Sudut Alun-Alun Purbalingga |
Alun-alun (pada zaman dahulu ditulis aloen-aloen atau
aloon-aloon) merupakansuatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang
dikelilingi oleh jalan dan dapat digunakan kegiatan masyarakat yang beragam
(id.wikipedia.org).Alun-alun itu juga dimiliki Purbalingga, Provinsi Jawa
Tengah.Alun-alun Purbalingga merupakan salah satu landmark yang ada di
Purbalingga.Alun-alun Purbalingga pada saat ini(2016) sangat berbeda/berubah
dari Alun-alun purbalingga pada zaman dahulu.Alun-alun di setiap kota pasti
berubah penampilannya dan fungsinya (bisa bertambah atau berkurang) karena
terus mengikuti zaman.
Salah satu yang menonjol dari alun-alun di Purbalingga
adalah adanya kedua beringingin besar yang dari dahulu sudah ada tetapi saat
ini kedua beringin tersebut sudah tidak ada lagi karena tumbang (beringin depan
masjid Agung Darussalam)terkena bencana alam angin besar dan beringin
disebelahnya di tebang karena untuk mencegah terjadinya tumbang seperti
beringin disebelahnya.Perkembangan alun-alun sangat tergantung dari evolusi
pada budaya masyarakatnya yang meliputi tata nilai, pemerintahan, kepercayaan,
perekonomian dan lain-lain.
Alun-alun memang sangat identik dengan pusat kota. Bahkan
Alun-alun sudah menjadi salah satu identitas bagi kota-kota di Pulau Jawa yang
berlangsung sejak masa Pra-Kolonial. Secara pasti kapan dan dimana Alun-alun
pertama dibentuk memang tidak ada catatannya. Namun menurut informasi yang
bersumber dari Wacananusantara.org, pada rentang abad ke-13 sampai 18 atau pada
masa Majapahit hingga Mataram, Alun-alun selalu menjadi bagian dari suatu
kompleks Keraton.
Keberadaan Alun-alun dalam Keraton Majapahit pernah
dituliskan Mpu Prapanca dalam Negarakertagama. Dalam pola masyarakat
tradisional masa lalu Keraton ini merupakan pusat pemerintahan atau pusat
kebudayaan. Nah, Majapahit disebutkan memiliki 2 bidang tanah luas berbentuk
segi empat di salah satu sisi Keratonnya. Satu berfungsi sebagai pesta rakyat
dan lainnya untuk kegiatan sakral seperti Penobatan Raja. Serta terdapat
kompleks pemujaan didalamnya.
Sementara itu pada masa Mataram, Alun-alun juga digunakan
sebagai tempat rakyat biasa bertemu Raja guna meminta pertimbangan atas sebuah
perselisihan. "Aktivitas ini disebut dengan pepe", ujar Triatmo,
penulis Babad Purbalingga. Dalam prosesnya diterima atau tidaknya pepe
seseorang ini akan disampaikan oleh seorang gandek atau prajurit yang menjadi
penyampai pesan sebelum rakyat bertemu langsung dengan Raja-nya.
Tidak hanya itu, Alun-alun pada masa Pra-Kolonial juga kerap
dijadikan sebagai tempat berlatih perang para prajurit yang dikenal dengan
istilah gladi yudha, sebagai pusat perdagangan rakyat sampai hiburan. Dalam
beberapa artikel menyebutkan hiburan yang paling sering dipertontonkan adalah
rampog macan (mengeroyok harimau) atau sodoran (perkelahian antara banteng
dengan harimau). Dan sejak masuknya Islam di Pulau Jawa, pusat pemujaan yang
semula ada di dalam Alun-alun, berubah menjadi didirikannya Masjid di sebelah
barat Alun-alun. Jadi pada awalnya Alun-alun difungsikan sebagai lambang
keagamaan, pemerintahan, keprajuritan, perekonomian sampai tempat berkumpulnya
rakyat atau hiburan.
Di Purbalingga, Alun-alun bunder menjadi salah satu landmark
yang cukup populer. Dalam sejarahnya, identitas inipun sudah ada berbarengan
dengan didirikannya Pendopo Kabupaten saat Ki Arsantaka menyarankan putranya,
Dipayuda III untuk memindahkan pusat Pemerintahan dari des Karang Lewas,
Kutasari menuju desa Timbang saat itu. Kini desa Timbang hanya sebuah dusun di
wilayah desa Purbalingga Kidul. "Kira-kira tahun 1759", kata Triatmo.
Tempat yang lebih datar dan subur serta dekat dengan sumber
air Klawing menjadi beberapa pertimbangan dipindahnya pusat pemerintahan itu.
Sehingga kemudian tempat ini dikenal dengan sebutan Purbalingga. Purba artinya
semula, Lingga dari kata Linggar maksudnya dipindah. Ini seperti yang tertuang dalam
salah satu bait dandanggula yang menyatakan tentang asal-usul nama Purbalingga.
Dan pusat pemerintahan yang baru inipun menerapkan konsep tata kota yang setipe
dengan Keratonan yang ada.
Begitulah sejarah singkat alun-alun Purbalingga,semoga bisa
menambah wawasan pembaca.Sekian yang dapat saya sampaikan tentang sejarah
alun-alun di kota Purbalingga,Jawa Tengah dari dahulu sampai sekarang.Saya
mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam pengetikan dan
pengejaan kata.Terima Kasih.
Sumber Referensi :
http://langgamlangitsore.blogspot.co.id/2015/08/alun-alun-purbalingga.html