Kantor Desa Arenan |
arifsae.com - Desa Arenan yang dulu konon namanya ARENGAN (yang artinya
penghangusan), di masa ini masih menganut paham Islam Kejawen yang merupakan
paham asli Jawa yang berasal dari ji-wi yang artinya satu tuhan, atau lebih di
kenal tauhid.
Mengapa di namai dengan arengan? Karena di salah satu
komplek di Desa Arenan yaitu Sambeng, konon di tempat ini adalah tempat
pembakaran manusia-manusia jahat hingga menjadi areng, jadi tempat ini di sebut
arengan, di Arenan terdapat kerajaan di tepi Sungai Gintung yang sekarang
terkenal dengan Arca Desa Arenan, yang merupakan makam dari Jaka Gintung (asal
mula nama Sungai Gintung), konon siapapun yang masuk ke Arengan/Arenan dengan
Ilmu Kesaktian yang luar biasa maka ilmu itu akan musnah di Arenan.
Salah satu musuh besar adipati Arengan/Arenan adalah Eyang
Pretymasa yang konon memiliki ilmu Rawarontek yang apabila di potong-potong
bagian tubuhnya akan kembali utuh, karena ilmu tersebut maka Eyang Pretymasa di
potong-potong menjadi beberapa bagian dan di kubur bagian-bagian tersebut
terbatas oleh sungai agar tidak kembali utuh dan hidup lagi, Adipati Arenan yang
yang menjadi musuh dari gembong penjahat pretymasa adalah Kyai Singayuda (singa
perang) adalah anak kandung dari Syekh Makdum Wali Prakosa, cucu dari Syeh
Makdum Jamil, Buyut dari Syeh Makdum Husen/ kayu puring, canggah dari Syekh
Ngatas Angin/Syarif Abdulrohman Maghribi yang merupakan turunan dari Sayidina
Ali.
Arengan/Arenan adalah desa yang penuh dengan history namun
karena kurangnya penggalian sejarah maka masyarakat Desa Arenan kurang
menghargai pendahulunya, sebagai contoh Makam Kyai Singayuda yang terletak di
Desa Onje terbengkelai dan di gunakan oleh masyarakat untuk meminta nomor dan
indang untuk ilmu pemanggilan roh di kuda kepang/ebeg, sampai saat ini juga
masyarakat Arenan awam dengan nama Singayuda, mereka hanya tahu sebatas Eyang
Ardanom dan Wangsadirana, di Desa Arenan juga masih banyak misteri yang belum
terungkap seperti adanya makam Ki Adeg Ulung yang secara umum masyarakat desa
hanya tahu sebatas cerita namun peziarah itu banyak yang dari luar kota sampai
dari Jawa Timur.Ki Adeg Ulung adalah saudara dari Ki Lanang Jagat yang
makamnya di Gunung Jati Rawalo Banyumas.
Sejarah kutukan ikan tambra bagi masyarakat Desa Arenan
kutukan masyarakat Arenan tidak boleh memakan ikan tambra. Semasa pemerintahan
Adipati Singayuda, daerah Kadipaten Arenan (Sekarang Kecamatan Kaligondang)
pernah mengalami gangguan keamanan yang membuat ketakutan, kegelisahan,
kemarahan dan kebencian dikalangan masyarakat. Pelakunya adalah seorang gembong
penjahat bernama Pretimasa asal Desa Sindang/Salam, yang masih saudara kandung
dari Nyai Adipati Arenan sendiri.
Pretimasa terkenal sebagai seorang penjahat yang sakti
Mandraguna, sehingga tak seorang pun diantara penduduk Arenan berani
melawannya. Kesaktiannya pernah dibuktikan, pada suatu hari ia ditangkap secara
beramai-ramai kemudian dibunuh dan mayatnya dipotong-potong. Tetapi apa yang
terjadi? Pretimasa ternyata hidup kembali, setelah potongan-potongan mayatnya
dimasukan ke dalam liang kubur. Sehingga menimbulkan banyak korban. Peristiwa
ini telah menimbulkan kemarahan yang memuncak dikalangan masyarakat Desa
Arenan.
Semua penduduk dikerahkan untuk menangkap dan membinasakan
penjahat itu. Melihat keadaan kurang baik, penjahat ulung itu terpaksa
melarikan diri bersembunyi kedalam sebuah batu yang dikenal dengan “Watu Wedus”.
Barulah disini ia merasakan dirinya aman, karena tak seorangpun berani
memburunya.
Setelah lama para penduduk berjaga disekitar batu itu
kemudian seorang diantara mereka ada yang menemukan siasat. Untuk menangkap
Pretimasa tak ada jalan lain kecuali minta bantuan kepada Nyai Adipati (Isteri
Adipati Arenan). Karena dimintai pertolongan, segera Nai Adipati datang
mendekati Pintu Wedus tersebut, membawa nasi bersama lauknya yaitu Pindang Ikan
Tambara yang menjadi kegemaran Pretimasa.
Dengan tutur kata yan lemah lembut sebagai tipu muslihat,
Nyai Adipati memanggil Saudara kandungnya yang sedang bersembuni didalam Watu
Wedus itu. Semula tidak mau memenuhi panggilan itu, tetapi sesudah diberi tahu.
Bahwa disekitar batu tersebut tak ada seorangpun, maka Pretimasa segera keluar
dari tempat persembunyiannya. Kedua orang bersaudara itu saling berpelukan
sebagai pelepas rasa rindu.
Terdorong oleh rasa letih dan lapar, segera Pretimasa
memakan kiriman nasi bersama Pindang Ikan Tambara dengan lahapnya. Namun sama
sekali ia tidak menduga, bahwa ratusan pasang mata sedang mengintai dari balik
gerumbulan disekitarnya. Begitulah tatkala Pretimasa tengah menikmati nasi
dengan Pindang Ikan Tambaranya, tiba-tiba ratusan orang secara serempak
menubruknya. Melihat keadaan berbahaya ini, Pretimasa berusaha menyelamatkan
diri masuk kedalam Watu Wedus kembali. Tetapi ia gagal, karena lubang Watu
Wedus tertutup diduduki oleh Nyai Adipati. Akhirnya secara ramai-ramai gembong
penjahat itu dihajar orang banyak yang sedang dibakar oleh kemarahan.
Sesaat sebelum menemui ajalnya, Pretimasa sempat member
pesan (pepali), bahwa karena tidak tahu saudara, maka orang-orang Arenan
dikelak kemudian dari keturunannya pada saanya mempunyai cacad “rimang”
(penglihatannya kuran jelas). Selain itu orang-orang Arenan yang bertempat
tinggal di sebelah Barat dan Timur sungai, dilarang makan Pindang Ikan Tambara.
Kalau pesan ini dilanggar menurut Pretimasa, pasti bisa mendatangkan
malapetaka. Salah-salah bisa mati, pesan tersebut memang hingga sekarang masih
menjadi kepercayaan turun temurun di sementara penduduk Desa Arenan. Apakah
selamanya pesa itu akan ditaati? Tentunya tidak, karena pesan sorang penjahat.
Akhirnya mayat Pretimasa kembali dipotong-potong dan
masing-masing potongan dikubur diberbagai tempat secara terpisah. Diantaranya
ada yang dikubur di Arcatapa, Pagedongan, Siwedus, Setana Wangi dan dipekuburan
Makam Dawa. Maka habislah riwayat seorang penjahat ulung bernama Pretimasa yang
pernah membuat onar penduduk Kadipaten Arenan waktu itu.
Sumber Refrensi :
Wawancara dengan bapak Setio pada tanggal
28 Agustus 2016 bertempat di Desa Arenan Kecamatan Kaligondang. Dan diakes pada
tanggal 18 Agustus 2016 pada web https://desaarenan.wordpress.com/profile/