Purbalingga,
3 Februari 2016
Kepada Yang Terhormat,
Bapak Agus Rahardjo
Ketua
KPK Indonesia
Di-
tempat
Assalamualaikum
Warahmatulohi Wabarokatuh
Semoga kedamaian
dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga berkah dari
Allah untukmu Bapak. Bagaimana kabar keseharian di gedung Merah Putih pada
tahun yang baru ini? Pasti sangat menyenangkan dengan segala kemewahan dan
fasilitas canggih di tempat yang beralas sutra dan berhiaskan mega di gedung
yang baru itu. Doa saya, semoga Tuhan selalu memberi kesehatan dan petunjuk
agar Bapak selalu dapat berjasa bagi negara. Semoga keadilan selalu berpihak
kepada Bapak dari Tuhan hakim yang seadil-adilnya.
Terimakasih atas
kesempatan yang telah diberikan untuk bisa menulis surat kepada Bapak Agus
Rahardjo, Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) terpilih. Sebagai siswa
biasa, saya merasa sangat senang dan bangga mendapat kesempatan menuliskan
secarik harapan sederhana yang diharapkan Bapak berkenan membaca surat saya.
Bapak Agus Rahardjo yang
saya hormati, saya selaku rakyat yang hidup ditengah masyarakat dengan segala
problema yang ada, telah dipaksa mengikuti laju dinamika kehidupan yang begitu
keras. Hingga saya pun bingung karenanya, Indonesia indah katanya, Indonesia
kaya katanya, Indonesia negara yang adil dan beradab ini kenyataanya. Indonesia
memang indah pesonanya tetapi tidak dengan penderitaan rakyatnya. Indonesia
kaya faktanya, dengan segala kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya, tetapi
milik siapa kekayaan negeri ini? Apakah rakyat menikmatinya dengan segudang
gunung emas di bumi timur? Tidak, hanya yang berkuasa dan menurut saya kekayaan ini adalah fatamorgana
semata, impian yang tak tau kapan terwujudnya. Indonesia merupakan negara yang
adil dan beradab, adil bagi yang berkuasa, beradab bagi yang melakukanya.
Kita merdeka sejak
tahun 1945, merdeka dari penjajah luar, tetapi hingga kini rakyat masih gegap
gempita dijajah oleh serakahnya nafsu saudara mereka sendiri. Masyarakat
seperti halnya pohon kelapa yang dapat dituai setiap saat jika di butuhkan dan
bisa dibuang kapan saja karena sudah tak berasa manfaatnya. Bapak, tentunya
kami kesal dengan semua ini, dengan semua permainan politik yang telah diatur
sedemikan rapinya, sehingga kami pun tak tahu siapa sebab dibalik akibat
peristiwa ini. Namun, semua persoalaan ini bukan hal yang tabu ataupun hanya
rekayasa belaka, tetapi ini kenyataan yang jelas dapat diatasi. Saya rasa dari
kemampuan dan segudang pengalaman yang Bapak miliki, saya yakin hadirnya
pemimpin baru di gedung keadilan, Indonesia mempunyai harapan baru untuk bisa
melawan korupsi.
Saya ingin Bapak
sejenak menengok keadaan disini, keadaan dimana si kaya berbahagia dan si
miskin menjerit sengsara. Anehnya, mengapa mereka yang setiap hari duduk terbalut
tahta masih saja ingin duduk di “kursi” Tuhan. Apakah belum puas dengan mereka
melakukan korupsi? Tentunya rakyat merasa sangat dikecewakan, merasa dibohongi
dengan beraliansi memajukan pembangunan negeri. Memang Indonesia di tahun ini
banyak melakukan pembangunan, banyak proyek akbar terutama dalam sarana
infrastruktur dan transportasi. Tetapi di tahun ini pula banyak lahirnya
masalah korupsi yang dilakukan pejabat tinggi, mereka seakan menggaruk punggung
negaranya sendiri. Ini merupakan sebuah kecaman besar, sebuah titik temu dimana
negeri kita ini sedang mengalami yang namanya degblackasi mental. Keadaan dimana
sebuah negara seolah seperti pabrik yang setiap tahunya, bahkan setiap detiknya
mencetak bom waktu untuk menghancurkan negaranya sendiri. Saat ini yang
dibutuhkan hanya Revolusi Moral, revolusi yang akan mengubah pola hidup
masyarakat, yang akan mengubah kebiasaan buruk masyarakat untuk bisa
mementaskan diri dari cengkraman api korupsi.
Indonesia harus berubah
Bapak, menurut saya pemerintah harus lebih terbuka lagi kepada masyarakat
perihal anggaran yang dikeluarkan negara, agar rakyat tahu bagaimana perkembangan
negaranya dan kemana aliran dana itu mengalir. Saya pun merasakan keadaan dimana
sebagai pelajar yang terpelajar, sebagai rakyat dikalangan ekonomi bawah, bahwa
wakil rakyat saat ini belum merakyat. Ini berarti pemerintah belum bisa mendengar
apa yang dibutuhkan rakyatnya, apa yang diinginkan rakyatnya dan apa yang
seharusnya menjadi hak mereka. Indonesia memang negara yang luas Bapak, negara
dengan seribu budaya dan ragam suku bangsa, negara dengan sebutan negara hukum.
Memang dengan seribu hukum di negara ini, nyatanya belum bisa mengatasi
liciknya para koruptor. Kini hukuman layaknya dapat digadaikan, para koruptor
pun bisa dengan mudah keluar masuk penjara, menikmati indahnya dunia.
Bapak, hukuman apa yang
pantas bagi mereka karena telah berani menodai jasa pahlawan kita hingga
mengulangi jeritan rakyat yang seakan terjajah kembali oleh waktu. Apakah
hukuman mati? Menurut saya ini berlebih, seakan mendahului kodrat takdirnya
untuk menemui sang ilahi, tapi apalah daya, hakim bukan Tuhan yang adil karena
keadilan sekarang dapat dibeli bagi orang yang berkuasa. Tegaknya hukum memang
tidak lepas dari aturan hukum itu sendiri, masyarakat yang menjalani, dan
aparat yang mengawasi. Jadi saya berharap kepada aparat penegak hukum dengan
seadil-adilnya, dengan tak pandang bulu anugerahkan karma yang setimbang dengan
apa yang telah di perbuat para penoda hukum.
Saya pribadi berharap
Bapak, dengan harapan yang sederhana ini, dengan harapan saya yang setitik ini,
saya hanya ingin melihat setiap rakyat Indonesia bisa tersenyum. Bukan
tersenyum karena harta ataupun tahta, tetapi karena kebahagiaan dan rasa tenang
karena negara ini aman, aman dari jajahan para koruptor tentunya. Tetapi Bapak,
sekarang kenyataanya di bawah sini masih banyak para pemuda, para lansia,
bahkan para umuran yang masih sangat belia, yang masih membutuhkan kasih sayang
kedua orang tua, saling berebut rupiah demi segenggam nasi. Dunia ini memang
congkak berbanding terbalik dengan realitanya, mereka bergurat asa, berjalan
dengan langkah kaki bertumpu di roda kehidupan demi untuk merajut asa.
Akan tiba masanya
Bapak, kan tiba, hingga waktu yang menjelaskan kapan semua ini akan berakhir,
kapan semua ini akan berujung pada muara yang penuh dengan jawaban fana berisi
secarik harapan baru. Mari Bapak, buatlah kembali rakyat ini tersenyum, mari
kita kembalikan kepercayaan rakyat, impian rakyat dengan melawan korupsi.
Kembalilah para
koruptor jika engkau berani, disini ada kami rakyat Indonesia, ada kami manusia
sederhana dengan segudang asa. Bapak Agus Rahardjo, inilah wujud pengabdian
dari saya, dengan tidak sedikitpun menurunkan rasa hormat saya kepada bangsa
Indonesia, saya selalu siap melawan dan berorasi terhadap segala bentuk Korupsi
hingga rakyat dapat kembali tersenyum. Ingatlah Bapak, engkau tidak melangkah
sendiri, ada kami dibawah sini, ada rakyat dari berbagai generasi, yang berjuang
demi sejahteranya bangsa ini. Karena kami adalah Generasi Melawan Korupsi.
Semoga engkau selalu
dalam kasih-Nya.
Wassalamualaikum
Warahmatulohi Wabarokatuh
Hormat
saya,
Tulisan ini menjadi 30 Finalis Lomba Menulis Surat yang diadakan oleh PT POS Indonesia dengan peserta 4000-an lebih.