Balai Desa Penaruban |
arifsae.com - Desa Penaruban terletak
di Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Zaman
dahulu menurut cerita nama Penaruban berasal dari kebiasaan masyarakat desa membunyikan
musik Taruban atau lebih dikenal dengan gamelan, karena dulunya Penaruban merupakan sebuah
kerajaan yang mementingkan kebudayaan. Dan mungkin nama Penaruban diambil dari
kebiasaan masyarakat yang memainkan musik taruban.
Pendapat lain tentang asal
nama Desa Penaruban menurut orang jaman dulu yaitu ada 3 orang yang asalnya
dari sebuah kerjaan di Purworejo Bagelan yang bernama Indrawati,Indra Wijaya
Kesuma,dan Dronansari yang memiliki sebuah pusaka berbentuk seperti Gong.Ketiga
orang itu senang senang sekali tarian Nayuban yang diiringi suara gong. Semakin
lama tarian Nayuban semakin terkenal dan banyak yang menari tarian tersebut dan
juga benyak orang-orang yang datang dari daerah lain untuk melihat tarian
tersebut. Saking pesatnya perkembangan tarian Nayuban dan gong tersebut,maka sering
dipentaskan dan diperebutkan. Tapi dengan adu kekuatan dan kesaktian antara
peserta tari.Ternyata 3 orang tersebut sangat kuat sehingga 3 orang tersebut
sering jadi pemenang di tari Nayuban dan Ujungan.
Suatu hari ketika
mereka sedang bertarung,tiba-tiba kerajaan mereka diserang oleh kerajaan lain
yang sedang melakukan perluasan wilayah dan karena berita kesaktian gong. Mereka
menginginkan kerajaan tersebut sekaligus pusaka andalannya.Ketika kerajaan
tersebut diserang, raja memberi perintah kepada salah satu prajurit supaya
membawa pusaka gong tersebut untuk dibawa keluar kerajaan agar tidak direbut
oleh kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang jahat,serakah dan durjana yang
menginginkannya. Prajurit utusan tersebut keluar dari kerajaan dengan bersembunyi agar tidak tertangkap oleh prajurit musuh. Setelah
berhasil keluar dari kerajaan,prajurit tersebut pergi ke sebuah tempat yang
tertutup pepohonan atau dalam Bahasa Jawa disebut rungkub katarub.Setelah
dirasa aman dan cukup untuk ditinggali,prajurit utusan raja tersebut menetap
untuk sementara waktu di gubuk tersebut.
Selang beberapa hari
tinggal di gubuk itu,prajurit tersebut ingin mengetahui kondisi terahir dari
kerajaannya,untuk menjaga agar pusaka gong itu tetap aman dia sengaja meninggalkannya
di gubuk tempat tinggalnya,dia yakin pusaka itu akan tetap aman meskipun ia
tinggalkan,karena kesaktian yang dimilkipusaka gong andalan kerajaan tersebut.
Ia meninggalkannya di sebuah lubang rahasia di bawah tanah yang ia buat
sendiri. Setelah yakin pusakanya aman,pajurit tersebut meninggalkan hutan unuk
menuju kembali ke kerajaannya. Selang beberapa jam perjalanan, ia sampai di
kerajaannya seperti yang ia duga keadaan kerajaannya. Lalu setelah melihat
kondisi kerajaannya, ia lalu menamakan sebagai Kerajaan Penaruban. Begitulah
cerita dari sumber penulis.
Desa Penaruban dibagi
menjadi 3 Dusun yaitu, Dusun Penaruban, Dusun Merden dan Dusun Bongok, 3 Dusun
tersebut memiliki sejarah masing masing, namun Dusun Penaruban memiliki sejarah
yang sama dengan terbentuknya nama Desa Penaruban. Dusun Merden, dulunya
merupakan termasuk kedalam kerajaan, yang merupakan tempat para raja/raden. Dulunya
terkenal dengan Gamelan yang sampai sekarang masih sering terdengar namun bukan
manusia yang memaikannya, Gamelan itu sering berbunyi pada tengah malam. Nama
Merden, karena dulunya sebagai tempat para raden/raja mendengarkan alat musik Gamelan.
Dusun Bongok, dulunya pada era diplomasi masyarakat Desa Penaruban secara diam
diam / longok-longok dalam bahasa Jawa, karena dulunya belum
diperbolehkan untuk mendengarkan rundingan diplomasi.
Sumber Referensi:
Wawancara Ibu Mutirah dan Ibu Hadmini,
pada tanggal 20 Oktober 2016.