Review
Buku Kesadaran Nasional
Dari
Kolonialisme sampai Kemerdekaan Jilid I
REVIEW
Nama
buku : Kesadaran Nasional Dari
Kolonialisme sampai Kemerdekaan Jilid I
Pengarang : Prof. Dr. Slamet Muljana
Editor :
Ahmala Arifin
Penerbit :
PT LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta
Tahun terbit : 2008
Tebal halaman : 358 hal
Buku
buah karya Slamet Muljana ini terdiri dari dua bagian yang masing-masing bagian,
yaitu bagian satu terdapat 4 (empat) bab dan pada bagian kedua berisi 6 (enem)
bab.
Pada
bagian satu, penulis memfokuskan pada pengertian Nasionalisme, cara berfikir
Nasional, latar belakang berdirinya Budi Utomo, partai politik pertama dan
nasionalisme dalam partai agama.
BAGIAN SATU
Bab
1. yang merupakan bab pembuka dimulai oleh penulis dengan memaparkan pengertian
Nasionalisme dan Cara berfikir nasional. Nasionalisme berasal dari kata nation
(Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok
masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk
bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan.
Bab
2. Kebangkitan Nasional, latar belakang dan berbicara perkembangan budi utomo
dari berdiri sampai penggabungan dengan persatauan Bangsa Indonesia. Ringkasanya,
Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan
para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal
20 Mei 1908. Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat
sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi
Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia
walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan
berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Bab
3. Pada bagian ini penulis berbicara tentang partai politik pertama di
Indonesia yaitu Indische Partij, Indische Partij adalah partai politik pertama
di Hindia Belanda, berdiri tanggal 25 Desember 1912. Didirikan oleh tiga
serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar
Dewantara. Maksudnya adalah untuk mengganti Indische Bond yang merupakan
organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya
keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan
Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indo). IP sebagai organisasi
campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini
disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja
sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin bertambah
kuat. Indische Partij, yang berdasarkan golongan indo yang makmur, merupakan
partai pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Bab
4. Bab ini cenderung menjelaskan tentang berdirinya suatu partai agama, Organisasi
Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang
Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun
1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim
(khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar
Tionghoa. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan
agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam
bidang lain seperti politik.
BAGIAN DUA
Bab
1. Pada bab ini penulis menjelaskan nasionalisme dalam aliran marxisme, seperti
PKI Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet
pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau
Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya
terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai
Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di
Hindia Belanda.
Bab
2. Bab 2 penulis berbicara tentang nasionalisme dalam partai Indonesia Raya, Partai
Indonesia Raya atau Parindra adalah suatu partai politik yang berdasarkan
nasionalisme Indonesia dan menyatakan tujuannya adalah Indonesia Mulia dan
Sempurna (bukan Indonesia Merdeka). Parindra menganut azas cooperatie alias
bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dengan cara duduk di dalam
dewan-dewan untuk waktu yang tertentu.
Bab
3. Masalah sesudah 10 Mei 1940. Volksraad yang diambil
dari bahasa Belanda dan secara harafiah berarti "Dewan Rakyat",
adalah semacam dewan perwakilan rakyat Hindia-Belanda. Dewan ini dibentuk pada
tanggal 16 Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia-Belanda yang diprakarsai oleh
Gubernur-Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri Urusan Koloni
Belanda; Thomas Bastiaan Pleyte.
Bab
4. bab ini berbicara mengenai peran mahasiswa dalam sejarah pergerakan. Gerakan
mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun
di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan,
intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di
dalamnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa
seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam
lembaran sejarah bangsa.
Bab
5 dan 6. pada bab ini penulis menjabarkan tentang kesadaran kaum perempuan dan
nasionalisme dalam gerakan budaya,
Kelebihan
dari buku ini adalah penulis memiliki banyak sekali sub judul yang mampu
mencakup berbagai aspek tema buku.
Adapun
kelemahan dari buku ini adalah, kertas yang di gunakan sedikit mudah rusak.
Metode
yang di pakai oleh Prof. Dr. Slamet Muljana adalah metode sejarah yaitu Heuristik
adalah kegiatan berupa penghimpunan jejak-jejak masa lampau, yakni
peninggalan sejarah atau sumber apa saja yang dapat dijadikan informasi dalam
pengeritian studi sejarah,
Kritik
Hasil
pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis memerlukan fakta-fakta yang
telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan
heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh
fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Kritik tersebut berupa kritik tentang
otentitasnya (kritik ekstern) maupun kredibilitas isinya (kritik intern),
dilakukan ketika dan sesudah pengumpulan data berlangsung.
Interpretasi
Data
atau sumber sejarah yang dikritik akan menghasilkan fakta yang akan digunakan
dalam penulisan sejarah. Namun demikian, sejarah itu sendiri bukanlah kumpulan
dari fakta, parade tokoh, kronologis peristiwa, atau deskripsi belaka yang
apabila dibaca akan terasa kering karena kurang mempunyai makna.
Historiografi
Historiografi
adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan. Dapat dikatakan
historiografi sebagai puncak dari rangkaian kerja seorang sejarawan, dan dari
tahapan inilah dapat diketahui “baik buruknya” hasil kerja secara keseluruhan.
Oleh karena itu dalam penulisan diperlukan kemampuan menyusun fakta-fakta yang
bersifat fragmentaris ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan komunikatif.