REVIEW
BUKU KESADARAN NASIONAL
DARI KOLONIAL SAMPAI KEMERDEKAAN
JILID II
A. Identitas
Buku
Nama buku : Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme sampai
Kemerdekaan Jilid II
Pengarang : Prof. Dr. Slamet Muljana
Editor : Ahmala Arifin
Penerbit : PT LKIS
Pelangi Aksara Yogyakarta
Tahun terbit : 2008
Cetakan : ke 1
Tebal hal : 268 hal
B. Isi
Buku
Buku
ini mengulas tentang kesadaran nasional dari kolonial sampai kemerdekaan, yang
penjelasannya di awali dengan penjelasan masuknya Jepang ke Indonesia, sekitar
Proklamasi, lahirnya Demokrasi Liberal, kabinet Hatta dan peristiwa Madiun dan
agresi militer I dan II sampai
berdirinya RIS. Untuk lebih sistematisnya saya akan menguraikan kandungan buku
ini dari bab per bab.
Dalam
Bab I diterangkan tentang awal pendudukan Jepang Pada Mei 1940, Hindia-Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke
Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang
pada Maret 1942.
Dalam
Bab II dijelaskan tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada hari Jumat, 17
Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang dibacakan
oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta Pusat.
Dalam
Bab III diterangkan tentang Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan
Soekarno adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan
dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak
Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14
November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan
Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan
ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di
Belanda.
Bab
IV tentang masa perdana mentri Hatta, Dari adanya Agresi Militer I dengan hasil
diadakannya Perjanjian Renville menyebabkan jatuhnya Kabinet Amir. Seluruh
anggota yang tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari anggota PNI dan
Masyumi meletakkan jabatan ketika Perjanjian Renville ditandatangani, disusul
kemudian Amir sendiri meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri pada
tanggal 23 Januari 1948. Dengan pengunduran dirinya ini dia mungkin
mengharapkan akan tampilnya kabinet baru yang beraliran komunis untuk
menggantikan posisinya. Harapan itu menjadi buyar ketika Soekarno berpaling ke
arah lain dengan menunjuk Hatta untuk memimpin suatu 'kabinet presidentil'
darurat (1948-1949), dimana seluruh pertanggungjawabannya dilaporkan kepada
Soekarno sebagai Presiden.
Dengan
terpilihnya Hatta, dia menunjuk para anggota yang duduk dalam kabinetnya
mengambil dari golongan tengah, terutama orang-orang PNI, Masyumi, dan
tokoh-tokoh yang tidak berpartai. Amir dan kelompoknya dari sayap kiri kini
menjadi pihak oposisi. Dengan mengambil sikap sebagai oposisi tersebut membuat
para pengikut Sjahrir mempertegas perpecahan mereka dengan pengikut-pengikut
Amir dengan membentuk partai tersendiri yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI),
pada bulan Februari 1948, dan sekaligus memberikan dukungannya kepada pemerintah
Hatta.
Bab
V-VI, masa Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan
serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan
Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota
negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di
Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Bab
VII-VIII tentang Konferensi Meja Bundar, adalah sebuah
pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di
Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. Yang menghasilkan
kesepakatan: Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat, Irian
Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.
Bab
IX, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat
tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini
dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan)
ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada
kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja
mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah
ilegal.Negara-negara Islam yang menyadari kemundurannya serta kelamaan masa
jajahan kaum imperialism berusaha untuk meraih kemerdekaannya dengan berbagai
cara yang akhirnya di awali dengan kemerdekaan Indonesia yang terus kemudian
diikuti oleh negara-negara Islam lainnya.
Republik
Indonesia Serikat, disingkat RIS, adalah suatu negara federasi yang berdiri pada
tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi
Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan
Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Tanggapan
tentang buku ini
Buku
ini telah menjelaskan sejarah Indonesia masa pendudukan jepang tahun 1942
sampai pembentukan negara Republuik Indonesia Serikat pada tahun 1949, Prof
Slamet Muljana menjelaskan detail tentang proses setiap peristiwa yang terjadi
sesuai dengan data yang di perolehnya dan sangat membentu referensi untuk
perkembangan nasionalisme kebangsaan dari kolonialisme sampai kemerdekaan dan
di akhiri tahun 1950, sebenarnya masih ada jilid III tentang demokrasi terpimpin
sampai masa orde baru.
C. Metode
yang di gunakan penulis
Metode yang di pakai
oleh Prof. Dr. Slamet Muljana adalah metode sejarah yaitu Setelah menentukan
topik penelitian selanjutnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.HEURISTIK
(Pengumpulan Data)
Heuristik
merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan
berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang diteliti.misalnya
dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen,
mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
2.KRITIK
(VERIFIKASI)
Kritik
merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari
(ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
a.Kritik
Ekstern
kritik
ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan atau
keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti
prasasti, dokumen, dan naskah.Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan,
misalnyatentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian
tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri.Sejarawan dapat juga
melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna
menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan
mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
b.Kritik
Intern
Kritik
Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber
sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan
harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri
secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut
paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan
suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
3.INTERPRETASI
(penafsiran)
Interfretasi
adalah menafsirkan fakata sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi
satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada
kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada
ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada,
untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang
sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang bersifat deskriptif
sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk
mencari landasan penafsiran yang digunkan.
4.HISTORIOGRAFI
(Penulisan Sejarah)
Historiogray
adalah oses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran
terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan
hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya.
Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti
pokok-pokok pemikiran yang diajukan.