Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan
Pusat Bahasa (1988), arti dari kata teori yaitu suatu pendapat yang didasarkan
pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. Jadi, sebuah teori
secara implisit bertujuan menyajikan sebuah
hipotesis sementara, teori akan menjadi sebuah fakta
bila terbukti kebenaranya, tanpa pembuktian dan kebenaran, hipotesis dari teori
yang diajukan akan terbantahkan atau tertolak.
Salah satu
contoh dari kasus teori yang masih eksis sampai sekarang, yaitu Teori Evolusi. Dalam
kasus Teori Evolusi, perlu dikaji ke-valid-an
dari teori tersebut, apakah sudah terbukti kebenarannya? Atau hanya sebuah
teori yang tanpa bukti, yang tak
bisa bertahan dengan temuan ilmiah masa kini?
Korelasi Evolusionisme dan Marxisme
Pada
pertengahan abad ke 19, dua filsuf asal Jerman yang hidup di Inggris, Karl Marx
(1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895) menuangkan gagasannya dalam buku “Manifesto Komunis”, mereka
meyakini filsafat Materialsme, yang menyatakan tidak ada keberadaan apapun
selain materi. Selain mendukung filsafat Materialisme, mereka juga memunculkan
gagasan Dialektika, yaitu perseteruan atau konflik adalah hukum alam, oleh
karena itu, teori mereka dikenal dengan teori “Materialisme Dialektika”. Marx
dan Engels berkeyakinan bahwa berkembangan yang ada di alam diakibatkan oleh
konflik (seleksi alam). Agama tidak mendapatkan tempat dalam teori ini, mereka
merupakan kaum Atheis.
Kesulitan
yang ditemui oleh Marx dan Engels adalah pertanyaan, bagaimana menjelaskan
sejarah kehidupan di dunia ini dengan kaca mata Materialisme Dialektika? Jawaban
atas pertanyaan Marx dan Engels di berikan oleh ideolog lain, yang juga tinggal
di Inggris, yaitu Charles Robert Darwin (1809-1882). Dia mencoba menjawab
pertanyaan, dari mana makhluk hidup itu berasal.
Darwin menulis gagasanya dalam buku The
Origin of Species yang terbit tahun 1859, dia menganggap makhluk hidup menjadi ada melalui
serangkaian peristiwa kebetulan dan konflik (seleksi alam). Setelah buku Darwin
terbit, para ilmuan tidak menanggapi secara serius, karena gagasan Darwin tidak
memiliki landasan ilmiah, kecuali tanggapan oleh dua orang yang sangat tertarik
dengan gagasannya tersebut, yaitu Marx
dan Engels. Setelah itu, para pengikut Marxisme menjadikan teori Evolusi
menjadi dasar berpijak ilmiah mereka. Mereka menolak penciptaan alam semesta,
tatanan alam semesta ada karena tidak sengaja, dan tanpa tujuan apa
pun.
Fakta atau Bualan Belaka?
Teori
Evolusi yang dikemukakan Darwin menyatakan bahwa semua spesies berasal dari
nenek moyang yang sama, melalui perubahan kumulatif sedikit demi sedikit dalam
waktu yang sangat lama. Meskipun demikian, nampaknya
Darwin sendiri mempunyai beberapa keraguan dalam pengungkapan teorinya
tersebut.
Hal ini
terungkap dalam salah satu bab yang dituangkannya dalam buku tersebut, yang
diberi judul Difficulties of the Theory. Kesulitan ini terutama pada
catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang tidak
mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk hidup. Darwin
berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru.
Anggapan
Darwin ternyata salah, penemuan-penemuan ilmiah modern ternyata menggurkan
teorinya sendiri. Salah satu tokoh modern asal Turki, Adnan Oktar (Harun
Yahya) dalam vidionya
berjudul “Keruntuhan Teori Evolusi” mengatakan bahwa konsep teori evolusi sudah
terpatahkan sesuai dengan perkembangan jaman modern, salah satu contoh, dalam teori Evolusi ada
missing link (mata rantai yang hilang) yang
sampai sekarang tidak dapat ditemukan, misalkan ada fosil setengah kadal dan
setengah burung yang seharusnya berlimpah jumlahnya.
Harun Yahya
mengatakan bahwa teori evolusi merupakan lelucon dalam ilmu ilmiah, contoh
kasus fosil Austrolopitechus yang diklaim sebagai manusia mirip kera, tapi
setelah dibandingakan dengan fosil sipanse tidak jauh berbeda. Lebih
mencengangkan lagi karena bagi evolusionis,
pengelompokan manusia purba, misalnya, Homo Erectus, Homo Ergaster dan Homo
Sapiens ternyata berasal dari ras yang berbeda-beda, bila diamati semua struktural
fosil merupakan hal yang sama dengan manusia modern, yang menjadi perbedaan
hanya pada tengkorak kepala.
Fakta rekaan yang terus diperbuat untuk
menghadapi keruntuhan teori evolusi adalah “propaganda”, propaganda tersebut
berupa gambar-gambar
dan film-film yang menyangkut sejarah dari kera sampai manusia atau setengah
kera dan setengah manusia dibuat dan disebarkan keseluruh tingkatan akademik di
dunia. Selain itu, juga membuat fosil-fosil palsu untuk mendukung teorinya,
yang paling terkenal dari pemalsuan fosil adalah kasus fosil Piltdown tahun
1912 di Inggris oleh seorang evolusionis bernama Charles Dawson, dan sudah
dipertontonkan pada museum selama 30 tahun lebih, kemudian diperiksa oleh ahli
pada tahun 1949 yang ternyata telah dibuat dari rahang orang utan yang
ditempelkan ke tengkorak manusia, dan masih banyak contoh kebohongan yang lain.
Bila dilihat dari kasus diatas, mindset yang ada saat ini dalam mata
pelajaran sejarah, seharusnya sudah harus diubah. Image yang menganggap bahwa pelajaran sejarah identik dengan
manusia purba (teori evolusi) sudah gugur dalam dunia ilmiah modern saat ini,
teori evolusi akan tetap menjadi sebuah teori, tidak akan pernah menjadi sebuah
fakta. Kita percaya bahwa makhluk hidup diciptakan dari tidak ada menjadi ada,
bukan hanya kebetulan belaka. Seyogyanya kita selalu mengasah nalar dan nurani
pada ilahi dari sejarah masa lalu dan masa kini, semoga..
Arif Saefudin,
Guru Sejarah SMA Negeri 2 Purbalingga
Guru Sejarah SMA Negeri 2 Purbalingga
Mahasiswa Program Pascasarjana UNS Solo