Kantor Kepala Desa Makam, Rembang |
arifsae.com - Pada awalnya, Perdikan
Cahyana hanya terdapat satu demang saja yaitu “Ki Lurah Saratiman”. Pada saat
itu Perdikan Cahyana masih berada dibawah Kerajaan Demak. Setelah itu Belanda mulai berkuasa di Indonesia, ia membagi
Perdikan Cahyana menjadi 21 kademangan dan juga memindahkan Perdikan Cahyana
berada dibawah Keraton Surakarta. 21 Kademangan tersebut berada di Kecamatan
Rembang dan Kecamatan Karangmoncol. Demang yang berada di Desa Makam ada 8
demang yaitu : Makam Wadas, Makam Bantal, Makam Kamal, Makam Tengan, Makam
Jurang, Makam Duwur, Makam Kidul, Makam Panjang.
Tiap-tiap demang
memiliki cara kepimpinan yang berbeda-beda antara demang yang satu dengan yang
lain nya. Dan setiap demang memiliki wilayah kekuasaannya masing-masing. Kata
demang tersebut “Masyarakat siapa pun yang nantinya membutuhkan tempat tinggal
atau sawah bilang saja ke saya”. Demang juga berkata “Wani Nglungakena Aweh
Ndodokena” yang artinya adalah berani memindahkan dan juga harus berani memberikan
tempat penggantinya.
Jadi, Demang lah yang
mengatur tempat tinggal para warganya. Selanjutnya, ada juga cerita dari Kalen
Sprit (Saluran Irigasi) yang menghadap ke arah Demang Makam Bantal. Orang
tersebut meminta sawah dan harus hari ini juga diberikan, lalu Mbah Demang
menjawab “Iya nanti akan saya berikan”.
Tetapi orang tersebut datang lagi dan meminta kepada Mbah Demang harus hari ini
diberi Seakan-akan ini adalah permintaan terakhir (Akan mati esok) semua keiinginannya
harus dipenuhi. Dan ternayata, Keesokan harinya orang tersebut benar-benar
meninggal dunia. Meninggalnya Mbah Demang Makam Bantal mungkin ini hanyalah
sebuah kebetulan bukan berarti sakti.
Pada suatu malam Mbah
Demang sedang melihat keadaan di malam hari. Ditengah Jalan beliau tidak sengaja
bertemu seorang ibu-ibu dengan 2 anaknya yang masih kecil dan salah satu anak
nya sedang buang air besar. Pada saat Mbah Demang lewat si ibu dengan 2 anak
nya yang masih kecil mengira bahwa Mbah Demang itu adalah suami nya yang sedang
ronda, lalu ia meminta tolong kepada Mbah Demang untuk menceboki anak nya dan
Mbah Demang pun menceboki anak kecil tersebut. Sesampainya di rumah, orang yang
dikira suami nya ternyata tidak masuk-masuk kedalam rumah. Tidak lama kemudian
suami nya pulang. Istri nya bertanya “Kenapa tidak masuk-masuk ke rumah?” lalu,
suami nya menjawab “Aku saja baru pulang ronda”. Si istri bingung sendiri dan
berfikir kembali didalam hati nya dia berkata “lalu orang tadi siapa?” dan
bertanya kepada suami nya “Apakah kamu tadi waktu ronda lewat sini?” suami nya
menjawab “Tidak”.
Keesokan hari nya dia
mencari info dan ternayata orang kemarin adalah Mbah Demang Makam Bantal. Mbah
Demang Makam Bantal adalah seseorang yang sangat religius dan apabila beliau
berbicara tutur kata nya sangat halus. Pada saat Demang Makam Wadas, sawah
digarap oleh warga secara bergiliran atau bergantian yang biasa dinamakan
dengan “Kemakmuran,
Ubengan=Putaran=Bergantian”. Apabila warga tersebut sudah menggarap sawah
hasilnya pun untuk mereka dan memanfaatkan nya, Karena Demang sudah punya sawah
yang untuk digarap sendiri. Setiap hasil panen, nanti dibagi 10 bagian, 9
bagian milik demang dan yang 1 bagian nanti dibagikan kepada fakir miskin
(Yatim piatu,para janda,dll). Cara inilah yang disebut dengan “Sepuluh Gugur Sangga”
Pada zaman itu
demang-demang sangat melindungi para janda dan mereka menjamin untuk urusan
sandang dan pangan serta biaya pernikahan apabila si janda akan menikah lagi.
Sumber Referensi:
http://thepoez.blogspot.co.id/2015/11/asal-usul-desa-makam.html?m=1., diakses tanggal 20 November 2016.
Sumber Referensi:
http://thepoez.blogspot.co.id/2015/11/asal-usul-desa-makam.html?m=1.,