Balai Desa Kaligondang |
arifsae.com - Kaligondang merupakan sebuah
kecamatan yang berada di Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Kecamatan Kaligondang mencakup beberapa desa yaitu, Desa Tejasari,
Desa Cilapar, Desa Penolih, Desa Sinduraja, Desa Selanegara, Desa Kaligondang,
Desa Brecek, Desa Sempor Lor, Desa Kembaran Wetan, Desa Selakambang, Desa
Penaruban, Desa Kalikajar, Desa Slinga, Desa Arenan, Desa Sidanegara, Desa
Pagerandong, Desa Lamongan dan Desa Sidareja. Desa Kaligondang berbatasan
dengan Desa Cilapar, Desa Selanegara, Desa Brecek dan Desa Kembaran.
Desa Kaligondang
memiliki wilayah yang luas dengan jumlah kepala keluarga yang cukup banyak. Dan
untuk menunjang kehidupan masyarakat Desa Kaligondang, dibangunlah prasarana
sekolah-sekolah yang terdiri atas SD Negeri 1 Kaligondang, SD Negeri 2
Kaligondang, MIM (Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah) Kaligondang, SMP
Muhammadiyah 06 Kaligondang, SMP Negeri 1 Kaligondang, SMP Negeri 2
Kaligondang, dan SMK Negeri 1 Kaligondang. Selain sekolah-sekolah juga terdapat
Puskesmas, Polsek, Pasar Kaligondang,
SPBU, serta Poliklinik Kesehatan Desa.
Kebanyakan agama yang
dianut semua warga Desa Kaligondang adalah agama Islam yang beraliran Muhammadiyah. Sehingga, berbeda
dengan desa sebelah yang menganut agama Islam beraliran NU (Nadiyatul’ Ulama),
tetapi itu semua tidak menimbulkan masalah bagi warga masyarakat Desa
Kaligondang, karena semua hubungan kekerabatan tetap berjalan harmonis. Warga
masyarakat Desa Kaligondang banyak yang bermata pencaharian sebagai petani,
karena Desa Kaligondang memiliki wilayah persawahan yang cukup luas serta
kebun-kebun luas yang masih cukup rimbun.
Berkaitan dengan asal
mula nama Kaligondang terbagi menjadi 2 versi, tetapi versi itu masih saling
berkaitan. Versi pertama yaitu Perang Diponegoro (Perang Jawa/Perang Terbesar) yang
sangat luas pengaruhnya di Jawa Tengah,termasuk pula daerah Purbalingga. Perang
melawan koloni Belanda di Kaligondang dipimpin oleh Adipati Sulanjari yang
terjadi sekitar pada tahun 1826. Perang yang dilakukan oleh Adipati Sulanjari
menggunakan strategi perang gerilya yang dilengkapi dengan senjata tradisional.
Perang yang dipimpin oleh Adipati Sulanjari menjadi terdesak karena
ketidaknyamanan Belanda akibat tentara pribumi menyebabkan tentara pribumi yang
tertangkap kemanapun larinya akan dikejar.
Perang yang sengit
melawan Belanda di desa Kaligondang yang dipimpin oleh Adipati Sulanjari banyak
memakan korban di pihaknya. Saat tentara Adipati Sulanjari dikejar oleh Belanda
yang berlari ke arah selatan dan banyak tentara Adipati Sulanjari yang terjatuh
kedalam sungai kecil (Jawa=Kali) dan
dapat ditangkap oleh Belanda. Seorang tentara Adipati Suanjari tertangkap dan
mati terbunuh oleh Belanda karena ditusuk leher bagian depan (Jawa=Gondang) yang dimana peristiwa itu membawa sejarah
Kaligondang . Tempat terjadinya peristiwa tersebut diabadikan oleh masyarakat
menjadi Kaligondang yang didalamnya terdapat makna tersirat tentara Adipati
Sulanjari yang banyak terjatuh kesungai kecil dan terbunuh oleh Belanda dengan
ditusuk leher bagian depan hingga meninggal, sehingga menjadi satu kesimpulan
yaitu ‘Kaligondang’.
Tentara Adipati
Sulanjari yang telah ditusuk setengah sekarat
itu berlari tunnggang langgang ke arah barat dengan darah bercucuran /bercak-bercak
yang melewati sebuah dusun sehingga dusun tersebut dinanakan ‘Brecek’. Dan terus berlari ke arah
barat dan sampai di suatu pedukuhan dengan darah yang sudah mengalir deras (Jawa=Mlopor-mlopor) lalu daerah
tersebut dibamakan ‘Sempor’ dan
akhirnya tentara itu lari ke sungai Klawing dan gugur.
Versi yang kedua yaitu
menurut mbah Tareja. Perang Biting yang terjadi di desa Kaligondang,
Selanegara, Selakambang dan Cilapar yang masih berhubungan dengan Perang
Diponegoro melawan koloni Belanda. Perang terjadi semasa Raden Tumenggung
Bratasudira menjabat sebagai bupati Purbalingga ke 3.
Kabupaten Purbalingga
pada masa itu berada di bawah pemerintahan Surakarta. Dalam perang melawan
koloni Belanda itu, seluruh kabupaten Purbalingga dipimpin oleh Raden
Tarumakusuma (adik Raden Tumenggung Bratasudira) dan dibantu oleh Adipati
Sulanjari/Adipati Lanjar, Adipati Cakranegara, Adipati Panolih, Adipati
Alang-Alang Bundel, Adipati Karanglewas, Orang Cina (Tho A Tjan dam Gan Tiong
Sun/Gentong Lontong).
Sungai Lebak menjadi
garis batas, pihak Belanda disebelah Barat dan lawannya disebelah Timur. Perang
melawan Koloni Belanda ini terjadi secara semrawut dan mati-matian. Dan dalam
perang gerilya disebuah pertigaan kedua belah pihak berperang secara membabi
buta tak kenal lawan dan kawan. Tempat dimana pertempuran itu terjadi dinamakan
dengan ‘Gembrungan’.
Adipati Lanjar
melarikan diri karena Belanda yang semakin menekan pasukannya. Ikat pinggang (Jawa=Sabuk) yang dipakai Adipati Lanjar
terjatuh disuatu tempat yang menanjak/tanjakandan Adipati Lanjar jatuh
tersungkur ke sebuah sungai hingga meninggal. Dan tempat dimana Adipati Lanjar hilang dinamakan ‘Sabuk’ serta sungai dimana Adipati
Lanjar jatuh dan meninggal disebut ‘Kali
Sumpet’
Perang masih terjadi.
Pasukan koloni Belanda makin menggencet keberadaan Pasukan Adipati Lanjar
setelah kematiannya. Mereka akan menangkap siapapun pasukan Adipati Lanjar dan
akan dikejar sampai kemanapun larinya. Dan pada suatu ketika ada seorang pasukan Adipati Lanjar yag tertangkap oleh
Koloni Belanda. Mereka mengejar seorang pasukan Adipati Lanjar itu hingga
disuatu tempat ia tertangkap dan dibunuh karena memberontak dengan cara ditusuk
leher bagian depannya (Jawa=Gondang)
menggunakan pisau dan kemudian kemudian Belanda mengabaikannya karena
menganggap sudah mati. Tetapi, ia kemudian lari tuggang langgang dalam
keadaanya setengah sekarat untuk memberitahukan kepada Bupati dan akhirnya ia
jatuh dan meninggal disebuah sungai (Jawa=Kali).
Sehingga peristiwa itu membuat suatu kesimpulan ‘Kaligondang’ yang menjadi
sejarah nama desa Kaligondang.
Sumber
:
Wawancara dengan mbah Tareja (82th) ,
tanggal 02 Oktober 2016
http://tyo-27.blogspot.co.id/2010/12/sejarah-desa-kaligondang.html?m=1 diakses
pada tanggal 17 September 2016.