Tugu Desa Patemon |
arifsae.com - Desa Patemon adalah
desa yang berada di Kecamatan Bojongsari dan merupakan salah satu kecamatan
yang berada di Kaupaten Purbalingga. Bojongsari merupakan hasil pemecahan
administrasi dari kecamatan Kutasari yang bedasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992, secara geografis merupakan daerah
daratan dan pegunungan dengan ketinggian +105 dpl.
Mempunyai batas wilayah
sebelah Selatan dengan Kecamatan Purbalingga, sebelah Utara dengan Kecamatan
Mrebet, sebelah Timur dengan Desa Slinga, Kecamatan Kaligondang, dan sebelah Barat
dengan Kecamatan Kutasari. Desa Patemon sendiri merupakan salah satu desa yang
berada di Kecamatan Bojongsari. Terletak di Utara dari pusat Kabupaten Purbalingga,
kurang lebihnya 5 km.
Desa Patemon adalah
desa yang terletak di Timur setelah Kecamatan Bojongsari. Letak Kecamatan Bojongsari
tersebut adalah persis di depan lapangan Bojongsari dimana lapangannya terletak persis di sebelahnya
adalah pasar bojongsari atau yang disebut Pasar Kutabaru. Bojongsari sendiri juga
memiliki Obyek Wisata Bojongsari atau biasa disebut dengan OWABONG dan memiliki
rumah makan yang disebut dengan Bale Apoeng. Maka dari itu Desa Patemon juga
dekat dengan tempat wisata tersebut. Desa Patemona inilah yang akan kita ulas
tentang asal usul namanya.
Patemon adalah berasal
dari kata “TEMON” yang artinya
pertemuan. Maka dari itu Desa Patemon adalah desa pertemuan, yang konon katanya dahulu Desa Patemon adalah sebagai
desa pertemuan antara orang-orang Belanda dengan orang-orang atau prajurit dari
Indonesia. Desa Patemon adalah desa yang memiliki banyak dusun dan desa-desa
kecil diantaranya adalah Karangpule, Rawabadak, Menganti, Dukuhlor (Utara), Dusun
Karangpakel, dan Dukuhkidul.
Dusun-dusun itu
mempunyai cerita sejarah sendiri, dimulai dari Karangpule, adalah suatu dusun
yang pertama kali kita masuki saat kita bekunjung ke Desa Patemon. Dusun Karangpule
juga merupakan dusun yang terdekat dengan pusat Kecamatan Bojongsari. Kemudian
dusun Rawabadak, adalah dusun yang berada setelah Dusun Karangpule. Rawabadak berasal
dari kata “Rawa” dan “Badak” yang artinya genangan yang terdapat banyak badak. Dahulu
desa kecil itu banyak di huni badak-badak yang kemudian dari tahun ke tahun di
rubah menjadi desa.
Keumudian Dusun Menganti,
adalah merupakan dusun yang bersebrangan dengan Dusun Rawabadak. Menganti ada
atau berdiri karena dahulu kala berasal dari nama Kiai yaitu Kiai Menganti yang
dahulunya bertempat tinggal di desa kecil itu. Namun setelah beliau wafat, maka
Desa kecil itu disebut Desa Menganti. DukuLor, artinya dusun disebelah lor (utara).
Letak Dukulor memang berada di Utara Desa Patemon dan terletak di sebrang
sugai. Dusun ini adalah dusun yang sangat kecil yang kebanyakan berasal dari
satu keluarga yang mendiaminya.
Karangpakel, adalah
dusun yang berada sebelum Dusun Dukuhkidul. Dusun Karangpakel adalah dusun yang
paling kecil dan di sini banyak terdapat tanah liat. Terakhir adalah Dukukidul,
merupakan kebalikan dari Dukulor. Dukukidul adalah dusun yang berada di sebelah
kidul. Dusun Dukuhkidul ini dusun
yang paling terakhir. Terletak juga sebelum Desa Banjaran.
Penduduk desa patemon sebagian
besar beragama Islam. Di Desa Patemon sendiri tidak ada kebudayaan yang menjadi
ciri khas. Desa patemon juga tidak memiliki larangan apapun dalam segala hal
baik dari kebudayaan ataupun yang lainnya. Mata pencaharian masyarakat Desa
Patemon adalah mayoritas petani maka dari itu hasil alam yang di hasilkan dari Desa
Patemon adalah Padi, Jagung, Singkong yang kebanyakan merupakan bahan makanan
pokok, namun ada juga mata pencaharianya menjadi karyawan PT, pegawai negeri, guru,
dokter dan lain sebagainya.
Sumber Referensi:
Wawancara dengan Mbah Siras, pada tanggal
10 Oktober 2016.
http://kejobongkec.blogspot.co.id/2011/12/profil-kecamatan-bojongsari.html.,
diakses tanggal 15 Oktober 2016.
Penulis Azza Ulfah R