Kantor Desa Larangan |
Desa Larangan adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga. Berikut ini saya sampaikan ulasan
mengenai cerita Desa Larangan. Pada zaman dahulu ada orang-orang dari kerajaan
Mataram, mereka menggunakan kuda. Mereka bernama Udan Sari di Kedarpan, Udan
Terang di Larangan, dan Udan Laju di Krenceng.
Pada saat itu di Larangan terdapat Kayumas, Kayumas tersebut
dijaga oleh mantri, penjagaannya sangat ketat. Semua orang dilarang untuk
mendekati Kayumas tersebut, kecuali orang-orang tertentu. Oleh karena itu, desa
tersebut dijuluki sebagai Desa Larangan. Lalu, suatu hari terjadi hujan besar
dan pohon-pohon disekeliling Kayumas tersebut hanyut terendam oleh air. Tetapi
Kayumas masih berdiri tegak. Dan tidak lama kemudian Kayumas tersebut sudah
tidak dijaga lagi oleh mantri-mantri. Kayumas sudah tidak dikedung lagi dan
akhirnya terendam oleh air hujan. Air yang merendam Kayumas tersebut terlihat
berwarna, yaitu berwarna emas.
Kemudian, desa tersebut dinamakan Desa Banyumas. Karena
ketua penjaga desa (Medangkara) tersebut bertempat tinggal di Karang Jogo. Nama
Desa Banyumas dimasukan kedalam Desa Karang Joho.
Di desa Larangan terdapat pembagian tugas, yang antara
lainnya yaitu : (1) dalam bidang perekonomian dan (2) bidang menjaga keamanan.
Dan Pada waktu masyarakat kekurangan terdapat bagian untuk mencuri dimana-mana,
hasilnya untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.
Pada suatu saat, ada seseorang yang sedang mencuri di Desa
Pengadegan, dia terkena perangakap Kendil Wesi sampai tidak dapat lepas, maka
dia mengeluarkan kata-kata debat yang tegas serta memberi pesan kepada semua
keturunan masyarakat Larangan di larang menjalankan kejahatan yang luar biasa
lebih-lebih mencuri ke Desa Pengadegan tentu akan celaka.
Seorang prajurit dari
Lumbir yang sedang bertapa, dia tidak memberi tahu komandannya, sebelum dia
selesai bertapa musuh datang sehingga terjadi dia di serang saja. Lalu, dia
memberi pesan kepada semua orang apabila ada yang berasal dari Desa Larangan,
mereka dilarang untuk bertapa yang waktunya cukup lama karena akan begitu
banyak rintangannya, serta dekat celakannya. Lalu, datang lagi seorang dari
Mataram yang bernama Brajageni. Disini dia menjadi pandai besi membuat tombak
keris dan alat-alat lainya guna masyarakat Larangan.
Kemudian datang lagi seorang yang bernama Brajadita dari
Mataram juga, dia menjadi menantu Anggareksa yang kedua dan menjadi pandai besi
juga. Ada sebuah kisah pada waktu Anggareksa menebang sebuah kayu yang akan
digunakan untuk membangun rumah, saat menebang kayu tersebut tumbangnya menimpa
dirinya sendiri sehingga tertimbun kayu itu, tetapi dirinya masih hidup, sejak
kejadiaan itu dia berpesan kepada keturunan masyarakat larangan mereka dilarang
menggunakan Kayu Wrungu. Setelah kejadian itu lalu dia berkata dalam “sirna ora
ono baja-bajane” dan dusun bernama Sirnabaya.
Selain itu, Ada seekor Buaya Putih yang masuk kedalam gua
yang berada di bawah puntuk kendil, tiba-tiba puntuk itu lonsor dan Buaya itu
tidak dapat keluar lagi maka jadilah dusun yaitu Sirnabaya. Jadi, kesimpulanya
Desa Larangan terbentuk karena pada zaman dahulu masyarakat tersebut banyak
larangan-larangan sehingga desa itu dinamakan Desa Larangan.
Sumber Referensi:
https://desalarangan.wordpress.com/2012/01/07/babad-desa-larangan/.,
diakses tanggal 8 November 2016.