Duniaku meluas untuk menyempit
Ku pergi ke Selatan, duniaku ternyata dikakimu
Ke Barat, Timur, Utara semua sama
Duniaku memang hanya untukmu
Teringat sosok yang selalu menaburkan air mata
Lantunan doa-doa selalu penuh keyakinan
Dia cinta tapi aku biasa saja
Malah aku menyumbang air mata untuk yang lain-lainnya
Tanpa sadar, aku meniti kekosongan
Dia cinta tapi aku tak berkeyakinan
Aku diperjuangkan, kok malah
melenggang lari-lari melenggang
Malah aku menyumbang air mata untuk yang lain-lainnya
Tetesan air mata selalu dia sumbangkan
Tanpa sadar, aku membuka jalan kehancuran
Ketika peringatan-Nya menghampiri
Hatiku bercermin kusam
Hatiku merasa muram
Mukaku terasa masam
Antara hidup sehangus mati
Runyam....
Masa depan terlihat buram
Hidup jadi segosong mati
Tubuh jadi sematang mumi
Apa aku akan mati?
Ku lihat ragaku utuh
Ku rasa menyawa nafas
Ternyata aku masih didunia
Sejak saat itu, ku sadar ada dia
Sepenuh sayang, aku tersayang disayang-sayang
Kelinglunganku jadikanku
terbelenggu
Keblingeranku jadikanku tak mau
tau
Kehidupan tanpamu tak akan bisa hidup
Ternyata...
Kecintaan yang dia beri, kebahagiaan yang dia ingini
Tak kenan aku berhura pada duniaku
Egoisku yang seharga bangkai
Dia ingin aku bahagia tanpa berharap dia dibahagiakan
Cintanya, menaklukanku
Kotor jijiknya aku pada diriku
Dibalas cinta nya, kasih belaianya
Cintamu bagai alam semesta untukku
Sanggupkah ku memberikan yang sama?
Aku tak sayang ibuku...
Jika aku siap dapat murka-Nya
Jika ingin duniaku porak-poranda
Jika ingin akhiratku di neraka
Aku ingin meminum basuhan kakikmu
Dalam diriku ada dirimu, maafkan aku ibu..
Purbalingga, 30 September 2015