Pada masa sekarang, museum sudah
mengalami perubahan yang dengan cepat. Museum sudah tidak mau dinamakan sebagai
‘gudang’ tempat menyimpan barang-barang yang bernilai historis, tetapi museum
sudah bertransformasi menjadi tempat multifungsi, seperti tempat edukasi,
peneltian, atau rekreasi oleh masyarakat. Sebagai tempat edukasi, seharusnya museum
menjadi tempat pembelajaran dimana pengunjung memperoleh pengalaman yang
menyenangkan.
Saat ini, setidaknya museum sudah
berhasil menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Hal ini mengindikasikan
bahwa meseum hingga saat ini menjadi alternatif baru bagi masyarakat untuk
menghabiskan waktu senggangnya. Kenaikan ini juga dialami oleh Museum
Ranggawarsita.
Museum Ranggawarsita menjadi salah satu
wisata edukasi, museum ini terletak di Jl. Abdurahman Saleh No 1 Semarang Jawa Tengah. Museum ini berada tidak jauh dari bandara International Ahmad Yani Semarang, tepatnya berada di sebelah bundaran Kalibenteng, dan hanya berjarak kurang lebih 4 KM kebarat dari pusat kota.
Hingga saat ini, permaslahan yang masih menjadi kendala untuk menjangkau semua kalangan mayarakat dan meningkatkan kualitas pemahaman pengunjung masih tetap terasa, jadi Museum Ranggawarsita harus memiliki strategi yang jelas dan mengakar kepada semua lapisan mayarakat. Pertanyaanya, strategi apa yang ditawarkan untuk memajukan kualitas dan kuantitas pengunjung di Museum Ranggawarsita?
Hingga saat ini, permaslahan yang masih menjadi kendala untuk menjangkau semua kalangan mayarakat dan meningkatkan kualitas pemahaman pengunjung masih tetap terasa, jadi Museum Ranggawarsita harus memiliki strategi yang jelas dan mengakar kepada semua lapisan mayarakat. Pertanyaanya, strategi apa yang ditawarkan untuk memajukan kualitas dan kuantitas pengunjung di Museum Ranggawarsita?
Strategi Promosi
Strategi promosi dengan strategi
edukasi merupakan strategi yang menuntut cara belajar yang aktif dengan
melibatkan semua pengunjung dengan segala pengalaman yang mereka miliki.
Strategi ini disajikan dengan konsep edutainment,
salah satu jalannya yaitu dengan berani keluar ‘kandang’ dan mencari ‘mangsa’
yang lebih luas. Dalam promosinya, Museum
Ranggawarsita tentunya harus melihat karakteristik, keinginan, dan kebutuhan
calon pengunjung atau masyarakat.
Strategi pomosi yang harus dilakukan
dalam membuat program-program dengan muatan edukasi dan hiburan yang seimbang.
Program ini ada yang dilakukan didalam museum atau diluar museum. Berbagai cara
promosi ini harus dicoba sebagai salah satu variasi, setiap variasi harus
diyakini bisa menjadi daya tarik tersendiri. Berikut akan dijelaskan beberapa trategi
baik dari dalam maupun dari luar museum.
Perama,
dari dalam dalam museum. Salah satu jalannya dengan cara diskusi, dan
pameran tetap. Promosi dengan pameran tetap tentu menjadi hal mutlak, karena
memang setiap museum seprti itu. Namun untuk membuat pengunjung nyaman, alur
museum ini harus sistematis dan terstruktur. Artinya, alur cerita dari
peristiwa sejarah harus jelas, sehingga pengujung tahu arah pergerakan mereka
ketika berkunjung dari sajian satu kesajian yang lainnya, walaupun tidak dengan
bantuan guid. Tentunya untuk mencapai
hal semacam itu harus ada upaya selalu mengganti informasi pada label koleksi
secara berkala.
Selain pameran tetap, pihak museum juga
harus mengadakan diskusi atau workshop,
yang dilakukan dengan perencanaan yang matang. Misalkan apabila diskusi tentang
konevrsi kertas/buku-buku langka, museum dapat menjalin kerja sama dengan
perpustakaan nasional untuk mendatangkan konservator kertas yang akan
memberikan informasi tentang seluk beluk kertas tersebut. Selain diskusi atau workshop diatas, museum juga harus
mengambil tempat pada acara-acara khusus tiap tahunnya. Misalkan ada hari
kebangkitan nasional, maka bisa saja mengadakan diskusi tentang film-film
perjuangan, semisal film Tjokroaminoto, Soekarno dan lainnya.
Kedua,
diluar museum dengan museum keliling. Museum keliling ini bisa berjalan
kalau ada kerjasama antara institusi yang lain, semisal dengan sekolah-sekolah.
Selama ini hanya terkesan kalau museum datang kesekolah pasti hanya berkutat
dengan penyuluhan formal yang kadang membosankan karena hanya bersifat teori.
Kali ini cobalah sekali-kali koleksi museum dibawa langsung kesekolah-sekolah
agar siswa dapat melihat secara langsung (tentunya koleksi museum harus
dilindungi dan tidak sembarangan dipergunakan). Hal ini akan menjadikan museum
lebih hidup, karena mau menjemput bola dengan mendatangi masyarakat langsung.
Selain datang kesekolah-sekolah,
museum keliling ini juga bisa ditampilkan kedalam sebuah kendaraan bus dengan
koleksi yang sudah ditata sedemikian rupa (asli atau replika) agar semua orang
dikeramaian mengetahui ada museum keliling yang bisa dijangkau masyarakat yang
jauh dari museum. Selain kendaraan bus, museum keliling juga harus berani
merambah kedalam pusat perbelanjaan, misalnya. Kerjasama dengan pihak mall harus selalu dikedepankan, dan yang
tentunya keamanan koleksi harus selalu terjamin.
Apabila berbicara mengenai promosi
didunia luar, tentunya tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi zaman
sekarang. Konsep edutainment yang
memadukan unsur pendidikan dan hiburan ini disampaikan dengan teknologi digital
yang dibuatkan dengan aplikasi khusus. Semisal aplikasi atau permainan yang
bisa diunduh di play store, sehingga
semua kalangan masyarakat bisa mengunduh dan mengoprasikannya di smartphone. Aplikasi dan permainan ini
tentunya harus mencakup tentang koleksi museum yang dipadukan dengan edukasi,
semisal permainan menyusun puzzle
atau petualangan yang berkaitan dengan museum dan lain sebagainnya.
Harapan ke Depan
Sebagai sebuah museum, visi utamanya
adalah untuk tersampaikannya misi pendidikan kepada masyarakat luas. Pengunjung
harus bisa mengambil maknanya dan menjadikan sebuah proses pembelajran. Agar
museum dapat menyesuaikan terhadap semua kalangan, maka diperlukan strategi
edukasi yang digunakan untuk masyarakat dan pengunjung secara luas.
Tentunya berbagai program itu harus juga
ditunjang oleh beberapa elemen penting, selain promosi dari dalam dan luar
museum, juga tidak kalah pentingnya adalah fasilitas yang mendukung dengan
didukung staf museum yang ahli dengan merekrut staf museum atau mengutus duta
museum yang profesional. Semua elemen itu harus sinergi dan diintegrasikan
kedalam produk museum shingga dapat menambah nilai jual bagi para masyarakat
dan menambah nilai edukasi bagi para pengunjung.
Akhirnya, museum sebagai tempat
multifungsi ini akan segera terrealisasi jikalau semua elemen tadi bersinergi.
Sehingga kedepan, museum tidak hanya menjadi tempat ‘penitipan’ barang yang
bernilai sejarah, namun benda-benda itu menebar makna kepada siapa saja yang
melihatnya dengan berbagai fasilitas dan upaya kerjasama yang dilakukan oleh
berbagai pihak.