengejar akhirat untuk bekal
diakhir nanati.
Bagian 2 dalam buku ini mengajak
kita ke dalam “Rumahku, Surgaku”, yaitu standar kehiduapan yang dipatenkan
untuk mengarungi kehidupan rumah tangga yang penuh lika-liku. Dalam bagian ini,
kita diajak untuk mengali kehidupan keluarga secara seimbang. Seperti ayah,
ibu, anak, rumah, kesetiaan, dan lainnya. Seolah ingin mengingatkan kita, bahwa
hidup berumah tangga itu tiadak susah namun juga bisa ditaklukan, tentunya
dengan berpegang kepada agama Allah, agar selamat dunia adan akhirat.
Bagian 3 kita diajak untuk melihat
kehiduapan kita didunia kerja, “Memancarkan Cahaya Surga di Tempat Kerja”. Kita
disajikan renungan ditempat kerja, seperti jihad dalam kubikel. Kerja juga
berjihad, bukan hanya sekedar mengangkat senjata dimedan perang. Kejujuran dalam
bagian ini juga tak lupa disentuh, karena semakin kesini semakin jarang orang
yang jujur. Puasa juga menjadi terapi untuk mengukur kridebelitas manusia
dihadapaan Allah, karena dengan puasa kita akan selalu dekat dan ingat kepada
sang Pencipta.
Bagian terakhir adalah bagian ke 4, “Memperkokoh
Semangat dan Visi Hidup”. 4 tangga kesuksesan menurut penulis adalah, tangga
yang dituju untuk menuju tujuan yang sebenarnya. Tapi untuk menuju itu, kita
harus bisa kaya terlebih dulu, karena dengan kaya, kita bisa menggunakan harta
kita untuk kepentingan umat manusia yang lain. Jadi kita harus merencanakan
alur hidup agar terarah.
Buku ini mempunyai kelebihan yang
patut dibaca bagia kita yang terlalu sering melupaan panggilan-panggilan
beribadah. Alasan-alasan yang digunakan untuk menghindari itu juga sangat
banyak kita jumpai, seperti sibuk, belum sempat, nanti dan lainnya. Buku ini
menyentak hati kita, bahwa dunia ini hanya sementara dan akhirat tetap menjadi
tujuan utamanya. Dengan bahasa yang sederhana namun sangat mudah dicerna, buku
ini mendapatkan tempat tersendiri dari halayak pembaca. Makannya tak heran,
pembaca menaruh sambutan yang hangat dengan diluncurkannya buku ini. Sampai saat
ini, buku ini terus dicetak ulang dan terus menduduki buku laris di Indonesia.