arifsae.com - Desa Bojong
Penisihan berada di Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa
Tengah. Daerah ini memiliki banyak kekayaan alam yang bermanfaat dan daerahnya
pun masih asri dan segar. Sebagian Penduduk di desa ini bermata pencaharian
sebagai petani. Daerah ini berbatasan dengan Desa Toyareka yang berada di
sebelah Barat, dan di sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Toyareja sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan
desa Kedungmenjangan.
Menurut sumber dari Mbah San Marji Slamet
yang kini berusia 83 tahun mengatakan, bahwa sekitar tahun 1940-an banyak sekali
petinju-petinju handal yang dulu di sebut Ujungan. Ujungan merupakan
tradisi atau pertarungan
dengan cara saling memukulkan ke arah
lawan dengan kayu besar. Biasanya
tradisi ini dilakukan di lapangan, tradisi atau pertarungan ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui desa mana yang paling unggul. Awal mula penamaan desa Bojong ini
dimulai dari adanya pertarungan atau tradisi yang dilakukan oleh petinju-petinju
handal dari desa Toyareka dan Wirasaba, namun petinju dari Toyareka dapat dikalahkan
oleh petinju handal Wirasaba.
Kemudian petinju Toyareka yang
sekaligus dijuluki sebagai Demang
atau Penatus atau Lurah itu
melarikan diri dan mencari daerah yang sekiranya aman untuk bersembunyi. Dan Demang itu pun menemukan
suatu daerah yang masih berupa pekarangan dan
masih seperti hutan, selepas itu banyak orang-orang yang sering menyisih atau menjadikan daerah itu
sebagai tempat persembunyian dari serangan musuh, dan jarang terdapat orang
mati yang terbunuh di daerah itu, bahkan
tempat ini dijadikan sebagai
tempat persembunyian dari penjajah Belanda dan Jepang pada masa itu. Setiap orang mengganggap
bahwa daerah itu adalah daerah yang paling aman sebagai tempat persembuyina dari segala macam
bahaya.
Akhirnya
masyarakat pada masa itu menamakan daerah tersebut dengan nama “Penisihan” yaitu Nisihan dalam kata Jawa yang berarti tempat
untuk Menyisih atau tempat untuk
bersembunyi. Awalanya desa ini hanya bernama desa Penisihan namun karena daerah
ini berada tepat dibelakang daerah desa Bojong akhirnya disambung menjadi Desa
Bojong Penisihan. Setelah itu Demang membuat
jalur dari perbatasan Desa Bojong sampai ke Desa Toyareka. Dan pada saat itu keadaan
jalannya masih sangat sederhana di setiap pinggir jalan hanya dibatasi dengan
bambu (Pring Nggendani). Desa ini
dibentuk pada masa Pemerintahan Bapak Presiden Ir. Soekarno.
Dulu di desa ini
juga banyak sekali tradisi-tradisi seperti adanya tradisi iha. Tradisi ini adalah
kebiasaan para
lelaki yang suka berambut
panjang, yang sering mengadakan acara atau Nayuban yang biasa disebut Lengger.
Tradisi yang tidak boleh dilanggar juga terdapat didesa ini seperti tradisi
tidak boleh mencari Jodoh dengan warga Desa Mewek karena melangkahi Kali
Keramean yang menjadi jarak
antara desa Mewek dengan Desa Bojong.
Konon katanya yang melanggar tidak akan nyaman berkeluarga dan salah satu
keluarganya pasti akan ada yang
sakit-sakitan. Hal ini juga masih dipercayai sampai sekarang dan buktinya juga
sudah ada dan diketahui oleh masyarakat desa ini. Tradisi ini juga berlaku untuk anak perempuan
yaitu hanya memakai selembar kain atau jarit
yang digunakan sebagai baju sehari hari di desa ini.
Desa Bojong
Penisihan ini juga mempunyai peninggalan berupa Babad
Jawa
yaitu babad Jebug Kesuma yaitu untuk dimainkan di pertunjukan Ketoprak.
Babad ini adalah pemberian dari salah satu wali sanga pada masa itu. Babad di
desa ini juga memiliki musuh yaitu dengan Babad
Sokaraja. Demikian asal usul dari Desa Bojong Penisihan.
Referensi:
Wawancara dengan
Mbah San Marji Slamet pada 05 Oktober 2016.