Kantor Desa Candiwulan |
Sekarang desa Candiwulan berada di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Terbentuknya desa ini berawal dari legenda, berikut cerita yang beredar di masyarakat tentang terbentuknya Desa Candiwulan.
Soloboyo Parikesit atau Soloboyo nama panggilannya. Yaitu
putra tunggal dari pasangan suami istri Nyai Ratawalu dan Ki Parikesit.
Dinamakan Soloboyo karena kedua orang tuanya berasal dari kota Solo dan kota
Surabaya. Usia Soloboyo sudah menginjak 30 tahun, tetapi Soloboyo juga belum
mempunyai pasangan hidup. Para wanita di desa tempat tinggal Soloboyo tidakada
yang mau menikah dengan Soloboyo karena Soloboyo terlahir dari keluarga yang
sangat sederhana, jadi para wanita desa takut apabila menikah dengan Soloboyo,
Soloboyo tidak bisa menafkahi dirinya dan anak anaknya kelak. Akhirnya Soloboyo
memutuskan untuk merantau keluar desa untuk mencari pasangan hidup yang bisa
menerima Soloboyo yang apa adanya.
Soloboyo terus menerus mencari usaha dan doa kepada Allah
SWT supaya mendapatkan pekerjaan dan pasangan hidup yang baik hatinya dan baik
rupanya. Setelah sekian lama mencari akhirnya Soloboyo mendapatkan pasangan
hidup yang bernama Purnamasari. Purnamasari mau menjadi pasangan hidup Soloboyo
tetapi Purnamasari meminta satu syarat yang harus dipenuhi oleh Soloboyo.
Syarat tersebut yaitu Soloboyo harus mencarikan tempat untuk Purnamasari yang
tempat tersebut bisa untuk melihat bulan purnama dengan jelas.
Sudah 5 hari lamanya Soloboyo mencarikan tempat yang
diinginkan oleh Purnamasari tetapi Soloboyo tetap belum juga menemukannya.
Soloboyo pasrah dan duduk di batu besar yang berada di tengah tengah hutan
belantara. Saat Soloboyo duduk, Soloboyo tidak sengaja melihat langit langit,
ternyata di langit tersebut ada bulan purnama yang menerangi. Sesudah tau
kejadian tersebut, Soloboyo menghadap ke belakang. Soloboyo kaget karena
ternyata di belakang dimana tempat ia duduk ada sebuah candi yang ukuranya
cukup besar. Candi tersebut kelihatan sangat terang karena terpapar sinar bulan
purnama yang menerangi.
Malam ke esokan harinya, Soloboyo mengajak Purnamasari untuk
menuju ke tempat tersebut. Candi yang ditemukan oleh Soloboyo tersebut dinamai
oleh Soloboyo dan Purnamasari dengan nama candi wulan purnama. Soloboyo sanget
bahagia karena akhirnya Soloboyo dapat mempunyai pasangan hidup yaitu
Purnamasari.
Satu tahun sesudah Soloboyo dan Purnamasari menikah,
Soloboyo membangun satu keraton yang akan digunakan untuk tempat tinggal
dirinya dan Purnamasari. Setelah lama kelamaan Soloboyo dan Purnamasari tinggal
di desa tersebut,desa tersebut menjadi rame. Banyak orang orang yang datang
untuk bertempat tinggal di desa tersebut. Orang orang yabg tinggal di desa
tersebut menamakan desa tersebur desa CANDIWULAN karena di desa ini ada candi
wulan purnama. Candi wulan purnama tersebut yang menjadi bukti terbentuknya
desa Candiwulan.
Setiap tanggal 15, masyarakat desa Candiwulan mengadakan
pengajian bulan purnama untuk berdoa kepada Allah SWT untuk meminta keselamatan
dan keberkahan masyarakat desa candiwulan. Masyarakat desa Candiwulan
mengadakan tradisi DAMEL TUMPENG SEGA KUNING yang lauknya hanya telur rebus
untuk memperingati hati jadinya desa Candiwulan. Tumpeng nasi kuning
mengibaratkan candi wulan purnama dan Telur rebus mengibaratkan bulan purnama.
Legenda Nyai Ronggeng
Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa yang kini disebut
dengan Desa Candiwulan, di desa tersebut tinggalah seorang wanita cantik
berparas anggun dan bertubuh molek, dia termasuk bunga desa di desa tersebut
dan dia pandai menari. Ketika itu adalah masa dimana kejayaan bagi para penari.
Para penari itu biasa dipanggil ronggeng atau nyai ronggeng. Kecantikannya
terkenal sampai ke penjuru desa, hampir semua pemuda di desa itu pun jatuh
cinta kepadanya. Ia pun bingung bagaimana untuk memutuskan siapa yang pantas
mendapatkannya. Mengingat bahwa ia adalah seorang ronggeng yang cukup popular,
ia memanfaatkan kepopuleranya dan ia pun tidak ingin jual murah kepada mereka.
Maka untuk memutuskannya, diadakanlah sebuah sayembara untuk memutuskan secara
adil siapa yang berhak dan pantas mendapatkan sang ronggeng ini. Lalu
diadakanlah sayembara tersebut, persaingan terjadi sangat ketat di antara para
pemuda. Dari sekian banyak pemuda yang mengikuti sayembara tersebut, hanya
menyisakan tiga orang pemuda saja. Lalu sang ronggeng pun bingung bagaimana
untuk memilih satu dari ketiga pemuda tersebut untuk menjadi pasangan hidupnya.
Akhirnya diadakanlah kembali sayembara tersebut dan ini untuk yang terakhir,
untuk memutuskan satu diantara ketiga pemuda itu yang pantas mendampinginya.
Setelah beberapa sayembara diadakan, tidak ada satupun yang mau kalah atau pun
menang, ketiga pemuda tersebut masih tetap kuat mengikuti sayembara demi bisa
mendapatkan si Nyai Ronggeng. Nyai Ronggeng pun akhirnya bimbang, karena sudah
kehabisan akal. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih satu dari ketiga pemuda
yang menurutnya paling tepat untuk menjadi pendampingnya. Namun, kedua pemuda
yang lain tidak rela dan mereka merasa mereka juga pantas untuk menjandi
pasanganya.
Akhirnya terjadilah pertarungan hebat antara ketiga pemuda
tersebut, pertarungan pecah. Sang ronggeng menjadi panik karena pertarungan
tersebut sudah berlangsung 7 hari 7 malam dan tidak ada yang mau menyerah. Sang
ronggeng pun berusaha untuk menghentikan pertarungan itu tetapi tidak bisa.
Akan tetapi, ketika mereka sedang bertarung tanpa disengaja dari salah satu
pemuda itu terlemparlah sebuah keris yang tanpa disadari keris tersebut
mengenai tubuh sang ronggeng. Sang ronggeng itu pun akhirnya jatuh dan mati
karena keris itu ternyata keris beracun yang sengaja diberi racun untuk menjaga
diri.
Sontak ketiga pemuda itupun
terkejut dan menghentikan perkelahian tersebut, mereka merasa menyesal, kecewa,
dan juga sedih atas kepergianya. Usaha mereka pun sia-sia untuk mendapatkan
wanita yang begitu mereka idamkan. Mereka merasa sangat menyesal, namun
akhirnya untuk mengenang kecantikan dari Nyai Ronggeng mereka memutuskan untuk
memotong tubuh ronggeng itu menjadi tiga bagian, dan masing-masing pemuda itu
mendapat bagiannya masing-masing.
Kemudian bagian kepala diberikan kepada pemuda
pertama, ia menguburkannya di sebelah timur desa, lalu bagian tubuh diberikan
kepada pemuda kedua, ia menguburkannya di bagian tengah desa, dan pemuda ketiga
mendapat bagian tangan dan kaki, ia menguburkannya di sebelah barat desa.
Dahulu cerita ini sangat populer didaerah tersebut, tetapi seiring dengan
perkembangan zaman cerita tersebut mulai luntur dan banyak orang yang sudah
tidak percaya dengan kisah tersebut.
Namun hingga saat ini, makam tempat Nyai Ronggeng itu masih ada
dan masing-masing ada di tiap RW, yaitu RW 01, 02, dan 03. Makamnya pun dianggap
keramat oleh warga setempat.
Sumber Referensi:
pujilestari29.wordpress.com., diakses pada tanggal
6 Oktober 2014
http:/alas-news.blogspot.com/2012/03/asal-usul-desa-candiwulan.html?m=1., diakses pda tanggal 15 november 2016.