Sumber Gambar |
SCENE 1.
INT. RUMAH DIKA – DAY
Hari Minggu. Musik rock terdengaar keras dari spiker
dilaptop. Dika (L/17) tiduran dikamar sambil memainkan smartphone. Kamarnya berantakan. Koleksi lagu-lagu rock tersimpan rapi dilaptop. Dari band rock lokal sampai mancanegara dia punya.
Tiba-tiba Alif (L/17) datang.
ALIF : Bro, tak
panggil-panggil ga denger si? (beat) Eh..Udah punya lagu Helloween terbaru
belum?
DIKA : Udah
basi (terus melihat smartphonya).
ALIF : Aku
mau donk?
DIKA : Cari sendiri
sana, dilaptop D, file Tugas Sekolah, terus kemusik, terus lagu Barat, tinggal
pilih disitu.
Alif beranjak dari tempat duduknya. Mengotak-atik
laptop, sesuai dengan petunjuk Dika. Setelah selesai Alif duduk didekatnya Dika
lagi.
ALIF : Bro...
DIKA : Hemmm.
ALIF : File-file nya
brantakan banget si. Dimasukin ditugas sekolah lagi. Apa kamu ga bingung dicampur
kaya gitu?
DIKA : Ga. Aku apal
naruh file-file nya. Itu emang sengaja
aku taruh difile sekolah, biar kalau ada tugas, sambil ndengerin lagu rock gitu.
ALIF : Yaudah. (beat)
Oya bro, kamu punya file musik atau video lagu daerah? Jaipong kek, Lengger
kek?
Dika menghentikan memainkan smartpon-nya. Dia melihat ke Alif pelan-pelan. Tatapanya aneh.
DIKA : Apa?
ALIF : Yaelahh...kamu
punya file tentang musik atau vedio kesenian tradisional ga?
DIKA : Maksudku,
kenapa kamu tanya itu?
ALIF : Apa kamu belum
ngerjain tugas Bahasa Jawa? Kita kan disuruh mencari musik tradisional dan
membuatkan makalahnya.
DIKA : Ga
sudi aku. Kamu yang ngerjain. Download sana?
ALIF : Bakso nya Bu
Warti ya? Nanti aku mau ngerjain.
DIKA : Gampang itu.
Besok.
Alif bergegas setelah ada bakso untuk imbalanya.
ALIF : Masa seorang
Dika yang gila musik ga punya musik tradisional si?
DIKA : Emangnya aku
kakek-kakek? Dengerin musik Tradisional. Ga gaul banget.
ALIF : Wah,
ga cinta budaya sendiri kamu Dik?
Menatap dengan tengil kearah Alif.
DIKA : Kaya
kamu suka musik tradisional aja?
ALIF : Yee..masih
mending aku, mau ngerjain tugas.
DIKA : Lah,
kalau ga ada tugas?
Alif hanya senyum. Beberapa saat kemudian download-nya sudah selesai. Alif Mengambil
flasdisk dan memindahkannya.
ALIF : Yaudah bro, aku
pulang dulu. Tak kerjain dirumah aja. Jangan lupa besok bakso loh.
DIKA : Yoi (sambil terus memainkan smartphon-nya).
SCENE 2.
EXT. KANTIN SEKOLAH – DAY
Istirahat Sekolah. Alif dan Dika memesan bakso
dikantin Bu Warti (P/55). Mereka menyrobot pembeli yang dari tadi ngantri.
DIKA : Bu,,bu,,Bu
Warti...itu buat saya dulu ya? laper banget ni..
BU WARTI : Tapi
ini buat Mba Mila (P/16) mas?
Sambil melirik sekilas Mila yang pesen sudah
terlebih dulu.
DIKA : Udah ga papa bu. Sama dia pasti boleh
kok..
Sambil mengambil bakso dari bakinya. (Bu Warti
geleng-geleng kepala). Alif dan Dika duduk dimeja dan menyantap dengan lahap.
DIKA : Habisin
bro.
ALIF : Siap. Aku nambah krupuk sama gorengan ya?
DIKA : Ambil
sepuasnya.
ALIF : Wasssekkkkkkkkk....
Ditengah makan bakso. Bel berbunyi. Tapi mereka
masih asik makan dan ngobrol.
ALIF : Bro,
masuk yuh.
DIKA : Nanti aja ah.
Ini kan pelajaran Sejarah. Gurunya juga paling telat. Kaya ga biasa aja. Paling
kita “dihipnotis” dan tertidur. Hahaha.. (beat) Udah tunggu 5 menit lagi. Belum
turun makanannya nih (sambil pegang perut).
5 menit kemudian mereka beranjak membayar.
DIKA : Bu
Warti, udah ni. bakso dua.
BU WARTI : Ga
nambah apa-apa mas (sambil senyum)?
DIKA : Ga
bu.
BU WARTI : Oh,
kalau ga nambah 15 ribu mas.
Sambil menyerahkan uang. Kemudian mereka pergi
kekelas. Tapi ditengah jalan Alif bertanya.
ALIF : Bro,
kamu ga bayar kacang ama gorengannya ya?
DIKA : Ah,
cuma kacang sama gorengan inih.
Alif hanya menggut-manggut. Mereka menuju kelas..
Beberapa
hari kemudian Dika dan Alif terus melakukan kebiasaan itu, “meski” hanya
makanan ringan.
SCENE 3.
EXT. LINGKUNGAN SEKOLAH – DAY
Pada suatu hari. Ada kerumunan keramaian yang tak
diduga. Banyak anak-anak sekolah menyalami seorang bapak. Bapak muda itu menuju
kekantin dengan didampingi kepala sekolah. Semua heran, dan bertanya-tanya.
ALIF : Bro,
bro, ada apa tu? Koko rame banget?
DIKA : Kita
lihat yuk..
Mereka menuju kekantin. Dari pembicaraan disekitar
kerumunan, bapak itu adalah Pejabat Penting dari Pemerintahan Pusat. Bapak itu
sedang menyalami Bu Warti dengan cara mencium tangannya. Bu Warti sekarang
menjadi perhatian. Ibu kantin ini yang jadi langganan Dika dan Alif untuk makanan-makanan
jajan “gratis”.
ALIF : Ko mau
bapak-bapak itu kekantin sekolah ya? Kan bisa makan direstoran yang enak-enak?
DIKA : Keren ya? tapi
kok pakai cium tangan segala si.
Kejadian
itu berlangsung cukup lama. Dan bapak itu ngobrol santai dengan Bu Warti
didampingi pejabat sekolah. Mereka melihat dari kejauhan.
SCENE 4.
INT. RUMAH DIKA – NIGHT
Malam harinya, Dika mengobrak-abrik tasnya. Dia
telepon ke Alif. Memencet-mencet smartphone dan menaruh ditelinga.
ALIF : Ada
apa si bro?malam-malam telepon? Ngantuk ni?
DIKA : Bro,
brooo... kamu liat dompetku ga?
Alif kaget. Dan beranjak dari tempat tidurnya.
ALIF : Ya
ga lah. Kamu terakhir taruh dimana?
DIKA : Taruh disaku.
Tapi tadi pas Bapakku minta STNK mobil udah ga ada. Aku dimarahi nih sama
bapakku.
ALIF : Tenang dulu
bro. Tenang. Coba dicari dulu.
Telepon ditutup. Dika terlihat pusing. Bingung. Dan
campur aduk, karena didompet ada sejumlah uang dan surat-surat penting, seprti STNK
motor dan mobil dan juga ATM bapaknya.
BAPAK :
Dik, ketemu ga?
DIKA :
lagi dicari pak. Bentar.
BAPAK : Aduh, gimana si
kamu? Kalau sampai hilang, motor dan fasilitas lainnya bapak cabut.
DIKA : Yaahhh...pak.
Jangan gitu dong...
BAPAK : Makannya harus
ketemu, itu ada STNK mobilnya.
DIKA : Iya pak, ini lagi
dicari.
Dika
semalaman mencari-cari dompetnya. Belum ketemu juga. Dia khawatir kalau fasilitasnya
diputus. ‘Hidup dan mati’nya terancam karena dompet nya hilang.
SCENE 5.
INT. DIKELAS – DAY
Pagi-pagi, ketika Dika sampai dikelas, Dika diberitahu
kalau dipanggil guru. Kemudian dia bergegas menemui guru.
PAK GURU : Kamu
kehilangan dompet?
DIKA : Iya
pak, kemarin.
PAK GURU :
Coba warna apa? Isinya apa?
DIKA : Warna hitam.
Ada uang 1 juta, surat-surat kendaraan, ATM, dan lain-lain pak.
Kemudian Pak Guru menyerahkan dompetnya ke Dika.
PAK GURU : Kemarin Bu
Warti menyerahkan dompet kamu. coba dicek isinya.
Dika memeriksa dompetnya dengan seksama.
DIKA : Masih utuh
semua. Uangnya juga masih genap pak.
PAK GURU : Cobalah nanti
temui Bu Warti. Terimakasihlah kepadanya yang menyerahkannya ke saya.
DIKA : Iya pak. Terimakasih.
Dijalan,
Dika terlihat merenung. Ibu kantin yang sering diambil makanannya menemukan
uang dan mengembalikannya tanpa kekurangan apapun. Dia terlihat kosong
tatapannya, sambil berjalan menuju kekelas.
SCENE 6.
INT. DIKELAS – DAY
Saat pelajaran Dika terlihat tidak fokus. Dan ketika
istirahat Alif mengajak kekantin.
ALIF : Bro,
dompetnya ketemu kan?
Sambil menghampiri Dika. Dika terlihat melamun.
ALIF(CONT’D): Woyy...ngalamun si.
DIKA : Eh..iya...apa
Bro?
ALIF : Dompetnya
ketemu kan?
DIKA : Ketemu. Masih
lengkap semuanya. (beat) Bu Warti yang menemukan dan mengembalikannya.
ALIF : Masa Bro?
Yaudah ayo kita kekantin. Ucapkan terimakasih.
DIKA : Aku malu Bro.
Kita sering makan kacang, goreng-gorengan, jajan-jajanan tapi ga bayar. (beat)
nanti pulang sekolah aja kekantinnya.
Alif
mengagguk dan menepuk pundaknya Dika.
SCENE 7.
EXT. PULANG SEKOLAH - DIKANTIN – DAY
Setelah pulang sekolah, Alif dan Udin menuju Kantin.
Mereka pelan-pelan berjalan, menuju kekantinnya Bu Warti. Dika mau mengurungkan
niatnya, tapi Alif mendorong Dika.
DIKA : Iii..bu?
Bu Warti menengok kearah Dika.
BU WARTI : Loh mas Dika,
mas Alif. Sini-sini duduk. Mau pesen bakso? Pasti belum makan ya? Tadi
istirahat ko ga kelihatan.
Mereka duduk.
DIKA : Bu, saya mau mengucapkan terimakasih.
Ibu kantin menghentikan aktivitasnya.
DIKA(CONT’D): Terimakasih karena sudah menemukan dompet saya bu.
BU WARTI : Iya sama-sama,
tapi itu bukan ibu yang menemukan. Ibu hanya meneruskan, yang menemukan pertama
Mba Mila yang kemarin bakso nya kamu rebut. Ucapkanlah terimakasih kepadanya.
DIKA : Siapa bu? Mila?(Sambil
bertatapan dengan Alif).
BU WARTI : Iya.
Diam sesaat.
DIKA : Satu lagi bu.
Anu..anu..Ini..Bu..saya mau..mauu mi..minta maaf.
BU WARTI : Loh, minta maaf
buat apa?
DIKA : Sa..saya sering
makan jajan tapi ga bayar bu.
Bu warti menatap Dika dalam-dalam. Lumayan lama.
Dika dan Alif kelihatan sudah pucat.
BU WARTI : Hehehe...Oh,
itu. Ibu sebenarnya sudah tau.
DIKA : (kaget)
Apa bu? Sudah tau? Tapi..tapi...
BU WARI : Kamu, Alif dan
siswa yang lainnya sudah saya anggap seperti anak sendiri. Bagi ibu, yang
pendidikannya rendah seperti ini, suatu kehormatan memberikan kontribusi untuk
membangun bangsa ini, dengan menyediakan makanan untuk mengisi tenaga kalian
ketika belajar.
Dika dan Alif bertatapan sambil melongo.
BU WARTI(CONT’D) : Ibu
harap. Suatu saat kalian sadar. Kalau makanan yang diambil tidak benar itu akan
mengotori darah kita. Ibu betul-betul menjaga itu. Apalagi ketika memberikan
makanan kepada anak-anak ibu.
Dika dan Alif berkaca-kaca.
DIKA : Terimakasih bu
(sambil tertunduk). (beat) Kami janji akan mencoba berubah.
Selang beberapa saat. Alif memecahkan keheningan.
ALIF : Oya bu. Kemarin
kok kekantinnya ibu?
BU WARTI : Oh
itu. (beat) Itu anak ibu.
Alif dan Dika saling bertatapan dan melongo
lagi.
ALIF : Anaknya ibu?
Pejabat pemerintah pusat itu bu?
BU WARTI : Iya. Kenapa? Kaget?
Tadi sudah ibu bilang, ibu selalu memberikan makanan “bergizi”. (beat) bergizi
bagi ibu itu bukan cuma sehat tapi juga halal. Ibu selalu menghalangi perut
anak ibu dengan makanan haram, meskipun hanya gorengan.
Dika dan Alif mengangguk.
BU WARTI (CONT’D): para koruptor itu awalnya dari hal-hal kecil,
seperti telat masuk kelas, ga mau ngantri menunggu sesuatu, atau ambil makanan
meski harganya hanya 500 rupiah (sambil tersenyum).
Dika dan Alif Menunduk, dan
tambah berkaca-kaca.
BU WARTI (CONT’D): Berkali-kali ibu diajak ikut tinggal ke
Jakarta oleh anak ibu, tapi untuk saat ini, ibu masih sanggup bekerja dengan
suami ibu. Ga betah suasana Jakarta yang panas. Dan ibu lebih memilih berdagang
seperti ini. Ibu tidak bisa diam dirumah. Kalau diam dirumah malah pegel-pegel.
Yaa..Mumpung belum terlalu tua. Hehehe...
DIKA : Terimakasih
sekali bu atas inspirasinya. Saya berjanji akan memperbaiki diri. Kami pamitan
dulu (sambil mencium tangan).
Mereka meninggalkan kantin itu dengan sejuta
inspirasi. Tapi Bu Warti memanggil mereka.
BU WARTI : Eh..eh...Mas,
kayanya Mba Mila sedang latihan menari di aula sekolah. Tadi ada yang beli
jajanan ibu, katanya untuk latihan menari.
DIKA : Ohh, iya bu. Terimakasih banyak..
SCENE 8.
INT. AULA SEKOLAH – DAY
Alif dan Dika menuju aula. Mereka menjumpai
anak-anak yang sedang latihan tari Jaipong untuk pentas kegiatan Festival Gunung
Slamet. Sebuah kearifan lokal Purbalingga yang menampilkan pengambilan TUK
SIKOPYAH dan diarak dengan iring-iringan. Mereka sampai di aula. Mila menghentikan
sejenak musiknya, Mila menghampiri mereka berdua.
DIKA : Mila
ya? Maaf, ganggu.
MILA : Iya.
Ga papa kok. Kenapa?
DIKA : Aku mau
ngucapin terimakasih. Katanya dompetku ditemukan kamu.
MILA : Oh, itu. Ga
masalah. Kan kalau bukan hak kita memang harus dikembalikan. (beat) ga ada lagi
yang mau diomongin kan? Aku mau latihan lagi ya..
Alif dan Dika mempersilahkan, setelah Mila bergabung
dengan teman-temannya lagi, Alif berbisik.
ALIF : Dik,
Mila cantik ya?Cantik luar dalam pokoknya.
Dika
lalu tersenyum. Sambil merangkul Alif meninggalkan aula sekolah untuk pulang
kerumah.
SCENE 9.
INT. RUMAH DIKA – NIGHT
Sejak kejadian itu, Dika sering melamun. Kelakuannya
juga berubah drastis. Seperti tidak mau pakai mobil lagi untuk hanya
jalan-jalan, menyerahkan ATM bapaknya dan kalau berangkat pun hanya bawa uang
saku secukupnya. Orang tuanya sempat heran. Ditempat tidur, Dika membayangkan
Mila.
DIKA(S.O):Mila? anaknya cantik, baik, jujur lagi...hemmm...
Dipegang smartphone-nya.
Dika BBM Alif.
DIKA : Bro,
file lagu daerahnya masih ga?
ALIF : WHAATTTTTT?
DIKA :
Serius ni. Kamu masih nyimpen ga?
ALIF :
SEORANG DIKA TANYA LAGU DAERAH?
DIKA : Ditanya
koh. Masih ga?
ALIF : Iya..iya. Masih ni.
DIKA : Besok
bawa.
ALIF : Cieee.
Ada yang lagi jatuh cinta ni ye...
DIKA :
Besok bawa!!!
ALIF : Siap. Siap bro...
SCENE 10.
EXT. KANTIN – DAY
Dikantin. Setelah waktu istirahat pertama.
DIKA : Bakso
bu. Biasa.
Ibu kantin sudah siap dengan baksonya.
BU WARTI : Mau
diambil lagi baskonya?
DIKA : Hehehe.
Ga bu. Buat siap si itu?
Bu Warti menunjuk kearah pojokan kantin. Mila
dipojokan sendiri. Setelah selesai mengantar pesanan, Bu Warti menyiapkan bakso
lagi. Selesai. Dika kemudian membawa bakso menuju kearah Mila. Alif memilih
untuk duduk disisi lain.
DIKA :
Boleh aku duduk disini?
MILA :
Silahkan.
DIKA : Oya,
nanti latihan Tari Jaipong lagi?
MILA : Iya. Nanti
habis pulang sekolah. Festival Gunung Slamet kan sebentar lagi. Kami ingin menyumbangkan
tenaga semaksimal mungkin. Ini kan salah satu budaya kita, jadi harus kita jaga.
DIKA : Oh iya. Boleh
aku minta file-file tarian Jaipong atau lagu daerah lainnya?
MILA : Boleh.
DIKA : Kenapa
kamu suka tarian-tarian tradisional?
MILA : Kenapa??? Indonesia
itu kaya budaya loh, dan Tari Jaipong salah satu warisan budaya kita. Kalau
bukan kita yang melestarikan kebudayaan, siapa lagi? Menunggu budaya kita
diklaim negara lain baru kita marah?
DIKA : Tapi kan, aku
ga bisa nari?
MILA : Apa menjaga
kearifan lokal itu hanya dengan menari? Kan ga. Masih banyak yang bisa kita
lakukan.
DIKA : Emmmm...Boleh ga
aku belajar tentang kearifan lokal lebih dalam lagi?
MILA : Boleh, dengan senang
hati. Kita sama-sama sedang belajar kok
DIKA : Eeee...Punya
PIN BB? WA atau no HP?
Disaat Mila mengeluarkan smarthpon-nya. Tiba-tiba
ada sesosok cowo menghampiri Mila. Dika menatap kearah cowo itu dan kemudian
kearah Mila. Diam sesaat...BERSAMBUNG...
PARA PEMAIN
DIKA : 17 TAHUN,
SISWA, APATIS TERHADAP TARIAN TRADISIONAL, PENEMU JATIDIRI.
ALIF : 17 TAHUN,
SISWA, TEMAN DIKA, IKUT-IKUTAN, SETIA KAWAN.
BU WARTI :
55 TAHUN, IBU KANTIN, ANTIKORUPSI.
MILA : 16 TAHUN,
SISWI, JUJUR, PECINTA KEARIFAN LOKAL
BAPAK DIKA
PAK GURU
BAPAK PEJABAT