Indonesia Berduka. Lagi-lagi ada sekelompok
oknum yang dengan bangganya meledakan diri dan meneror dengan senjata mereka di
kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat. Perlakuan represif ini merupakan
langkah yang naif, karena sikap ini justru merupakan sikap blunder bagi para oknum yang katanya “para pejuang agama” itu.
Padahal didalam Islamn sendiri
pembunuhan diharamkan, meski hanya membunuh satu orang yang tidak bersalah maka
hal ini bisa diibaratkan membunuh manusia seluruhnya, hal ini bisa kita lihat
dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 32.
Kita diciptakan bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Bukannya untuk saling mendominasi satu pihak
dengan pihak yang lain. Kita diuji kedewasaannya karena sikap kita yang
termakan oleh sifat egoisme dibandingkan dengan nasionalisme sehingga
menciptakan keharmonismean sebagai sebuah bangsa.
Memahami
Kata “Harmonis”
Pelangi indah karena berbeda karena terdiri
dari bagian warna yang berbeda, bukan dari satu warna yang sama. Begitupun dengan
harmonis, selama ini kita memahami kata harmonis terlalu sempit, sebagian dari
kita berfikir bahwa harmonis selalu tidak ada konflik, Namun bila dibayangkan
keadaan yang tidak ada konflik itu ternyata menimbulkan hilangnya rasa empati
antar masyarakatnya. Meskipun mereka hidup dalam satu lingkungan, namun sibuk
dengan dunia mereka sendiri.
Konflik akan selalu ada jika masih ada
orang yang tidak berfikir secara dewasa. Karena setiap adanya konflik justru
mengukur kedewasaan kita, yaitu bisa belajar dari kesalahan, dan membuat bangsa
kita menjadi bangsa yang bijaksana dalam menyikapi adanya konflik kedepannya. Konflik
akan muncul karena adanya ketidaksepahaman, dan untuk mengatasi ketidakepahaman
itu dibutuhkan rasa kepedulian yang tinggi.
Harmonis bisa tercipta apabila kita
dapat mengatasi perbedaan itu, bukannya dengan cara menyatukannya tetapi dengan
menumbuhkan rasa saling memahami dan menghargai bahwa perbedaan adalah hal yang
mutlak ada dan sudah menjadi hukum Tuhan, namun sebagai manusia yang memiliki
nilai-nilai luhur dari kita hanya perlu “mencintai dengan sepenuh hati”
perbedaan itu.
Bukankah Indonesia ini indah karena
terpancar perbedaan dari Sabang sampai Marauke? Belajarlah dari kemaharajaan
Majapahit dulu. Dalam catatan sejarah, kerajaan Majapahit merupakan
kerajaan yang menggoreskan tinta emas. Hal ini karena Majapahit sudah
melahirkan dan mempersatukan konsep Nusantara, bahkan hingga kewilayah-wilayah
yang sekarang sudah tidak lagi menjadi wilayah teritorial Indonesia.
Presentase toleransi antara Hindu dan
Budha pada zaman Majapahit yang sangat tinggi membuat kedua agama superpower
pada masanya itu dapat saling berdampingan, hal ini menjadi salah satu
indikator suksesnya kerajaan tersebut mencapai kehidupan yang harmonis.
Beberapa golongan hingga saat ini tidak sadar bahwa telah diadu domba oleh
egoismenya sendiri. Kita lebih gemar mengibarkan bendera golongan kita
dibandingkan dengan bendera merah-putih.
Jangan
Satukan Perbedaan
Seperti layaknya hukum kekekalan energi
yang memaksa kita untuk menerima opini bahwa energi itu kekal, saya ingin
memaksa kita semua untuk tidak lagi menyatukan perbedaan di bumi pertiwi ini.
Perbedaan sudah merupakan hal yang mutlak ada di planet yang bernama bumi ini.
Untuk apa kita menghabiskan tenaga dan
pikiran kita untuk terus berkutat dalam usaha menyatukan perbedaan. Teori
evolusi Darwin saja dapat terbantahkan dengan adanya bukti dan fakta yang susah
payah ditemukan oleh orang-orang yang menentang teorinya. Sementara kita, untuk
menggeserkan pemikiran menyatukan perbedaan tak perlu repot-repot melakukan
riset dengan biaya puluhan miliar. Disekitar kita sudah bertaburan fakta-fakta
yang menunjukkan betapa malangnya negeri ini karena hal tersebut.
Marilah kita biarkan warna Nusantara
terus memancar. Mari kita biarkan berbagai karakter berbeda yang ada di bangsa
kita tetap hidup dengan ideologi mereka masing-masing. Biarkan perbedaan itu
terus hidup dan mewarnai perjalanan hidup bumi pertiwi ini hingga di akhir nanti.
Marilah kita ciptakan keharmonisan dari segala perbedaan yang ada di negeri
ini. Biarkan perbedaan saling menguatkan dan menciptakan keharmonisan yang
indah di negeri ini. Mulai saat ini marilah belajar untuk saling menghargai
perbedaan yang ada.
Jangan salahkan perbedaan. Kita harus
mengingat baik-baik hal ini karena perbedaan tidak pantas untuk
dikambinghitamkan. Salah adalah reaksi yang kurang bijak dalam menanggapi
perbedaan yang ada dan sikap menghargai yang masih belum tumbuh dalam jiwa
bangsa ini. Bisa kita lihat dari kasus Pemboman di Sarinah, Thamrin,
Jakarta Pusat. Apakah penyebab pemboman itu adalah perbedaan agama? jelas terlihat
bahwa “perbedaan” bukanlah alasan dibalik timbulnya konflik di antara mereka.
Tapi malangnya “perbedaan” justru dijadikan alasan atas tindakan mereka yang
tidak bertanggung jawab.
Bisa kita lihat bahwa sebagian besar
konflik yang terjadi di negeri ini bukan disebabkan oleh “perbedaan”, tetapi
demi melindungi diri dan kepentingan pribadi atau kelompok. “Perbedaan” selalu
dijadikan alasan untuk membenarkan diri dan tindakan mereka. Jika ada yang
bertanya kepada saya, “Bagaimana jika perbedaan menimbulkan konflik?”. Jawaban saya
adalah perbedaan tidak akan menimbulkan konflik sekalipun selalu disalahkan
ketika konflik itu terjadi.
Apabila muncul opini “hidup harmonis di
tengah perbedaan”, saya merasa bahwa kita tidak perlu repot memikirkan
bagaimana menciptakan keharmonisan di tengah perbedaan itu. Karena,
perbedaanlah yang membuat hidup menjadi harmonis. Hal yang perlu kita pikirkan
adalah bagaimana cara kita untuk tidak menyalahkan “perbedaan” yang merupakan
hakikat sebenarnya dari kehidupan yang harmonis, sebab pelangi indah karena
berbeda.
Tulisan ini dimuat di http://m.tribunnews.com/tribunners/2016/05/12/indahnya-keberagaman-di-indonesia