TPQ di Desa Sokanegara |
Desa Sokanegara yang terletak di Kecamatan Kejobong,
Kabupaten Purbalingga. Disini terdapat aliran sungai kecil yang mengalir dari
Timur ke Barat membelah desa kecil tersebut menjadi 2 bagian. Sungai kecil
tersebut biasanya di sebut “kali/sungai plampon” oleh masyarakat sekitar. Di
sebuah tepian Sungai Plampon di sebelah Timur terdapat sebuah keindahan atau keunikan yang tidak
biasa, yaitu adanya batu yang jatuh dari langit dan berukuran sangat besar jauh
berbeda dengan ukuran batu-batu yang lainnya, besarnya digaris tengah sekitar 4
meter sehingga banyak orang yang penasaran dan ingin melihatnya.
Selain batu tersebut berukuran sangat besar, batu tersebut
juga mengeluarkan cahaya yang mampu menerangi seluruh desa ketika malam hari.
Tidak hanya penasaran saja, tetapi orang-orang datang untuk menikmati keindahan
batu tersebut. Karena batu tersebut jatuh dari langit dan ukurannya sangat
besar serta memancarkan cahaya, oleh masyarakat sekitar batu tersebut di beri
nama “Watu Lintang” atau dalam bahasa Indonesia disebut “Batu Bintang”.
Masyarakat di sekitar menganggap batu tersebut adalah bintang yang jatuh dari
langit.
Tidak ada yang melihat kapan persisnya batu tersebut jatuh
di desa mereka, yang mereka tau tiba-tiba sudah ada batu tersebut di tepian
Sungai Plampon di desa mereka. Sejak adanya batu tersebut, Desa Sokanegara
menjadi terang benderang baik saat siang ataupun malam hari, karena di terangi
oleh cahaya yang terpancar dari batu tersebut. Hal tersebut membuat orang-orang
merasa senang, dan mereka tidak bosan-bosan untuk datang hanya untuk melihat
keindahan batu tersebut.
Pada suatu malam cahaya yang terpancar dari watu lintang
tersebut tiba-tiba menjadi padam. Hal itu disebabkan karena ada orang yang
tidak suka dengan cahaya yang bersinar terang dari batu tersebut, oleh karena
itu orang tersebut sengaja ingin mematikan cahaya dari batu lintang tersebut.
Orang itu ternyata adalah orang yang mempunyai kekuatan gaib (sihir) dan
seorang pencuri, biasanya dipanggil dengan sebutan Malingguna dan Malingsakti.
Disebut Malingguna karena orang tersebut hanya mengambil
atau mencuri barang-barang orang yang kikir dan kemudian barang-barang hasil
curian tersebut akan dibagikan kepada fakir miskin. Sedangkan Malingsakti
adalah orang yang di yakini oleh masyarakat sekitar desa sebagai orang yang
memiliki kesaktian dan orang tersebutlah yang telah mematikan cahaya yang
terpancar dari watu lintang tersebut menjadi padam.
Setelah kejadian itu berlalu, orang-orang dan masyarakat
sekitar desa mulai menyadari bahwa sebenarnya Batu Lintang tersebut padam bukan
karena ulah atau perbuatan Malingguna dan Malingsakti yang selama ini mereka
yakini sebagai orang yang menyebabkan padamnya cahaya yang bersinar dari batu
lintang tersebut. Tapi watu lintang tersebut padam karena kehendak dari Allah
Yang Maha Kuasa yang dengan kehendak-Nya membuat desa yang dulunya terang
benderang saat malam hari, menjadi gelap gulita kembali seperti sebelumnya.
Hal tersebut karena orang-orang dan masyaraat di sekitar
Desa Sokanegara tidak peduli dan tidak pernah memperhatikan nasib orang-orang fakir miskin yang ada di
sekitar mereka, sehingga Allah memberi mereka teguran kepada mereka dengan cara
membuat desa mereka kembali gelap gulita dan mereka tidak bisa lagi menikmati
keindahan batu lintang yang selama ini mereka kagumi. Orang-orang dan
masyarakat fakir miskin yang pernah di tolong oleh Malingguna dan
Malingsaktipun merasa sangat bersalah dan menyesal telah menuduh malingguna dan
malingsakti sebagai orang yang jahat dan menyebabkan watu lintang menjadi
padam. SEKIAN.
Sumber Referensi:
http://alas-news.blogspot.co.id/2012/03/watu-lintang.html.,
diakses tanggal 30 November 2016.