A. JUDUL
PENELITIAN:
“IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK”.
B.
VARIABEL PENELITIAN:
1)
Implementasi Metode Cooperative Learning
2)
Peningkatan Motivasi
3)
Penguasaan materi.
C.
KAJIAN TEORI MOTIVASI
Motivasi berasal bahasa Inggris “motive” yang berarti
daya penggerak/alasan (Echols dan Shadily, 2003: 386). Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, motivasi berasal dari kata dasar “motif” yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan mendesak (Sardiman, 1992: 73). Motivasi adalah kondisi internal yang
spesifik dan mengarahkan perilaku seseorang ke suatu tujuan.
Para ahli mengemukakan beberapa teori tentang motivasi
sebagai berikut. Maslow dalam
Lefton (1982: 168) menyatakan bahwa perilaku manusia termotivasi ke arah “self
fulfillment”. Setiap orang mempunyai motif bawaan yang selalu diperjuangkan
untuk dipenuhi yang bergerak dari motif yang paling sederhana yaitu kebutuhan
fisiologis sampai aktualisasi diri. Pada awalnya Maslow mengemukakan teorinya
dengan hanya menyebutkan 5 hirarki kebutuhan manusia, namun kemudian ia
menyempurnakan teorinya dengan menjadikan 7 hirarki kebutuhan manusia yaitu:
“1) physiological needs, 2) safety needs, 3) belongingness
and love needs, 4) esteem needs, 5) cognitive needs, 6) aesthetics
needs dan 7) self actualization”.
Herzeberg sebagaimana dikutip oleh Davis
(1990: 110) mengemukakan tentang teori motivasi dengan mengembangkan model dua
faktor. Dijelaskan bahwa ada dua faktor yang terpisah, yaitu higiene factor
dan satisfier factor, yang mempengaruhi motivasi. Higiene factors
adalah faktor yang apabila tidak ada dalam kondisi kerja akan menimbulkan rasa
ketidakpuasan, namun keberadaannya hanya menimbulkan rasa netral. Satisfier
factors adalah faktor yang keberadaannya sangat membangkitkan motivasi
tetapi ketiadaannya jarang mengakibatkan rasa kecewa pada seseorang.
Sedangkan Alderfer,
mengemukakan tiga teori yang disebut dengan “ERG Theory (Existence,
Relatedness, dan Growth)” (Davis, 1990: 111). ERG Theory merupakan
gambaran dari kebutuhan manusia untuk bereksistensi, berhubungan, dan
berkembang. Teori ini mempunyai banyak persamaan dengan teori Maslow. Perbedaan
yang menonjol adalah jika Maslow melihat kebutuhan sebagai jenjang yang ketat
di mana kebutuhan tingkat yang lebih tinggi tidak mungkin dipenuhi sebelum
terpenuhi tingkat di bawahnya, maka Alderfer lebih bersifat fleksibel, di mana
dimungkinkan pemenuhan kebutuhan secara bersamaan bahkan dimungkinkan adanya
gerakan menurun apabila seseorang mengalami frustasi dalam upaya memenuhi
kebutuhannya di tingkat tertentu.
Ketiga teori yang dikemukakan oleh kelompok humanis di atas,
posisi motivasi diidentifikasi sebagai berikut; pertama, pada teori Maslow, motivasi dimulai dari hirarki ke 3
sampai aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan puncak motivasi dari
seseorang. Kedua, pada
teori Herzberg, motivasi berada pada faktor satisfier. Ketiga, pada teori Alderfer,
motivasi terkandung dalam kebutuhan berinteraksi dan kebutuhan untuk
berkembang.
Menurut Sardiman (2001:
84-86), motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Secara
umum ia mengidentifikasi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Pertama, motivasi instrinsik: adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau
mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
membaca itu sendiri. Seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul
ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah
tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain. Kedua, motivasi ekstrinsik: adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu
belajar, karena tahu besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai
baik, sehingga akan mendapatkan pujian. Jadi yang penting bukan karena
belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,
atau agar mendapatkan pujian. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.
Menurut Sardiman (2001:102), bahwa hakikat motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah keseluruhan dan
daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan
dan memberikan arah kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya, Keller
(1983) sebagaimana dikutip oleh Aan Baidillah, mengembangkan teori
pengelolaan motivasi yang disebut ARCS
yaitu meliputi; Attention
(Perhatian), Relevance
(Relevansi), Confidence
(keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan).
- Attention (perhatian) artinya peserta
didik yang mau belajar harus memiliki atensi atau perhatian pada materi
yang akan dipelajari. Perhatian peserta didik dapat bangkit antara lain
karena dorongan ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu peserta didik
perlu dirangsang melalui cara-cara baru dan unik. Seperti metode diskusi,
bermain peran, simulasi, demonstrasi, dan sebagainya. Bisa juga dengan
media film, tape, video, tranparansi, dan lainya.
- Relevance (kesesuaian) artinya motivasi
belajar akan tumbuh bila peserta didik merasakan bahwa apa yang dipelajari
itu mempunyai kesesuaian manfaat langsung secara pribadi. Strategi untuk
menunjukkan relevansi di antaranya; memberikan contoh, latihan, atau tes
yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau profesi
tertentu; menyampaikan kepada peserta didik apa yang dapat mereka peroleh
dan lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran; menjelaskan manfaat
pengetahuan, keterampilan; atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan
bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
- Confidence (kepercayaan diri) artinya
belajar secara aktif, perlu dihilangkan kekhawatiran dan rasa
ketidakmampuan dalam diri peserta didik. Peserta didik perlu percaya bahwa
ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari sesuatu. Strateginya antara
lain; menyusun pembelajaran ke bagian-bagian yang lebih kecil sehingga
peserta didik tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru
sekaligus.
- Satisfaction (kepuasan) artinya bahwa
motivasi belajar baru mampu menghasilkan rasa puas untuk mendorong
tumbuhnya keinginan untuk tetap belajar. Dengan demikian, peserta didik
akan termotivasi mencapai tujuan yang serupa. Demi meningkatkan dan
memelihara motivasi peserta didik, guru dapat memberikan reinforcement
(penguatan) berupa pujian, pemberian, kesempatan, atau bahkan pemberian
hadiah. (Aan Baidillah, http://udugudug.wordpress.com,
diakses 21 Maret 2012).
Berangkat dari berbagai pendapat para ahli tentang motivasi
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Intensitas motivasi seorang peserta didik akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
D.
JUSTIFIKASI DAN PENETAPAN INDIKATOR
Dalam konteks penelitian ini, penulis memilih dan
menggunakan teori motivasi yang dikembangkan oleh Keller, karena lebih relevan
dan lebih mudah untuk menentukan indikator variabel motivasi belajar. Sehingga
indikator variabel motivasi belajar dalam penelitian ini terdiri dari empat
aspek, meliputi : 1) Perhatian; 2) Relevansi; 3) Kepercayaan diri; 4)
Kepuasan.
E. SUMBER
BACAAN/ KEPUSTAKAAN
Aan Baidillah Halian, Menerapkan
Strategi ARCS untuk Motivasi Belajar Siswa, dalam http://udugudug.wordpress.com,
diakses 21 Maret 2012.
Davis, Keith dan John W.
Newstrom, 1990, Human Behavior at Work: Organizational Behavior, New
York: McGraw-Hill Book Company.
Echol, M Jhon dan Hasan Sadily,
1992, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Sardiman, AM. 2001, Interaksi
dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
————————-., 1992, Interaksi
& Motivasi Belajar-Mengajar, Cet. IV. Jakarta: Rajawali.
Saifuddin Azwar, Sikap
Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cet. XVI, 2011.
F. KISI-KISI ANGKET MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK
No
|
Variabel
|
Indikator
|
Komponen & Nomor Item
|
Total
|
|||||
Kognisi
|
Afeksi
|
Konasi
|
|||||||
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
-
|
30 item
|
|||
1
|
Motivasi
|
1.Perhatian (Attention)
|
2,4,6,
16,29
|
7,8,9,10,17,27
|
1,11,13,14,15
|
3,5 21,25, 28
|
18,19, 20,23
|
12,22, 26,27, 30
|
|
2.Relevansi (relevance)
|
|||||||||
3.Percaya diri (confidence)
|
|||||||||
4.Kepuasan
(satisfaction)
|
|||||||||
G.
KRITERIA SKOR SKALA SIKAP
Jenis angket yang digunakan pada
penelitian ini adalah SKALA LIKERT. Dalam menganalisis hasil angket, skala
kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif dengan penskoran seperti
ditunjukkan pada Tabel di bawah ini:
Tabel. Skala penilaian angket peserta didik
Alternatif jawaban
|
Bobot Penilaian
|
|
Positif
|
Negatif
|
|
Sangat
Tidak Setuju (STS)
|
1
|
4
|
Tidak
Setuju (TS)
|
2
|
3
|
Entah/Tidak
Tahu (E)
|
0
|
0
|
Setuju
Sekali (SS)
|
3
|
2
|
Sangat
Setuju Sekali (SSS)
|
4
|
1
|
Untuk mengukur data angket digunakan
rumus
P = x 100%
kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20%
= Sangat lemah Angka 21%-40%
= Lemah
Angka 41%-60%
= Cukup Angka 61%-80% = Kuat Angka
81%-100% = Sangat kuat
ANGKET MOTIVASI PESERTA DIDIK
Petujuk:
- Pada kuesioner ini terdapat 30
pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya
dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan
kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar
cocok dengan pilihanmu. Rahasia Anda terjamin.
- Pertimbangkan setiap pernyataan
secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi
oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
- Berikan penilaianmu secara
jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab dengan cara memberi tanda checklist
(√) pada salah satu
dari lima pilihan dibawah ini.
Keterangan : SSS = Sangat Setuju
Sekali
TS = Tidak Setuju
SS = Sangat
Setuju STS = Sangat Tidak
Setuju E = Entah/Tidak Tahu
No.
|
Indikator
|
SSS
|
SS
|
E
|
TS
|
STS
|
1.
|
Saya tertarik mengikuti mata
pelajaran sejarah dengan menerapkan model Coperative
Learning tipe Jigsaw
|
|||||
2.
|
Penerapan model Coperative Learning tipe Jigsaw
membantu memudahkan saya dalam memahami pelajaran sejarah dan mampu
menerapkan dengan baik
|
|||||
3.
|
Penerapan model Coperative Learning tipe Jigsaw kurang
menarik bagi saya
|
|||||
4.
|
Saya dapat menghubungkan isi
pembelajaran ini dengan hal-hal yang telah saya lihat, saya lakukan atau saya
pikirkan didalam kehidupan sehari-hari
|
|||||
5.
|
Saya merasa jenuh dan bosan dengan
materi pelajaran ini
|
|||||
6.
|
Jelas bagi saya bagaimana hubungan
materi dalam pembelajaran ini dengan apa yang telah saya ketahui
|
|||||
7.
|
Tugas-tugas latihan pada
pembelajaran ini terlalu sulit
|
|||||
8.
|
Pembelajaran ini tidak relevan
dengan kebutuhan saya sebab sebagian besar isinya tidak saya ketahui
|
|||||
9.
|
Saya tidak yakin akan berhasil
pada pembelajaran ini
|
|||||
10.
|
Saya tidak melihat adanya hubungan
antara isi materi dalam pelajaran ini dengan sesuatu yang telah saya ketahui
|
|||||
11.
|
Tugas-tugas latihan pada
pembelajaran ini tidak terlalu sulit
|
|||||
12.
|
Pada saat dilaksanakan model Coperative Learning tipe Jigsaw saya
lebih suka bermain dan bercanda dengan teman
|
|||||
13.
|
Saya benar-benar senang
mempelajari materi pembelajaran ini
|
|||||
14.
|
Pembelajaran ini menarik bagi saya
dan membuat saya tidak bosan
|
|||||
15.
|
Saya senang belajar melalui
kegiatan kerjasama dan saling memberi apresiasi sesama teman dalam
pembelajaran ini
|
|||||
16.
|
Saya yakin akan berhasil dalam
pembelajaran ini
|
|||||
17.
|
Sedikitpun saya tidak memahami
materi pembelajaran ini
|
|||||
18.
|
Saya memperhatikan penjelasan
dosen tentang konsep model Coperative
Learning tipe Jigsaw dan penerapannya dengan baik
|
|||||
19.
|
Penerapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw
membuat saya menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
|
|||||
20.
|
Dengan diterapkannya model Coperative Learning tipe Jigsaw saya
lebih berani bertanya dan berbagi kepada guru dan teman pada saat proses
pembelajaran berlangsung
|
|||||
21.
|
Saya tidak suka dengan materi
sejarah
|
|||||
22.
|
Walaupun sudah diterapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw, saya
tetap malu bertanya pada teman dan guru jika ada hal-hal yang tidak saya
pahami
|
|||||
23.
|
Isi pembelajaran ini sesuai dengan
harapan dan tujuan saya di masa depan
|
|||||
24.
|
Rasa ingin tahu saya sering kali
tergerak oleh pertanyaan yang dikemukakan dan masalah yang diberikan guru dan
teman pada materi pembelajaran ini
|
|||||
25.
|
Saya masih merasa kebingungan dan
kesulitan mengerjakan soal/tugas sejarah meskipun sudah diterapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw
|
|||||
26.
|
Isi pembelajaran ini tidak sesuai
dengan harapan dan tujuan saya di masa depan
|
|||||
27.
|
Pada pembelajaran ini tidak ada
hal-hal yang dapat merangsang rasa ingin tahu saya
|
|||||
28.
|
Saya tidak senang belajar melalui
kegiatan diskusi dan berbagi dengan model Coperative
Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran ini
|
29.
|
Menurut pendapat saya materi
pembelajaran lebih mudah diingat dengan menggunakan model Coperative Learning tipe Jigsaw
|
|||||
30
|
Saya pasif dalam kegiatan belajar
mengajar meskipun sudah diterapkan model Coperative Learning tipe Jigsaw
|
Kreteria Angket
:
Alternatif
jawaban
|
Bobot
Penilaian
|
|
Positif
|
Negatif
|
|
Sangat
Tidak Setuju (STS)
|
1
|
4
|
Tidak
Setuju (TS)
|
2
|
3
|
Entah/Tidak
Tahu (E)
|
0
|
0
|
Setuju
Sekali (SS)
|
3
|
2
|
Sangat
Setuju Sekali (SSS)
|
4
|
1
|